Seluruh alam raya ini adalah milik Allah, dan Dia memberikan
apa saja yang Dia kehendaki kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allahlah
yang memberi rezeki kepada manusia, Dialah yang menjadikan mereka kaya, dan
Dialah yang memberi panen yang berlimpah kepada mereka. Sebagaimana Allah
menyatakan dalam sebuah ayat, Allah meluaskan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
menurut kehendak-Nya, dan Dialah juga yang menyempitkan rezeki tersebut. Dia
melakukan ini untuk alasan tertentu dan karena hikmah tertentu. Baik
orang-orang yang rezekinya diluaskan maupun yang rezekinya disempitkan, pada
hakikatnya merupakan ujian dari Allah. Orang-orang yang tidak menjadi sombong
dan boros karena apa yang telah diberikan kepada mereka, tetapi bersyukur
kepada Allah atas segala sesuatu yang dikaruniakan kepada mereka, orang-orang
yang bertawakal kepada Allah dan tetap bersabar ketika harta mereka
disempitkan, mereka adalah hamba-hamba yang diridhai Allah. Ucapan Nabi
Sulaiman yang diketengahkan dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa nikmat dari Allah
yang dikaruniakan kepada manusia pada hakikatnya merupakan bagian dari ujian:
“Seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab berkata, ‘Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka ketika
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini
termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau ingkar.
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi
Mahamulia’.” (Q.s. an-Naml: 40).
Ucapan Nabi Sulaiman yang menyatakan, “Ini termasuk
karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau ingkar,”
menjelaskan salah satu alasan mengapa orang-orang diberi harta.
Apa yang Allah nyatakan sebagai “kesenangan dunia” dalam
al-Qur’an — termasuk harta benda, anak-anak, istri, sanak keluarga, kedudukan,
kehormatan, kecerdasan, kecantikan atau ketampanan, kesehatan, perdagangan
yang menguntungkan, keberhasilan, pendek kata segala sesuatu yang diberikan
tersebut merupakan ujian bagi manusia.
Rahasia
Kemakmuran yang Diberikan kepada Orang-orang Kafir
Banyak manusia di dunia ini, meskipun tidak beriman
kepada Allah, mereka menikmati umur yang panjang, memiliki kekayaan yang tak
terhitung banyaknya, memiliki kebun yang berbuah dan anak-anak yang sehat.
Orang-orang seperti ini bukannya mencari keridhaan Allah, tetapi semua karunia
yang dinikmatinya tersebut justru menjauhkan dirinya dari Allah. Orang-orang
seperti ini, yang menjalani kehidupannya yang panjang dengan mendurhakai Allah
dan yang melakukan dosa semakin banyak hari demi hari, menganggap bahwa apa
yang mereka miliki itu merupakan kebaikan bagi mereka. Namun, al-Qur’an
mengingatkan kita tentang rahasia lain dan tujuan Allah di balik nikmat dan
waktu yang diberikan kepada mereka:
“Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik
hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan
harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.” (Q.s.
at-Taubah: 85).
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka
bahwa Kami menangguhkan mereka itu lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami
menangguhkan mereka hanyalah supaya bertambah dosa mereka, dan bagi mereka
azab yang menghinakan.” (Q.s. Ali Imran: 178).
“Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu
waktu. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar.”
(Q.s. al-Mu’minun: 54-6).
Sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut, apa yang
dimiliki orang-orang tersebut sesungguhnya bukanlah merupakan kebaikan bagi
mereka. Waktu yang diberikan kepada mereka hanyalah untuk menambah dosa mereka.
Ketika waktu yang diberikan kepada mereka sudah habis; kekayaan mereka,
anak-anak mereka, atau kedudukan mereka, tidak dapat menyelamatkan mereka dari
siksa yang pedih. Sesungguhnya, Allah telah menceritakan keadaan umat-umat
terdahulu yang hidup dengan kekayaannya dan harta yang melimpah, namun mereka
ditimpa azab yang pedih:
“Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum
mereka , sedang mereka lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap
dipandang mata.” (Q.s. Maryam: 74).
Ayat berikut ini menjelaskan alasan mengapa orang-orang
tersebut diberi perpanjangan waktu:
“Katakanlah, ‘Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan,
maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga
apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun
Kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan
lebih lemah penolong-penolongnya?” (Q.s. Maryam: 75).
Allah adalah Mahaadil dan Maha Penyayang. Dia
menciptakan segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kebaikan, dan setiap orang
akan dibalas sepenuhnya atas apa yang mereka kerjakan. Menyadari hal ini,
orang-orang yang beriman melihat berbagai peristiwa dengan maksud untuk melihat
kebijaksanaan dan kebaikan yang diciptakan Allah dalam setiap peristiwa. Jika
tidak, orang-orang akan menjalani hidupnya dengan tertipu dan jauh dari
kenyataan.
Baca juga:Shalat Sunnah Fajar, Jangan Sampai Ditinggalkan