PROPOSAL
TESIS
PEMIKIRAN
RECEP TAYYIB ERDOGAN TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Abad pertengahan di Eropa sering disebut sebagai zaman kemunduran jika dibandingkan dengan
zaman
klasik (Yunani-Romawi) (Ajid.Tohir, 2004).
Sebaliknya, negara-negara
Arab pada abad pertengahan mengalami kemajuan, namun akhirnya negeri-negeri itu sedikit demi sedikit mengalami kemerosotan
dalam bidang
kebudayaan dan kekuasaan.
Kerajaan Turki
Usmani merupakan
kerajaan terbesar dan
paling lama berkuasa, berlangsung selama enam
abad lebih (1281-1924). Pada masa pemerintahan Turki
Usmani, para Sultan bukan hanya merebut
negeri-negeri Arab, tetapi juga seluruh wilayah antara
Kaukasus dan kota Wina, bahkan sampai Balkan.
Dalam sejarah umat Islam, Turki memiliki
peranan yang sangat penting, terutama dalam pengembangan wilayah (Futuhat) Islam.Turki pernah menjadi negara adikuasa di dunia, yaitu ketika berada dipuncak keemasannya pada masa kerajaan Ottoman. Turki juga membuka kunci sejarah panjang, yakni menaklukkan Constantinopel (Istambul). Mengakhiri kekuasaan
kekaisaran Romawi Timur (Byzantium), dan selanjutnya membawa sejarah besar dalam bidang
arsiktektur, kebudayaan dan ekonomi.
Imperium Usmani menjadikan negara sebagai intitusi yang dominan, dan menjadikan kalangan elite keagamaan, warga nomadik Turki di Anatolia, dan
seluruh rakyat berada di bawah kekuasaan Negara (Ira. M. Lapidus, 2000).
Eksistensi pemerintahan Turki Usmani sangat diperhitungkan oleh ahli-ahli politik Barat. Hal ini didasarkan kepada realita sejarah bahwa selama berabad-abad kekuasaannya, Turki telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan
peradaban, baik dikawasan negara-
negara Arab, Asia, bahkan Eropa. Namun, kejayaan ekspansi
Turki Usmani
tidak diimbangi
dengan perkembangan pada bidang pendidikan. Hal ini
dapat dilihat dari sedikitnya melahirkan ulama-ulama ataupun ilmuan yang mempuyai pemikiran yang orisinil. Serta pada periode akhir
Usmani memasuki
simpang jalan, dan adanya konspirasi
dalam tubuh pemerintahan Usmani. Selain itu adanya proses sekularisasi yang makin kukuh
di bidang pendidikan yaitu didirikannya
sekolah umum dan sekolah madrasah. Akibatnya kaum muslim makin jauh dari pemikiran-
pemikiran Islam yang jernih dan pada saat yang sama berarti
terjauhkan dari
kehidupan yang bersih dan mulia.
Pada masa Usmaniyah Turki pendidikan dan pengajaran mengalami kemunduran, terutama di
wilayah-wilayah seperti
Mesir, bagdad dan lain-lain. Hal ini
terjadi pada saat akhir- akhir pemerintahan
Sultan Sulaiman. Walaupun
banyak masjid dan madrasah
didirikan oleh
para
Sultan Usmaniyah, terutama di Istambul dan Mesir, namun tingkat pendidikan dan pengajaran itu tidak mengalami perbaikan dan kemajuan sedikit juga.
Seperti halnya pada masa
kekhilafahan
terdahulu,
dana pendidikan
ditanggung
oleh
negara dalam hal ini pemerintahan Turki Usmani. Demikian pula pada masa itu banyak juga perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit bilangannya. Tiap-tiap orang bebas membaca dan mempelajari isi kitab itu. Bahkan banyak pula ulama, guru-guru, dan ahli sejarah
dan
ahli syair pada masa itu. Tetapi mereka itu hanya mempelajari kaedah-kaedah ilmu Agama dan Bahasa Arab, serta sedikit ilmu berhitung untuk membagi harta warisan dan ilmu miqat untuk mengetahui waktu sholat,
mereka tidak terpengaruh oleh pergerakan ilmiah di Eropa dan tidak pula mau mengikuti jejak zaman kemajuan dunia Islam pada masa Harun Al-Rasyid dan
masa Al-Makmun, yairtu masa keemasan dalam sejarah Islam.
Daulah Usmaniyah menyia-nyiakan berbagai berbagai
penemuan, ilmu dan industri
yang menyebabkan
pemahaman umat tentang Islam
semakin buruk. Kondisi
ini
pada gilirannya
akan mengubah umat menjadi kumpulan manusia yang memiliki pemikiran yang saling
bertentangan. Para penguasa Turki Usmani tidak mampu memastikan
pilihan terhadap suatu pemikiran. Umat berpaling dan tidak mau mengambil sarana-sarana kemajuan materi yang
berbentuk ilmu dan berbagai industri, akibatnya negara (penguasa) benar-benar lemah hingga tak mampu berdiri dan menjaga dirinya.
Kelemahannya menimbulkan keberanian musuh-musuh
Islam
mengkerat-kerat negara Islam menjadi keratan
kecil, sementara
negara tidak
kuasa
menolak dan justru menerimanya dengan pasrah, kelemahannya juga menimbulkan keberanian para misionaris untuk melancarkan serangannya terhadap Islam dengan mengatasnamakan ilmu. Mereka menyusupkan misalnya kedalam
tubuh umat sehingga berhasil memecah belah barisan mereka, dan membakar api fitnah dalam Daulah Usmaniyah.
Gerakan-gerakan yang beraneka ragam ini akhirnya berhasil merobohkan Daulah yang disusul dengan munculnya paham
kesukuan dan kebangsaan keseluruh wilayah Daulah baik di
Balkan, Turki, Negara Arab, Armenia maupun Kurdistan. Puncaknya pada tahun 1914 M Daulah
berada ditepi jurang yang dalam, kemudian
terperosok ke dalam perang Dunia I lalu keluar
sebagai pihak yang kalah. Selanjutnya setelah
Sultan Abdul
Majid II digulingkan
oleh Mustafah
Kemal Attarturk, maka kekuasaan beralih ke tangan
Mustafah Kemal Attarturk yang
menanamkan westernisasi dan sekularisasi diberbagai sendi kehidupan nasional Turki.
Demikiankanlah skenario yang dilancarkan Barat bersama agennya Mustafa Kemal
Attarturk melenyapkan Daulah Islam
dari muka bumi. Barat berhasil mewujudkan impiannya
yang menguak mereka selama berabad-abad, dan berhasil menghakimi negara
Islam, maka pemerintahan diseluruh negeri-negeri Islam tidak sama dengan Negara Islam. Kaum muslimin
menjadi masyarakat yang
hidup di bawah
bendera
bukan Islam.
Urusan mereka menjadi
tercabik-cabik, keadaan mereka memburuk dan akhirnya hidup dalam
sistem kufur dan menerapkan hukum-hukum kufur.
Di
bawah kepemimpinan Mustafa Kemal, Turki mendeklarasi diri sebagai negara
sekuler, posisi agama berada di ruang privat dengan di bawah kontrol negara.
Dan juga Sekularisme bagi Mustafa Kemal adalah pilihan paling tepat untuk membawa
Turki menjadi lebih
baik,[1] sejajar
dengan negara-negara Barat, khususnya Eropa. Gagasan sekularisme semakin
kokoh karena, konstitusi Turki dikawal oleh militer, yang berada di bawah
kontrol Mustafa Kemal. Militer adalah tangan besi kekuasaannya untuk mendukung
gagasannya.
Namun seiring
perkembangan yang ada,
sekulerisme menjadi faktor merosotnya eksistensi pemerintahan dan
masyarakat yang ada
di Turki, sehingga
hati nurani mereka bergejolak untuk menuju perubahan
Turki yang lebih baik lagi dan hal tersebut terlihat ketika secara perlahan
kedigdayaan militer dalam mengawal konstitusi warisan Mustafa Kemal perlahan
mencair dan mengarah pada perubahan-perubahan yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan di Turki. Gelombang demokratisasi diseluruh penjuru dunia pada tahun1980-an
diiringi gelombang kesadaran politik masyarakat sipil di berbagai belahan
dunia, dan khusus
untuk Turki keinginan untuk menjadi
bagian dari Uni
Eropa prasyaratnya adalah menjalankan demokrasi
utuh, turut membuka
mata banyak orang di Turki.
Mereka melihat gagasan sekularisme ala Mustafa Kemal telah kehilangan orientasi
dan mencoba bermain jalur politik secara sehat, mereka mendirikan partai dan
mengikuti pemilu secara konstitusional.
Hal
itu juga dijadikan sebagai momentum kebangkitan politik Islam oleh kalangan
menengah muslim dan pengusung ide-ide
Islam disusul pendirian
partai-partai berbasis Islam.
Meski demikian,
dalam perjalanannya demokrasi
ala Turki masih saja didominasi
oleh Partai penguasa beraliran nasionalis sekuler, mereka cukup
berpengaruh di Mahkamah Nasional, pengikut setia Mustafa Kemal. Akibatnya, banyak partai-partai berideologi
Islam dibekukan karena alasan berideologi
yang menurut mereka
tidak sesuai dengan konstitusi Turki, di sini intervensi
militer juga sangat kuat.
Namun hal tersebut
tidak menghalangi para pejuang yang mengusung konsep Islamisme di negara
Turki, dimulai dari sosok yang terkenal sebagai tokoh gerakan Islam, dan
mendapatkan kehormatan sebagai
"Seorang Pejuang Islam", atas perjuangannya yang gigih,
tak mengenal lelah, sepanjang hidupnya untuk menegakkan cita-cita Islam di
tengah-tengah kehidupan politik Turki yang sekuler. Masyarakat Turki
mengenalnya dengan nama lengkap, Necmetin Erbakan. Ia membangun "Gerakan
Islamis" di Turki, yang harus menghadapi kehidupan sekuler yang keras, dan
kuatnya dominasi militer, yang menjadi 'garda depan' sistem sekuler di negeri
yang pernah menjadi pusat kekhalifahan Islam.
Berawal dengan memenangkan pemilu tahun 1996
oleh partai yang
dipimpin sendiri dan
partai yang
mengususngnya
yaitu
partai Islam Refah, Erbakan kemudian melakukan kerjasama dengan pemimpin Partai Tanah Air, Tancu Ciller, dan kemudian membentuk pemerintahan Turki, dan Erbakan menjadi perdana menteri. Tetapi, umur pemerintahannya tidak
panjang, hanya satu tahun, karena dibubarkan militer Turki, yang
tidak ingin Erbakan mengembangkan
pandangan-
pandangannya yang
Islamis itu, kemudian menjadi sebuah kebijakan
Turki.[2]
Hal tersebut
merupakan kasus
penjegalan
yang
menimpa Necmekin Erbakan tahun 1997 saat memimpin dan merupakan salah satu contoh ketegangan nasionalis-Islamis
yang masih saja mewarnai
kultur politik
Turki.
Namun
perjuangan Islamisasi
di Turki
tidak terhenti begitu saja, seperti
yang
diketahui, murid dari Necmekin
Erbakan yaitu Recep Tayyip Erdogan bersama
Abdullah Gul memegang tongkat estafet dalam mendirikan partai berbasis Islam. Langkah gigih dari
keduanya dalam memeperjuangkan ideologi Islam
di Turki memiliki kesamaan dengan guru mereka. Terbukti melalui partai AKP (Adalet Ve Kalkinma
Partisi, Partai Keadilan dan Pembangunan) yang mereka dirikan
pada tanggal 14 Agustus 2001, mendapat apresiasi dari masyarakat dengan melihat
perkembangan serta keberhasilnnya berupa pemenangan pemilihan umum pada tahun 2002.[3]
Recep Tayyip Erdogan lahir pada 26 Februari 1954 di
sebuah desa kecil di Istanbul. Orang tuanya bernama Ahmed, seorang
pria
keturunan yang berasal dari Batumi Georgia.[4]
Ia pindah ke Istanbul sekitar
tahun empat puluhan
untuk mencari
pekerjaan.[5] Ayahnya bekerja sebagai penjaga pantai di laut hitam kota Rize, sehingga
sejak kecil Erdogan bergumul dengan gelombang serta belajar dengan kesabaran dan keberanian.[6] Recep Tayyip Erdogan[7] (Presiden Turki ke 12. Menjabat sejak 28
Agustus 2014)
adalah
seorang tokoh dan politikus
berkebangsaan
Turki.
Turki adalah
sebuah Republik Konstitusional yang
demokratis, sekular, dan
bersatu. Negara ini merupakan negara dua benua. Sekitar 95 persen
dari wilayah seluas 780.580 km2 ini berada di Asia, selebihnya masuk ke kawasan Eropa. Pada
tahun 1923, telah disepakati
berdirinya negara Turki dengan batas-batas wilayah, laut hitam di utara; Irak, Suriah dan laut tengah di selatan; laut Aegea di barat dan Iran
serta Rusia di timur. Negara Republik dengan ibu kota Ankara itu, pertama kali
dipimpin oleh Mustafa Kemal. Dan
ia
pun melakukan modernisasi besar-besaran dengan
berkiblat ke Barat.
Masyarakat Turki memiliki keunikan budaya yang tak habis-habisnya untuk dikaji. Posisi geografis yang mempertemukan Barat dan Timur serta sejarah panjang
tentang kejayaan Islam politik di masa lalu yang kini menyatakan diri sebagai negara
sekular. Hal ini sebagai pemicu dan agenda
riset intelektual bagi mereka yang mencintai studi agama dan budaya. Islam bagi masyarakat Turki merupakan identitas diri
dan kebanggaan
sebagai sebuah
bangsa yang
berakar pada
warisan masa keemasan kesultanan Utsmani (Ottoman). 99,9% penduduk Turki adalah Muslim,
dan selebihnya keturunan Yahudi yang sudah menjadi warga negara Turki. Agama Kristen praktis tidak
berkembang di sana.
Kalau
pun ada jumlahnya sangat minim.[8]
Berawal dari perlawanan terhadap campur tangan asing yang dipimpin Mustafa Kemal, aksi perjuangan berubah menjadi penentangan terhadap kekuasaan Khalifah.
Momen
kehancuran Khilafah
Islamiyah sendiri terjadi saat rakyat Turki melalui wakil-wakilnya mengeluarkan Piagam Nasional (Al Mitsaq Al Wathoni). Sejak
itu, Turki menjadi sebuah negara tersendiri,
terpisah dari wilayah-wilayah yang dulu
merupakan kesatuan
Khilafah Islamiyah.
Pada tahun 2002 Turki pertama kalinya mengadakan
pemilihan umum yang
bebas.[9] Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) Turki, atau biasa disebut dengan
Adalet Ve Kalkinma Partisi (AKP), telah ikut berkompetisi dalam pentas demokrasi. Partai ini berhaluan kanan moderat dengan ideologi partai yang
konservatif. Saat ini menjadi partai terbesar dengan meraih 327 anggota parlemen Turki. PKP Turki di
pimpin oleh Recep Tayyip Erdogan. Partai Keadilan dan Pembangungan didirikan pada tahun 2001 oleh sejumlah anggota partai yang telah ada sebelumnya.
Selanjutnya pada Pemilu Turki tahun 2002 partai yang baru didirikan ini mendapat
kemenangan dengan meraih dua pertiga kursi anggota di majelis parlemen Turki.[10]
PKP Turki mencitrakan
sebagai partai pro Barat dalam sistem kepartaian Turki yang
memperjuangkan agenda nilai-nilai konservatif bangsa Turki dan
sistem ekonomi liberal. Selain itu
agenda lainya yaitu memperjuangkan bergabungnya Turki ke Uni
Eropa.[11]
Recep Tayyip Erdogan telah melakukan reformasi secara fundamental. Ia menunjukkan
kepada dunia mengenai wajah baru
Turki yang islami, namun masih tetap
membuka diri terhadap negara lain. Mengenai hal yang
dilakukan oleh kelompok sekularis demokratis yang melarang suku Kurdi untuk berbicara dengan
menggunakan bahasa mereka, Erdogan telah
membukakan pintu bagi suku Kurdi
untuk menghidupkan
kembali warisan leluhur mereka dan membebaskan Abdullah Ejlan
dari tempat pengasingan.[12]
Setiap kali Erdogan berhasil mencapai kekuasaan, maka ia akan semakin terbuka. Hal ini bertentangan dengan kaidah yang
selama ini berlaku, yakni “setiap seseorang
berhasil mencapai sebuah kekuasaan, maka ia akan semakin menjadi
otoriter”. Hal baru yang
amat
penting dalam perpolitikan
Turki adalah kerelaan semua pihak dengan bergabungnya Turki dalam persatuan negara-negara Eropa (Uni
Eropa).[13]
Selain pada strategi, daya tarik AKP terletak pada
wajah-wajah baru yang moderat dan profesional. Erdogan adalah tokoh yang paling
menonjol, yang memiliki latar belakang dan kiprah politik yang jelas. Kehadiran
AKP diperkaya oleh kuatnya tradisi gerakan Islam yang mengakar dan nyata dalam
membantu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, sesuatu yang secara
politik diklaim sebagai jargon sayap kiri. Di sisi lain juga diterima kalangan
sekular-demokrat, karena pro-demokrasi, mendukung modernitas dan pro Uni Eropa.[14]
Gerakan kembali kepada Islam, tentu tidak dapat diartikan
bahwa Turki pernah meninggalkan Islam dalam arti yang sebenarnya. Barangkali
yang dapat diterima adalah sebagai yang dinyatakan
oleh Lewis, yakni bagaimana mendamaikan kebangkitan kembali imam Islam dan pembaharuan-pembaharuan
di bidang
sosial,
politik, dan kebudayaan yang telah dicapai selama abad terakhir.[15] Bagaimanapun
juga, proses kembali ke Islam tidak akan sampai membawa Turki kembali menjadi
negara dalam bentuk khilafah seperti Turki Usmani dahulu.
Namun
demikian,
mengingat masih berakarnya Islam di kalangan masyarakat Turki, dan
terjadinya kecenderungan penguasa untuk tetap
memelihara kekayaan rohani warga negaranya sepeninggal Mustafa Kemal,
maka jalan menuju
Islam mulai tersingkap.
Keberhasilan yang
dicapai oleh Partai Keadilan dan Pembangunan Turki di bawah kepemimpinan Recep
Tayyip Erdogan yang mencatatkan keberhasilan dan
kemenangannya dalam menancapkan ruh Islam pada jiwa masyarakat Turki dan berpacu dengan identitas dan tren politik mereka dalam kehidupan umum, di samping
mencari dan menimba pengalaman dari
masyarakat Turki bagi gerakan-gerakan
Islam lainnya di dunia Arab, PKP memiliki
identitas dan struktur yang jelas dan
transparan.
Keberhasilan terpenting yang
dicapai Partai Keadilan dan Pembangunan, baik
dalam negeri maupun luar negeri selama beberapa tahun lalu sebagaimana dikemukakan Hamzawi adalah
keberhasilan partai tersebut tidak terbatas pada pengelolaan pelayanan publik saja, melainkan juga membentuk gerakan
Islam yang layak menjadi teladan bagi yang
lain. Mereka terbuka
terhadap peradaban manusia,
bersinergi dengan pihak-pihak lain
(non muslim,
sekular,
dan Barat),
memiliki identitas sipil yang jelas, mengadopsi nilai-nilai kewarganegaraan yang
universal tanpa mencampurkan antara politik yang
damai dengan tindakan
anarkisme,
tanpa
melihat alasan-alasan pembenaran tersebut. Dan itulah demokrasi yang menjadi nilai dasar
dan kebijakan final dari politik kaum islamis Turki.
Selain
dalam hal politik, berbangsa dan bernegara, pemerintah Turki memastikan akan
melaksanakan pendidikan yang memenuhi standar zaman modern, sehingga dewasa
ini, menurut Erdogan, sistem pendidikan Turki telah
menjadi lebih liberal demokratis. Pemerintah
Turki telah menunjuk 605.450 guru ke sekolah-sekolah di negara Turki selama 16
tahun terakhir. Selain itu, Turki akan meningkatkan jumlahnya lagi menjadi
lebih dari 920 ribu tenaga pengajar untuk jumlah total ruang kelas yang
melebihi 577 ribu dalam 16 tahun terakhir.
Anggaran Kementerian Pendidikan
meningkat dan tercatat yang tertinggi selama Erdogan menjabat PM Turki. Kemudian masa wajib belajar
dinaikkan dari 8 tahun menjadi 12 tahun.[16]
Turki memiliki 104 universitas negeri dan 62
perguruan tinggi swasta. (keseluruhan terdapat 166 institusi pendidikan
tinggi), 84 perguruan tinggi diantaranya menyelenggarakan fakultas Ilahiyat. Tahun
2020, Turki mengalokasikan sebanyak 88,5 miliar lira (USD15 miliar) untuk
investasi publik dalam transportasi, industri, kesehatan, dan pendidikan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
dapat diidentifikasi beberapa
hal yang berkaitan
dengan kontribusi pemikiran Recep Tayyip Erdogan terhadap pendidikan Islam di
Turki, antara lain:
1. Adanya
perbedaan dalam hal kualitas pendidikan antara masa Daulah Utsmaniyah dengan
masa sesudahnya.
2. Adanya
penurunan kualitas pendidikan antara masa Daulah Utsamniyah dengan sesudahnya.
3. Diantara
penyebab penurunan kualitas pendidikan adalah falsafah berneraga, dimana sejak
Mustafa Kemal Attaturk, Turki adalah negara sekuler.
4. Tampilnya
Recep Tayyib Erdogan sebagai pemimpin negara yang membawa angina pembaharuan
dalam banyak hal di Turki.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti dibatasi pada “kontribusi
pemikiran Recep Tayyib Erdogan sebagai Kepala Negara terhadap pendidikan Islam
di Turki”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah
di atas,
dapat ditegaskan
dalam
penelitian ini terdapat dua variabel bebas yakni Pendidikan Islam di Turki sebelum masa Recep
Tayyib Erdogan dan Pendidikan Islam di Turki pada masa Recep Tayyib Erdogan.
Dalam
penelitian ini variabel utamanya adalah pendidikan Islam di Turki. Sedangkan variabel sertaan adalah kontribusi
pemikiran Recep Tayyib Erdogan.
Variabel
sertaan dimasukkan
dalam penelitian ini untuk melihat kemungkinan adanya pengaruh
dari variabel sertaan terhadap
variabel terikat.
Atas dasar uraian di atas, maka dapat dikemukanan
rumusan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa
saja pemikiran Recep Tayyip Erdogan yang mempengaruhi corak pendidikan Islam di
Turki?
2. Apa
saja contoh manifestasi pemikiran Recep Tayyip Erdogan yang mempengaruhi corak
pendidikan Islam di Turki?
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian,
latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas,
tujuan
penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui
apa saja pemikiran Recep Tayyip Erdogan yang mempengaruhi corak pendidikan
Islam di Turki.
2.
Untuk mengetahui contoh
manifestasi pemikiran Recep Tayyip Erdogan yang mempengaruhi corak pendidikan
Islam di Turki.
Bertumpu
dari
tujuan
penelitian tersebut
di
atas, maka
manfaat
penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan
literasi terhadap pendidikan Islam dalam hal pemikiran tokoh dunia.
2.
Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi pelaku dunia pendidikan dalam
memperoleh wawasan mengenai tokoh dunia
b. Memberikan informasi
kepada
pelaku dunia pendidikan tentang
usaha menumbuhkan motivasi dalam
hal peningkatan kualitas keilmuan.
c. Dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan bagi para peneliti sejenis melalui data empirik tentang pemikiran tokoh dalam dunia pendidikan.
Tinjauan
Pustaka
Penelitian yang Relevan
dengan penelitian ini,
di antaranya adalah
tulisan Metin Heper and
Sule Toktas (2000) dalam penelitiannya (Jurnal) yang dikeluarkan oleh
Bilkent University, Ankara, Turkey yang
berjudul “Islam, Modernity, and Democracy in Contemporary
Turkey: The Case of Recep Tayyip Erdogan”, menyimpulkan bahwa: ‘one can serve
fellow human beings not only through efforts to morally improve oneself but also
through helping others in their endeavor to improve themselves.
Consequently, he considered being an Imam as serving as a guide (rehber) for
his fellow human beings. In his own words, “A guide should only show the way
to goodness and not to badness.
If he has the means at his disposal of discouraging people to be engaged in
bad behaviour he should not refrain
from using them.’ (melayani
sesama manusia tidak hanya melalui upaya peningkatan moral, tetapi juga
membantu sesama dalam upaya memperbaiki diri. Karenanya, ia menganggap menjadi
Imam sebagai penunjuk jalan bagi sesama manusia. Dengan kata-katanya sendiri
(Erdogan), “Seorang pemandu seharusnya hanya menunjukkan jalan menuju kebaikan
dan bukan kejahatan. Jika dia memiliki kemampuan untuk mengecilkan hati orang
agar terlibat dalam perilaku buruk, dia tidak boleh menahan diri untuk tidak
menggunakannya”).
Penelitian
lain adalah yang dilakukan oleh Ihsan
Yilmaz, ADI, Deakin University dalam
Jurnal Quarterly, Volume 29, Terbitan ke-4, 1 Desember 2018 yang berjudul
“Populism, Erdoganism, and Social Engineering through Education in Turkey”,
menyimpulkan bahwa: The Erdogan regime
has been carrying out its “pious generation” project, not only through the IHS,
the changes to the national curriculum in the secular schools, and Quran
courses, but also through AKP-controlled Islamic foundations that financially
support students, provide them with dormitories, and train them to be Homo
Erdoganistus citizens. (Rezim
Erdogan telah menjalankan proyek "generasi saleh", tidak hanya
melalui IHS, perubahan kurikulum nasional di sekolah sekuler dan kursus Al Quran,
tetapi juga melalui yayasan Islam yang dikendalikan AKP yang secara finansial
mendukung siswa, menyediakan asrama untuk mereka dan melatih mereka untuk
menjadi warga Homo Erdoganistus).
This essay argues that sixteen years after
coming to power, successive AKP governments have managed to remove Kemalism and
replace it with their Islamist nation-building. The Turkish education system,
together with its various private and public institutions, have been
transformed into a political tool to manipulate youth and mold them into a
peculiar Islamist ideology supported by the Erdoganist regime in Turkey. (Esai ini
berpendapat bahwa enam belas tahun setelah berkuasa, pemerintah AKP
berturut-turut telah berhasil menghapus Kemalisme dan menggantinya dengan
pembangunan kebangsaan Islam. Sistem pendidikan Turki, bersamaan dengan
berbagai institusi swasta dan publiknya, telah diubah menjadi alat politik
untuk memanipulasi pemuda dan membentuk mereka menjadi ideologi Islam yang unik
yang didukung oleh rezim Erdogan di Turki.
Berdasarkan hasil dua penelitain di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
adanya pemikiran Recep Tayyip Erdogan dalam rangka pembangunan karakter
masyarakat dan pendidikan Islam di Turki.
Kerangka
Teori
Untuk bagian deskripsi teoretis ini diuraikan
tentang pemikiran secara umum, arti, definisi, karakteristik dan filsafat
pemikiran.
Definisi
pemikiran dan karakteristik pemikiran Islam
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemikiran adalah sesuatu yang
diterima seseorang dan dipakai sebagai pedoman sebagaimana diterima dari
masyarakat sekeliling. Secara umum, pemikiran adalah aksi (act) yang
menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru dengan perantara hal yang sudah
diketahui. Yang beraksi dalam pemikiran, bukan hanya pikiran atau akal budi
saja tetapi sesungguhnya manusia secara keseluruhan. Proses pemikiran adalah
suatu pergerakan mental dari satu hal menuju hal lain, dari proposisi satu ke
proposisi ke proposisi lainnya dari apa yang sudah diketahui kdqre hal yang
yang belum diketahui.
Lebih
lanjut, pemikiran dalam bahasa Inggris deikenal dengan istilah Inference,
yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan. Ditinjau dari segi
terminologi 'pemikiran adalah' kegiatan manusia mencermati suatu pengetahuan
yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan atau mengeluarkan
pengetahuan yang baru atau yang lain.
Pemikiran
dibagi menjadi 2 bentuk yaitu:
a. Pemikiran
Langsung. Pemikiran langsung adalah pemikiran yang hanya mempergunakan satu
pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Bentuk pemikiran ini pada ilmu logika
yang banyak dibicarakan pada konversi, inversi dan kontraposisi dalam
keputusan.
b. Pemikiran
Tidak Langsung. Pemikiran tidak langsung artinya pemikiran yang tidak hanya
mengambil satu pangkal pikir, atau dengan kata lain pemikiran yang banyak
mempergunakan keputusan untuk mengambil satu kesimpulan, misalnya pemikiran
yang terjadi melalu jalan induksi, deduksi dan silogisme.
Pemikiran
Islam mempunyai beberapa ciri khas, antara lain: bersifat komprehensif
(syumuliyah), luas, praktis (amally), dan manusiawi.
Metodologi Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif
yang kajiannya
menggunakan data dan informasi dari berbagai macam dan sumber teori
yang diperoleh dari kepustakaan, data-data tersebut kemudian dianalis
dan dijabarkan dan
pada akhirnya dilakukan
penilaian. Karena penelitian ini
mengutamakan pencarian data, maka penulis mencari metode yang sesuai
dengan karateristik obyek
studi dan konseptualisasi teoritiknya.[17]
Jenis
Penelitian
Studi ini adalah
kajian pustaka (library
research),
yaitu studi penelitian yang data-datanya berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan obyek studi, kemudian dianalisis muatan isisnya. Dalam studi ini
akan dihimpun data yang berkaitan dengan
pemikiran dan kontribusi Recep Tayyip Erdogan dalam pendidikan Islam di Turki.
Pendekatan
Penelitian
Studi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang menganalisa dan menghasilkan data deskriptif yang
hasilnya berupa kata-kata tertulis, simbol-simbol atau lisan. Dengan demikian penelitian
tidak
menghasilkan perhitungan
data dalam bentuk
apapun,
akan tetapi
merupakan kata-kata tertulis.[18]
Karena penelitian ini berusaha
mengungkap produk pemikiran
Recep Tayyip Erdogan, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah melalui kajian studi tokoh.
Sebagai kajian studi tokoh, tentu tokoh yang diajukan harus
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai subyek kajian atau
penelitian, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Studi tokoh atau sering disebut juga dengan penelitian tokoh, atau penelitian riwayat hidup
individu (individual life history), merupakan jenis penelitian kualitatif yang
sering digunakan untuk
menyelesaikan
salah satu
tugas
akhir studi
perkuliahan dalam bentuk
skripsi, tesis atau disertasi.[19]
Paling tidak ada
beberapa
persyaratan penting dalam melakukan studi
tokoh, yaitu pertama; sistematis, artinya dilaksanakan menurut aturan
atau pola tertentu. Sistematis ini juga
mengacu pada kegiatan yang bersifat prosedural. Kedua; terencana, artinya dilasanakan dengan adanya unsur kesengajaan
dan
melalui pemikiran
yang
serius,
sehingga
dari awal sudah diperhitungkan berbagai peluang dan tantangan, serta faktor pendukung dan penghambat yang mungkin terjadi. Untuk itu, segala perangkat pendukung
kegiatan studi, baik yang bersifat material maupun
non-material, harus
sudah disiapkan secara matng
terlebih dahulu. Termasuk dalam persiapan
ini adalah penyusunan proposal studi. Ketiga adalah mengikuti kaidah- kaidah
ilmiah, artinya dari mulai awal sampai akhir kegiatan studi, harus mengikuti cara-cara ilmiah
yang telah ditentukan.[20]
Dan secara umum, prosedur studi penelitian tokoh
dalam tesis ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a.
menentukan
persoalan bidang keilmuan yang
dianggap sangat penting; b.
memilih tokoh; c. identifikasi kelebihan, keberhasilan, dan kehebatan sang
tokoh; d. menentukan fokus penelitian; e. menentukan instrument studi; f. melaksanakan studi;
g. pengecekan keabsahan data; dan
menarik kesimpulan.[21]
Sedangkan
metodologi studi tokoh yang digunakan dalam
karya tulis ini adalah menggunakan metode subyektif yaitu penelaahan terhadap pemikiran tokoh dan bagaimana ia menghasilkan pemikiran tersebut, dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tematis, yaitu kajian
mengenai pemikiran Recep tayyip Erdogan.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua sumber, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer
dalam penelitian ini
adalah wujud
nyata pembangunan pendidikan di Turki. Sedangkan sumber data
sekundernya adalah buku-buku, atau artikel mengenai pemikiran Recep Tayyip Erdogan tersebut yang merupakan hasil interpretasi orang lain, dan buku-buku
lain
yang terkait dengan objek penelitian ini, yang sekiranya dapat digunakan untuk menganalisis mengenai pemikiran dan
kontribusi Recep Tayyip Erdogan tersebut.
Seleksi Sumber
Seleksi sumber dilakukan untuk memilih sumber data yang akan
dianalisis. Tahap ini dimulai dari
seleksi sejumlah literasi, buku-buku dan
karya tulis
terkait dengan pokok pembahasan yaitu tentang Recep Tayyip Erdogan.
Langkah dan Prosedur Pengumpulan Data
Sebagai
sebuah penelitian studi
tokoh, dalam teknik pengumpulan
data tesis ini penulis berupaya melakukan
langkah sesuai prosedur
sebagaimana layaknya sebuah karya tulis ilmiah. Prosedur pengumpulan
data dalam studi ini dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap orientasi,
yang pada tahap ini penulis mengumpulkan data secara umum
tentang sang tokoh untuk mencari
hal-hal yang menarik
dan penting untuk diteliti.
2. Tahap eksplorasi, pada tahap ini pengumpulan data dilakukan lebih terarah
sesuai dengan fokus
studi.
3. Tahap studi terfokus, pada tahap ini penulis mulai melakukan studi
secara mendalam yang terfokus pada masalah keberhasilan, keunikan, dan karya sang tokoh yang dianggap penting dan mempunyai pengaruh signifikan pada masyarakat.[22]
Teknik Analisis Data
Analisis data
penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan metode
reflective thingking dengan pola deduksi-induksi,
dan tata pikir divergen yaitu tata pikir kreatif-inovatif.[23]
Model analisis tersebut lebih fokus terhadap pengolahan dan menganalisis, serta merekontruksi data secara kualitatif.
Metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analisis, yaitu data dinyatakan dalam bentuk tulisan dan
pernyataan
nyata yang diteliti dan
dipelajari sebagai suatu yang utuh.[24]
Untuk menarik kesimpulan digunakan metode deduktif dan induktif.
Metode deduktif digunakan menganalisis prinsip-prinsip
metodologi pemikiran Recep Tayyip Erdogan yang berlaku secara umum kemudian
diteliti persoalan-persoalan yang berlaku secara khusus.
Proses
analisis data kualitatif dalam penelitian ini sebagaimana
Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan
kesimpulan atau erifikasi (conclusion drawing/verification) pada saat sebelum, selama, dan sesudah data dikumpulkan dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum dengan sebutan “analisis.”[25]
Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam kajian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab pendahuluan, bab
landasan teori, bab deskripsi wilayah penelitian, bab hasil penelitian, bab
terakhir kesimpulan implikasi
dan saran. Pada setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan rincian dan uraian pokok
bahasan masing-masing bab.
Bab satu merupakan
bagian pendahuluan. Dalam bab
ini
dikemukakan latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan
landasan teori yang meliputi design penelitian, focus penelitian dan sumbar
data. Selanjutnya masih pada bab ini, dikemukakan tentang teknik pengumpulan
datam uji keabsahan data, metode analisis data dan sistematika pembahasan.
Bab dua merupakan yang berisi Kajian Riset Pustaka.
Didalamnya dibahas tentang kajian riset terdahulu,
kajian teori yang berisikan konsep-konsep dasar pemikiran dan Pendidikan Islam
di Turki serta kerangka berfikir penelitian.
Bab tiga berisi tentang deskripsi wilayah
penelitian. Dalam bab ini dijelaskan
tentang
pemikiran
Recep Tayyib Erdogan tentang
pendidikan Islam yang meliputi biografi Recep Tayyib Erdogan, kebijakan
Pendidikan Islam di Turki dan implementasi pemikiran Recep Tayyib Erdogan dan
kebijakan pendidikan Islam di Turki
Bab empat
merupakan bagian hasil penelitian dan pembahasan. Berisi tentang analisis pemikiran Recep Tayyib
Erdogan terhadap pendidikan Islam di Turki yang meliputi analisis tentang
pemikiran Recep Tayyib Erdogan dan pengaruhnya terhadap pendidikan Islam,
analisis pendidikan Islam di Turki sebelum pemerintahan Recep Tayyib Erdogan
dan analisis pendidikan Islam di Turki pada masa pemerintahan Recep Tayyib
Erdogan
Bab lima
sebagai kesimpulan berisi tentang kesimpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Taqiyuddin. (2002). Nizhamul Hukmi Fil Islam. Diterjemahkan oleh Moh. Maghfur Wachid
dengan judul Sistem
Pemerintahan Islam, Doktrin Sejarah dan Realitas
Empirik. Cet.
I;
Bangil: Al-Izzah.
. ( 2003). Al-Syakhshiyah al-Islamiyah.
Diterjemahkan oleh Zakia Ahmad dengan judul Syakhshiyah Islam, Kepribadian Islam. Cet. I; Bogor: Pustaka Thariqul’Izzah.
. (2002). Ad-Daulah Al-Islamiyah. Diterjemahkan oleh Umar Faruq dkk. Dengan
judul
Negara Islam, Tinjauan Faktual Upaya Rasulullah SAW Membangun Daulah Islamiyah Hingga Masa Keruntuhannya. Cet.
I;
Bogor: Pustaka Thariqul’Izzah.
Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1.
Lapidus, M. Ira. (2000). A Hisyoty of Islamic. Diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah Sosial Ummat Islam. Ed. I,
Cet. II; Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
Historical of
Development Party http://e
ng
.ak
party .org .tr/e ng l i sh/i nde x.html, diakses
25 Januari 2021
Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitative
Data Analysis, alih bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode- Metode Baru, (Jakarta: UI Press, 1992).
Mohammad Raivendra. Skripsi, Pengaruh Adalet Partisi Terhadap Stabilitas Politik Republik Turki, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h, 5-6. (diakses pada tanggal 25
Januari 2020, Pukul 14.45 WIB).
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rake Sarasin, 1990)
Lexy J Moleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Rosdakarya, 2006)
Peena, Biografi Tokoh Dunia Islam, http://pena- mylife.blogspot.co.id/2012/04/biografi-necmettin erbakan.html, akses
pada
bulan
25 Januari 2021.
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: Sinar Baru,
1982).
Said Nursi,
Menikmati
Takdir Langit, terjemahan dari judul Al-Luma’at
(Jakarta: PT.
Raja
Grafindo Persada, 2003).
Sunanto, Musryifah. (2003). Sejarah Islam Klasik, Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam. Ed.
I;
Jakarta: Kencana.
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. (Jakarta: Logos, 1997).
Syarif Taghian, Erdogan; Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2012).
Syukur, Muhammad.
(2004). “ Pendidikan Islam di Kerajaan Turki Usmani (II)”, dalam Abuddin
Nata (Ed.). Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan. Ed.
I, Cet. I; Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
[1] Gagasan Mustafa Kemal juga banyak dipengaruhi konsepsi rasional yang dibangun oleh Ziya Gokalp yang juga kalangan nasionalis. Principles of Turkism, alih Bahasa Robert Devereux (Leiden: EJ.Briill, 1968), hlm. 38-42.
[2]Peena, Biografi Tokoh Dunia Islam, http://pena-
mylife.blogspot.co.id/2012/04/biografi-necmettin-erbakan.html, akses pada bulan 25
Januari 2021.
[3]
Historicalof
Development
Party http://e ng .ak party .org .tr/e ng l i sh/i nde x.html,
diakses 25
Januari 2021
[4] Syarif Taghian, Erdogan; Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2012), h, 13.
[5] Ibid, h, 13.
[6] Ibid, h, 13.
[7] Selain nama di atas (Recep Tayyip Erdogan), ia juga mendapat nama-nama julukan, seperti: a.
“Muadzin Penumbang Sekularisme Turki”. Julukan ini disebabkan karena kepandaiannya dalam berpolitik. Politik yang ia perankan adalah, seni
menjalankan
kekuasaan
demi/untuk mengatur rakyat yang dipimpinnya, juga menjalankan strategi yang jitu dan gemilang untuk kemaslahatan masyarakat.
b.
“Sultan Turki Era Modern” penyebutan ini karena kemampuannya dalam mengelola negara dan keberaniannya
dalam mengembalikan identitas keislaman
Turki. c. “Singa Kecil”. Sebutan lain ini, karena belum
pernah dijumpai pidato yang denga tegas mengatakan kebenaran, integritas, berprinsip dan sikap melawan arogansi
dan rasisme Yahudi
Israel, kecuali Recep Tayyip Erdogan. d. “Syaikh Recep”. Nama lain ini
disebabkan ketika pelajaran
tentang pendidikan keislaman, saat gurunya menanyakan kepada murid-muridnya siapa
yang bisa mempraktekkan salat di dalam kelas, untuk dicontoh oleh murid-murid yang lain?, Erdogan mengangkat tangan
untuk mewakili teman-temannya memperagakan salat., kemudian gurunya berterimakasih kepadanya seraya meletakkan
koran sebagai sajadah
untuk salat. Lalu Erdogan
kecil ini menolak melakukan salat di atas
koran, karena di lembaran koran tersebut terdapat gambar wanita sedang
berjalan. Oleh karena sang guru merasa heran dan takjub dengan kecerdasan dan kesalehannya, sehingga si guru memanggilnya dengan “Syaikh”. Itulah beberapa penamaan lain dari nama Recep Tayyip Edogan.
[8] Said Nursi,
Menikmati
Takdir Langit, terjemahan dari judul Al-Luma’at
(Jakarta: PT.
Raja
Grafindo Persada, 2003), h, v-viii.
[9] Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. (Jakarta: Logos, 1997), h, 154.
[10] Mohammad Raivendra. Skripsi, Pengaruh Adalet Partisi Terhadap Stabilitas Politik Republik
Turki, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h, 5-6. (diakses pada tanggal 25
Januari 2020, Pukul
14.45 WIB).
[11] Ibid.,
[12] John L. Esposito, Islam Warna-Warni; Ragam Ekspresi Menuju “Jalan Lurus” (al-Shirat al-
Mustaqim), (Jakarta: Paramadina, 2004), h, 309.
[13] Ibid, h, 54, 55.
[14] John L. Esposito,
Op.
Cit, h, 23.
[15] Ibid, h, 377.
[16] Gokalp, Ziya. The Principles of Turkism, alih bahasa Robert Devereux, Leiden: E.J. Brill, 1968. Hlm.
153
[17] Noeng Muhajir,
Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakeh Surasih,
2000), hlm. 14.
[18] Lexy J Moleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Rosdakarya, 2006, hal.6)
[19] Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1.
[20] Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi..., hlm. 39-40.
[21] Ibid, hlm. 41-44.
[22] Arief Furchan, Agus Maimun, Studi...., hlm. 47-49.
[24] Roni Hanitijo
Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: Sinar Baru,
1982), hlm. 93
[25] Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, alih bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode- Metode Baru, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 17.
Baca juga: Terjemah Kitab Fathul Muin; DAFTAR ISI