Setiap orang mengalami
saat-saat sulit dalam kehidupannya. Kesulitan ini membuat frustasi, stres, atau
menjengkelkan kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari moralitas yang
ditentukan dalam Al-Qur`an. Karena itu, mereka dengan mudah merasa gelisah,
tegang, dan marah. Karena mereka tidak memiliki keyakinan akan kesempurnaan
yang melekat pada takdir yang ditetapkan oleh Allah, mereka tidak mencari
keberkahan atau kebaikan yang ada di dalam peristiwa yang mereka alami. Bahkan,
karena mereka tidak memiliki keyakinan, setiap detik yang mereka habiskan
tampaknya menjadi berseberangan dengan apa yang mereka inginkan. Dengan
demikian, mereka menjalani sisa hidupnya dengan beban masalah dan tekanan.
Seorang mukmin
mengetahui bahwa kesulitan-kesulitan diberikan Allah untuk menguji manusia.
Mereka tahu bahwa kesulitan tersebut dibuat untuk membedakan antara mereka yang
benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yaitu mereka
yang tidak tulus dalam meyakini keimanan mereka. Di dalam Al-Qur`an, Allah
menjelaskan bahwa Dia akan menguji seorang mukmin untuk melihat siapakah yang
benar-benar dalam keimanannya.
“Allah
sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik
(mukmin)....”(al-Baqarah: 179)
Lebih lanjut, Allah memberikan contoh kepada umat-Nya
dengan mengambil setting di masa kenabian Rasulullah,
“Dan
apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu
adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang
yang beriman, dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik....”
(Ali Imran: 166-167)