Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ
أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ
دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam
timbangan lebih berat dari akhlaq yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq
mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR.
Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat
Shahih Al Jaami’ no. 5726.)
Dalam riwayat Tirmidzi—haditsnya dinyatakan hasan
shahih—disebutkan pula hadits dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ
المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ
الفَاحِشُ البَذِي
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlaknya yang baik. Allah sangat
membenci orang yang kata-katanya kasar dan kotor.”
Faedah hadits:
1- Contoh husnul khuluq atau berakhlak yang baik
sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah bin Al-Mubarak adalah:
• senyum manis
• melakukan yang makruf (kebajikan)
• menghilangkan gangguan
2- Yang dimaksudkan dengan hadits di atas adalah yang
berat pahalanya dalam mizan (timbangan).
3- Allah mencintai dan meridhai orang yang berakhlak
mulia.
4- Al-fahisy yang dimaksud dalam hadits adalah orang yang
mengeluarkan perkataan yang tidak enak didengar atau perkataan yang tidak
pantas. Al-badzi adalah orang yang berkata kotor. Jadi, orang yang bisa menjaga
perkataannya adalah orang yang akan berat timbangannya.
5- Mizan (timbangan) amalan itu ada dan wajib diimani.
Baca juga: Khutbah Jumat: Pendidikan Adab untuk Anak Kita