Menuju Su'ul Khatimah
Sesungguhnya
bagian manusia dari dunia ini adalah umurnya. Apabila dia membaguskan penanaman
modalnya pada apa yang dapat memberikan manfaat kepadanya di negeri akherat
maka perdagangannya akan beruntung. Jika dia menjelekkan penanaman modalnya
dalam perbuatan-perbuatan maksiat dan kejahatan-kejahatan sampai dia bertemu
dengan Allah pada penghabisan (akhir) yang jelek itu maka dia termasuk
orang-orang yang rugi. Berapa banyak (jasad-jasad) yang menyesal di bawah
tanah?!
Orang yang berakal adalah orang yang menghisab (menghitung amalan) dirinya
sebelum Allah menghisabnya, dan dia takut akan dosa-dosanya sebelum
dosa-dosanya itu menjadi sebab akan kehancurannya. Ibnu Mas'ud ra berkata : "Seorang
mu'min melihat dosa-dosanya seolah-olah dia duduk di bawah sebuah gunung, dia
takut gunung itu akan menimpanya." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim).
Di sini kami akan menerangkan sebab-sebab yang menimbulkan Su'ul Khatimah,
sebagai berikut:
1. At-taswif (menunda-nunda) taubat
Bertaubat kepada Allah dari seluruh dosa-dosa adalah wajib bagi setiap
mukallaf (orang yang dibebani perkara-perkara agama) pada setiap waktu. Firman
Allah Ta'ala, artinya: "Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah
wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian beruntung."
(An-Nur : 31).
Diantara tipu daya iblis yang paling berhasil dimana dia menyerang manusia
dengannya adalah menunda-nunda taubat.
2. Panjang angan-angan
Panjang
angan-angan merupakan sebab kesengsaraan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah memperingatkan kita dengan peringatan yang keras dari hal itu,
beliau bersabda, artinya:
"Sesungguhnya
apa-apa yang paling aku takutkan (terjadi) pada kalian adalah dua sifat:
Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu maka
dia akan memalingkan dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan maka dia
akan (menimbulkan) cinta terhadap dunia." (HR. Ibnu Abi
Ad-Dunya).
3. Menyukai perbuatan maksiat
Apabila manusia terbiasa dengan salah satu perbuatan maksiat dari sekian
banyak maksiat dan tidak bertaubat darinya maka setan akan menguasai hatinya
dan akan mengua-sai fikirannya sampai saat-saat terakhir dari kehidupannya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, artinya:
"Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan melakukan sesuatu maka Allah
akan membangkitkannya dalam keadaan itu." (Diriwayatkan
oleh Al-Hakim dan dishahihkannya menurut syarat Muslim dan disetujui oleh
Adz-Dzahaby)
4. Bunuh diri
Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu ,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, artinya:
"Orang mati karena mencekik dirinya maka dia akan mencekiknya di dalam
neraka dan orang-orang yang menikam dirinya maka dia akan menikamnya di dalam
neraka."
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu , beliau
berkata:
"Seorang laki-laki mengikuti perang Khaibar bersama Rasulullah n, maka
beliau berbicara tentang seorang laki-laki diantara orang-orang yang diakui
telah Islam: "(Laki-laki) ini termasuk penghuni Neraka." Maka
ketika peperangan datang, laki-laki itu banyak membunuh (musuh-musuh) kemudian
dia terluka. Maka dikatakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, yang engkau
katakan tadi bahwa dia termasuk penghuni neraka. Sesungguhnya dia telah banyak
membunuh (musuh-musuh) pada hari ini dan dia telah mati. Maka Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Menuju ke Neraka." Sebagian kaum
muslimin hampir saja ragu, maka ketika mereka dalam keadaaan (seperti) itu, tiba-tiba
ada berita tentang laki-laki tersebut, bahwa: Sesungguhnya dia tidak mati akan
tetapi dia terluka parah, maka ketika suatu malam dia tidak sabar atas luka
itu, dia bunuh diri. Lalu hal itu dikhabarkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam , maka dia bersabda, artinya:
"Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa aku adalah hamba dan utusan
Allah."
Kemudian beliau menyuruh Bilal maka dia berseru kepada manusia: Bahwa
"Tidak akan masuk Surga melainkan jiwa-jiwa yang menyerahkan diri, dan
sesungguhnya Allah akan benar-benar mengokohkan agama ini dengan laki-laki
Fajir." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Husnul Khotimah
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan tentang beberapa khabar gembira yang
menunjukkan pada husnul khatimah, di antaranya :
§
Ucapannya
ketika meninggal dunia adalah kalimat tauhid. Al-Hakim meriwayatkan dari Muadz
bin Jabal radhiyallah 'anhu berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam , artinya:
"Barangsiapa yang ucapan terakhir-nya adalah tidak ada ilaah selain
Allah maka dia akan masuk Surga." (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim
dishahihkan oleh Al-Hakim).
§
Dia mati dalam
keadaan syahid dengan tujuan meninggikan kalimat Allah. Allah Ta'ala berfirman,
artinya: "Janganlah kalian mengira orang-orang yang terbunuh di jalan
Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka (dengan) diberi
rizki." (Ali Imran: 169).
§
Dia mati dalam
keadaan berperang di jalan Allah atau bermuhrim ketika haji. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Barangsiapa yang terbunuh di
jalan Allah maka dia itu syahid."
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang seorang yang berihram
lalu terjatuh dari ontanya: "Mandikanlah dia dengan air dan
(daun/pohon) bidara, kafanilah dia dengan kedua bajunya dan jangan tutupi
(kerudungi) kepalanya. Sesungguhnya ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam
keadaan bertalbiyah." (HR. Muslim).
§
Akhir amalnya,
taat kepada Allah. Hudzaifah radhiyallah 'anhu meriwayatkan dia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Barangsiapa
mengatakan karena mencari wajah Allah kemudian (akhir hayatnya) ditutupkan
dengan kalimat itu maka dia masuk Surga." (HR. Ahmad).
§
Mati karena
membela (diri) dari lima perkara yang dijaga oleh agama, yaitu: Agama, jiwa,
harta, kehormatan dan akal. Dari Sa'id bin Zaid radhiyallah 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Barangsiapa
yang mati karena membela (mempertahankan) hartanya maka dia syahid. Barangsiapa
mati karena membela keluarganya maka dia syahid, barangsiapa mati karena
membela agamanya maka dia syahid dan barangsiapa mati karena membela darahnya
maka dia syahid." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
§
Mati dalam
keadaan bersabar. Dari Jabir bin Utaik berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, artinya: "Orang-orang yang mati syahid ada 7
(macam) selain terbunuh di jalan Allah: Orang yang terkena wabah tho'un syahid,
orang yang tenggelam syahid, yang mempunyai penyakit radang paru-paru syahid,
orang-orang yang mati karena penyakit perut syahid, orang yang terbakar syahid,
orang yang mati karena bencana alam syahid dan wanita yang mati karena hamil
syahid." (HR. Ahmad, Nasaa'i, Abu Dawud dan Hakim dia berkata:
sanadnya shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahaby).
§
Meninggal dalam
keadaan nifas karena (sebab kematiannya adalah) anaknya. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, artinya:
"Seorang wanita yang terbunuh oleh anaknya (sebab nifas) adalah syahid.
Anaknya dengan kegembiraannya mengantarkan wanita tersebut ke Surga."
(HR. Ahmad).
§
Mati karena
tenggelam, terbakar dan bencana (alam). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, artinya:
"Orang-orang yang mati syahid adalah 5 (macam): Orang yang mati karena
wabah tho'un, karena penyakit perut, karena tenggelam, karena bencana alam dan
orang yang syahid di jalan Allah Azza wa Jalla." (HR. Tirmidzi dan
Muslim).
§
Mati pada malam
Jum'at atau siangnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Tidaklah
seorang muslim mati pada hari atau malam Jum'at melainkan Allah akan melindunginya
dari fitnah (adzab) kubur." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
§
Berkeringat
keningnya ketika mati. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya:
"Seorang Mukmin mati dengan berkeringat di keningnya." (HR.
Tirmidzi dan Nasaa'i).
1. Taqwa kepada Allah
Allah
berfirman, artinya: "Wahai orang-orang yang beriman bertaqwallah kalian
kepada Allah dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan Muslim." (
Ali Imran: 102).
2. Terus menerus dzikir kepada Allah
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Barang-siapa yang
perkataan terakhirnya adalah maka dia masuk Surga." (HR. Abu Dawud dan
Al-Hakim, Al-Hakim menshahihkannya dan disetujui Adz-Dzahabi).
Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari Al-Hasan berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam ditanya: "Amalan apakah yang paling utama? beliau bersabda,
artinya:
"Engkau mati pada hari engkau meninggal dunia dalam keadaan lisanmu basah
dengan dzikir kepada Allah."
Baca juga: Khutbah Jumat: Berlomba dalam Kebaikan Sesuai Tuntunan