"Maka
masing-masing ( mereka itu ) kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara
mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka
ada yang di timpa suara keras yang mengguntur , dan diantara mereka kami
benamkan kedalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri ". (QS.Al Ankabut:40)
Penjelasan
Sumber dosa berasal dari dua hal yaitu ;
Meninggalkan perintah Allah SWT dan,
Melanggar larangan Allah SWT
Manusia seakan menjadi tabiatnya untuk berbuat dosa sejak
manusia pertama Adam a.s yang melanggar larangan Allah SWT karena bisikan
iblis, maka manusia cenderung berbuat dosa, kecuali para Rasul yang maksumu
yapeni terjaga dari dosa. Meskipun manusia cenderung berbuat dosa, kita tidak
mengenal dosa turunan. Karena setiap anak Adam lahir dalam keadaan fitrah dan
suci. Dan konsep Islam mengajarkan agar manusia selalu bertaqwa dengan
melaksanakan perintah Allah SWT dan meningglkan larangan Allah SWT. Tetapi
kemudian dia masih berbuat dosa karena kelemahannya, maka Allah SWT memberikan
jalan-jalan penghapus dosa dari mulai istighfar sampai kepada taubat nasuha.
Rasulullah SAW bersabda: "Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan
sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat".
(HR.Tirmidzi,Hasan).
Bedanya iblis yang melanggar perintah Allah SWT tidak
bertaubat sedangkan Adam melanggar larangan Allah SWT dia menyadari dan
bertaubat. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: "Kalau kalian tidak berbuat
dosa niscaya Allah SWT akan mengganti kalian dengan kaum yang lain pembuat
dosa, tetapi mereka beristighfar dan Allah SWT mengampuni mereka".(
HR.Muslim).
Demikian nilai dosa itu kalau disadari akan menghantarkan
manusia kepada ketaatan, karena pendosa itu jiwanya selalu gelisah dan
kegelisahan itu yang menghantarkan dia kembali kepada Allah SWT dengan
bertaubat.
Berbeda dengan ahli bid`ah, karena mereka merasa benar
sehingga tidak terasa kalau dia berbuat dosa. Oleh karena itu Imam Sofyan
Atstsani berkata, "Seorang tukang bid`ah itu lebih disukai oleh setan dari
seribu pendosa ".
Suatu bangsa yang berlumuran dosa bisa menjerumuskannya
ke jurang malapetaka sebagaimana terjadi dengan malapetaka yang menimpa
bangsa-bangsa terdahulu seperti tertera pada ayat diatas. Apabila bangsa kita
ingin terhindari dari malapetaka maka segala bentuk dosa harus diupayakan untuk
dijauhkan dari kehidupan berbangsa.
Baca juga: Bentuk-bentuk hasad, apa saja?