BEBERAPA RAHASIA AL QURAN #6; RAHASIA MENGAPA ALLAH MENGHAPUS PERBUATAN BURUK

 


Orang-orang beriman bercita-cita mem­peroleh keridhaan, kasih sayang, dan surga Allah. Namun, manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan lupa sehingga manusia melakukan banyak kesalahan dan memiliki banyak kelemahan. Allah Yang Maha Menge­tahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Maha Pengasih dan Penyayang memberitahukan kita bahwa Dia akan menghapus perbuatan buruk dari hamba-Nya yang ikhlas dan akan memberikan kepada mereka pemeriksaan yang mudah:

 

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.” (Q.s. al-Insyiqaq: 7-9).

 

Tentu saja Allah tidak mengubah perbuat­an buruk setiap orang menjadi kebaikan. Adapun sifat orang-orang beriman yang per­bu­at­an buruknya dihapus Allah dan diam­puni-Nya diberitahukan dalam al-Qur’an.

 

 

Orang-orang yang Menjauhi Dosa-dosa Besar

 

Dalam sebuah ayat Allah menyatakan:

 

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang me­nger­jakannya, niscaya Kami hapus kesa­lahan-kesalahanmu dan Kami masuk­kan kamu ke tempat yang mulia.” (Q.s. an-Nisa’: 31).

 

Orang-orang yang beriman yang menge­ta­hui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memo­hon ampunan.

Allah memberitahukan kita dalam al-Qur’an tentang hamba-hamba-Nya yang tobat­nya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan ber­kata, “Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni.” Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi:

 

“Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanya­lah tobat bagi orang-orang yang menger­jakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemu­dian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu di­teri­ma Allah dari orang-orang yang menger­jakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia menga­takan, ‘Sesung­guhnya saya bertobat seka­rang.’ Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (Q.s. an-Nisa’: 17-8).

 

Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sung­guh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya diha­pus­kan, dan jika tidak menginginkan penye­salan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon am­pun kepada Allah.

 

 

Orang-orang yang Sibuk Mengerjakan Amal Saleh

 

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menutupi perbuatan buruk orang-orang yang beramal saleh. Sebagian dari ayat-ayat yang membicarakan masalah ini adalah sebagai berikut:

 

“Pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang meng­alir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.s. at-Tagha­bun: 9).

 

“Kecuali orang-orang yang bertobat, ber­iman, dan mengerjakan amal saleh, maka mere­ka itu kejahatan mereka diganti dengan Allah dengan kebajikan. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Furqan: 70).

 

Setiap perbuatan dan semua tindakan yang dilakukan untuk mencari karunia Allah adalah “amal saleh”. Misalnya, perbuatan seperti menyampaikan perintah agama Allah kepada manusia, memperingatkan seseorang yang tidak mau bertawakal kepada Allah atas takdirnya, menjauhi seseorang dari meng­gunjing, memelihara rumah dan badan agar tetap bersih, memperluas wawasan dengan membaca dan belajar, berbicara dengan sopan, mengingatkan orang tentang akhirat, mera­wat orang sakit, menunjukkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada yang lebih tua, men­cari nafkah dengan cara yang halal sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kemanfaatan orang lain, mencegah kejahatan dengan ke­baikan dan kesabaran, semua itu merupa­kan amal saleh jika dilakukan untuk mencari keridhaan Allah. Orang-orang yang meng­ingin­kan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat, hendak­nya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah. Untuk tujuan itu, hendaknya kita selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan. Tentunya menjadi jelas bagaima­na­kah seseorang seharusnya berbuat, misal­nya jika ia diletakkan di depan api neraka, kemudian kepadanya diperlihatkan perbuat­an-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bah­wa ia seharusnya berbuat benar agar diam­puni. Seseorang yang melihat api neraka, yang mendengar keputusasaan, penyesalan, dan keluh kesah para penghuni neraka yang meng­­alami siksaan yang pedih, dan yang menyaksikan siksa neraka dengan matanya, tentu saja akan melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah dan akan berusaha dengan sekuat tenaganya. Orang ini akan me­ngerjakan shalat tepat pada waktunya, mela­ku­kan amal saleh, tidak akan pernah lalai, tidak pernah berani melakukan perbuatan yang kurang diridhai Allah, jika ia menge­tahui bahwa ada perbuatan lainnya yang lebih diridhai-Nya. Karena neraka yang ada di sisinya akan selalu mengingatkannya tentang kehidupan yang kekal abadi dan siksaan Allah. Ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga shalatnya. Se­hing­ga, dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal saleh, takut kepada Allah dan hari pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka lalu dikembalikan ke dunia, atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melaku­kan kebaikan. Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha menjauhinya.


Baca juga: Khutbah Jumat: Harapan adalah Ruh Kehidupan


 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama