BEBERAPA RAHASIA AL QURAN #7; TUJUAN MEMBELANJAKAN HARTA DI JALAN ALLAH

   


 

Salah satu amal ibadah yang terpenting yang dapat membersihkan kotoran kebendaan dan keruhanian, dan sebagai latihan bagi ruhani sehingga seseorang dapat mencapai derajat akhlak yang tinggi sehingga Allah akan ridha kepadanya adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Allah telah berfirman kepada Nabi saw. agar mengambil zakat dari harta benda orang-orang beriman untuk mem­bersihkan dan menyucikan harta terse­but.

 

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu member­sihkan dan menyucikan mereka.” (Q.s. at-Taubah: 103).

 

Meskipun demikian, perbuatan membe­lanjakan harta yang dapat membersihkan dan menyucikan orang-orang adalah jika dilaku­kan berdasarkan ketentuan yang telah dise­but­kan dalam al-Qur’an. Orang-orang berang­gapan bahwa mereka telah menunaikan tugas mereka ketika mereka memberikan sejumlah uang yang sangat sedikit yang diberikan kepada pengemis, memberikan pakaian bekas kepada orang miskin, atau memberi makan kepada orang yang lapar. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupa­kan perbuatan yang akan memperoleh pahala dari Allah jika niatnya untuk mencari ridha Allah. Namun sesungguhnya ada batas-batas yang telah ditentukan dalam al-Qur’an. Misal­nya, Allah memerintahkan manusia agar menginfakkan apa saja yang melebihi keper­luannya:

 

“Mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah mene­rang­kan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Q.s. al-Baqarah: 219).

 

Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya di dunia. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang berlebih. Yang terpenting bukan jumlah yang diberikan, tetapi apakah ia memberikannya dengan ikh­las atau tidak. Allah mengetahui segala sesu­atu dan Dia telah memberi hati nurani kepada manusia untuk menetapkan hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan. Mengin­fak­kan harta benda merupakan bentuk ibadah yang mudah bagi orang-orang yang tidak di­hinggapi ketamakan terhadap dunia dan yang tidak mengejar dunia, tetapi merindu­kan akhirat. Allah telah memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian dari harta kita untuk menjauhkan cinta dunia. Menginfak­kan harta benda merupakan sarana untuk mem­bersihkan diri dari sifat tamak. Tidak diragukan lagi bahwa bentuk ibadah ini sangat penting bagi orang-orang yang ber­iman dalam kaitannya dengan perhitungan di akhirat. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan dirahmati Allah:

“Dua manusia akan dirahmati: Yang pertama adalah orang yang diberi oleh Allah al-Qur’an dan ia hidup berdasarkan al-Qur’an itu. Ia menganggap halal apa saja yang dihalalkan, dan menganggap haram apa saja yang diharamkan. Yang lain adalah orang yang diberi harta oleh Allah, dan harta itu dibelanjakannya kepada sanak keluarga dan dibelanjakan di jalan Allah.

 

Manusia Harus Memberikan Apa yang Ia Cintai kepada Orang Miskin

 

Orang sering kali cenderung memberikan sesuatu jika sesuatu yang diberikan itu tidak merugikan kepentingannya. Misalnya, ketika seseorang memberikan harta bendanya kepada orang miskin, sering kali ia memberi­kan sesuatu yang tidak lagi diperlukannya dan tidak disukainya, sudah ketinggalan mode, atau tidak layak pakai. Tampaknya orang merasa berat untuk memberikan harta benda yang dicintainya, padahal sesungguhnya ke­der­mawanan seperti ini sangat penting untuk membersihkan diri dan agar mencintai amal kebajikan. Ini merupakan rahasia penting yang diungkapkan Allah kepada umat manu­sia. Allah telah menyatakan bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai kebajikan bagi manu­­sia kecuali melalui:

 

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesung­guhnya Allah mengetahuinya.” (Q.s. Ali Imran: 92).

 

“Hai orang-orang yang beriman, nafkah­kanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik dan sebagian dari apa yang Kami kelu­ar­kan dari bumi untukmu. Dan ja­ngan­lah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sen­diri tidak mau mengambilnya me­lainkan dengan memicingkan mata terha­dapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.s. al-Baqarah: 267).

 

 

Membelanjakan Harta di Jalan Allah sebagai Sarana Agar Dekat Dengan-Nya

 

Bagi orang yang beriman, tidak ada sesuatu pun yang lebih dirindukan daripada memper­oleh keridhaan Allah dan dicintai oleh-Nya. Orang yang beriman berusaha mencari asbab untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam hidupnya. Tentang hal ini, Allah menyatakan sebagai berikut:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertak­walah kepada Allah, dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihad­lah di jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.s. al-Ma’idah: 35).

 

Sebagai sebuah rahasia dan berita gembira bagi orang-orang beriman, Allah mengung­kapkan dalam al-Qur’an bahwa apa yang dibe­lan­jakan akan menjadi asbab untuk mencapai kedekatan dengan-Nya. Dengan demikian bagi orang yang beriman, memberikan apa yang ia cintai dan yang melebihi keperlu­annya kepada orang-orang miskin tidaklah sulit, tetapi merupakan kesempatan berharga untuk membuktikan bahwa ia adalah orang yang taat dan cinta kepada Allah. Tentang hal ini Allah menyatakan sebagai berikut:

 

“Dan diantara orang-orang Arab Badui ada orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, dan memandang apa yang dinaf­­kah­kannya itu sebagai jalan mendekat­kannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk mem­per­oleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri. Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. at-Taubah: 99).

 

Baca juga: Terjemah dan Rangkuman Kitab At Tibyan Fi Ulumil Quran; Pendahuluan

 

Apa Saja yang Dinafkahkan di Jalan Allah akan Memperoleh Balasan yang Baik

 

Rahasia lain yang diungkapkan tentang membelanjakan harta seseorang di jalan Allah menurut al-Qur’an adalah, bahwa apa saja yang dinafkahkannya itu pasti akan memper­oleh balasan. Ini merupakan janji Allah. Orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah tanpa takut akan men­jadi mis­kin, akan memperoleh rahmat yang menak­jubkan dalam kehidupan mereka. Apa saja yang dibelanjakan di jalan Allah akan diganjar sepenuhnya. Sebagian ayat yang men­ceritakan janji tersebut adalah sebagai berikut:

 

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah­lah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka pahalanya itu untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya.” (Q.s. al-Baqarah: 272).

 

“Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (Q.s. al-Anfal: 60).

 

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.’ Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.s. Saba’: 39).

 

Orang-orang yang beriman hanya meng­harapkan keridhaan Allah dan surga ketika mereka memberikan harta mereka; tetapi sebagai rahasia yang diungkapkan oleh Allah, apa saja yang mereka nafkahkan akan dikem­balikan lagi kepada mereka. Pengembalian ini merupakan rahmat di dunia, dan di atas segalanya, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang beriman. Dalam pada itu, berkebalikan dengan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Allah akan mengurangi rezeki orang-orang yang bakhil dalam menafkahkan kekayaan mereka, atau orang yang suka mengumpulkan kekaya­an yang lebih banyak dan meng­abaikan batasan-batasan Allah. Salah satu ayat yang berkaitan dengan masalah ini menceritakan tentang keadaan orang-orang yang memakan riba:

 

“Allah memusnahkan riba dan menyubur­kan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.s. al-Baqarah: 276).

Allah memberitahukan tentang keber­untungan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang memberikan harta mereka sebagai berikut:

 

“Perumpamaan orang-orang yang menaf­kahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. al-Baqarah: 261).

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakitinya, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

 

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyi­rami­nya, maka hujan gerimis. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (Q.s. al-Baqarah: 265).

 

Dalam setiap ayat tersebut terdapat rahasia yang diungkapkan Allah kepada orang-orang yang beriman dalam al-Qur’an. Orang-orang yang beriman memberikan harta benda mereka hanya untuk mencari keridhaan dan rahmat Allah dan surga-Nya. Namun, menya­dari tentang rahasia-rahasia yang diungkap­kan dalam al-Qur’an, mereka juga mengha­rap­kan rahmat dan karunia Allah. Semakin banyak mereka memberikan hartanya di jalan Allah, dan semakin mereka memperhatikan apa yang diharamkan dan yang dihalalkan, Allah akan semakin menambah kekayaan mereka, tugas-tugas mereka dijadikan mudah, dan Allah memberikan kesempatan yang semakin banyak untuk menafkahkan harta­nya di jalan Allah. Setiap orang beriman yang bertakwa kepada Allah dan dalam hatinya tidak ada kekhawatiran terhadap masa depan, ia akan memahami rahasia ini dalam kehidup­annya.


Baca juga: Khutbah Jumat; Perbanyak Mengingat Kematian


 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama