Jasa Ibu Untuk Kita Renungkan
Sudah pasti jawabannya adalah : k-e-h-a-m-i- l-a-n.
Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa
pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak
kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i-
f.
Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup
kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak
berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di
perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau
bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi
cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya
asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna,
ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat
yang terus bercucuran.
Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak
ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun
tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman
sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.
Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia
mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat
baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan
sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.
Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya
menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya
terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak
terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah
jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama
ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.
Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan
membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya
dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak
berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya
sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia
membeli baju si kecil.
Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas
satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba
terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu
anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain.
Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak
ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan
dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa
riangnya tetap terdengar.
Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu
yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan
menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri
salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia
rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak
mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang
melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari.
Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak
pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus
menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek
sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik.
Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke
sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.
Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum
menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang
paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta
kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.
saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil
yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang
dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.
Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil
keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama
pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air
mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap.
Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis
melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun
sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak
lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia
berlirih, "Masihkah kau anakku?"
Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai
berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan
berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu
meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil
dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari
salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak
yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.
Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak.
Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah
mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah
yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang
hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua
murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".
Begitu
Sempurnanya Sang Istri
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya
pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir
menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar
biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan
pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang
setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada
suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang
bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah
tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai
dari pasangan kita.
Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal
tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia" Suaminya
setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka
sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal
yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.
Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat
apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan,
mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang
istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3
halaman.
Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak
dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai
mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya. "Oh
tidak, lanjutkan" jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang
terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata
dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan
daftarmu".
Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak
mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan
aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri.
Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari
pribadimu yang kudapatkan kurang"
Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan
ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya,
Ia menunduk dan menangis.
Pesan moral :
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan,
depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan
hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan
pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk,
mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah
di sekeliling kita?
Kita akan menjadi
orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang
baik dan mencoba melupakan yang buruk.
Cinta tak pernah memandang kekurangan orang yang kita
sayangi dan kita cintai.
Cinta hanya akan membawa kebahagian dan saling berbagi
untuk memahami kekurangan masing-masing. mencintai dengan apa adanya.
Cinta tak pernah menyakiti, yang sebenarnya adalah
menambah kedewasaan dan cara berpikir kita untuk memandang hidup, sebagai kasih
karunia Tuhan yang terbaik. Cintailah semua makhluk dengan harapan semua
berbahagia.
Raja dan
Penasehatnya
Di sebuah kerajaan yang sangat makmur, hiduplah seorang
Raja yang pemberani dan penasehatnya yang bijaksana. Suatu hari sang raja dan
penasehat pergi berburu. Malangnya, terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan
jari kelingking sang raja terputus. Maka pulanglah rombongan ini dalam keadaan
yang gundah. Setelah mengalami perawatan beberapa hari, sang Raja mulai pulih
secara fisik, tetapi dia masih sangat malu untuk muncul di depan umum. Maka
dipanggillah sang penasehat.
Raja : "Penasehat, bagaimana menurut pendapatmu
keadaanku yang tidak lengkap lagi ini?"
Penasehat : "Tidak masalah, baginda. Itu baik-baik
saja. Bersyukurlah bahwa hanya kelingking yang hilang"
Mendengar ini marahlah raja kepada penasehat. Dia
berdebat panas dengan sang penasehat yang akhirnya dipenjarakan karena dianggap
menghina Raja. Diangkatlah seorang penasehat baru.
Raja tidak bisa meninggalkan hobi berburunya. Setelah
sembuh total, dia bersama penasehat barunya berburu kembali ke hutan yang lain.
Tetapi kembali sebuah kemalangan menimpa rombongan ini. Sedang asyik-asyiknya
mengejar kijang buruan, maka tersesatlah raja dan penasehat di hutan tersebut.
Mereka tertangkap oleh segerombolan suku liar di hutan itu, dan segera diikat
untuk dikorbankan kepada dewa suku itu.
Upacara sudah disiapkan. Kuali raksasa diisi air dan
sudah dipanaskan. Kedua tawanan dibawa siap untuk disembelih dan dimasak.
Tiba-tiba sang dukun berteriak, bahwa si Raja tidak boleh ikut disembelih
karena cacat di kelingkingnya. Korban harus sempurna tidak boleh cacat. Maka
raja itu dibuang ke hutan, dan setelah 3 hari bertemu pasukan pencari yang
sudah berhari-hari berkeliling mencari sang Raja.
Raja pulang dengan keadaan letih, tetapi lega. Yang
pertama dikunjunginya adalah sang penasehat yang berada di penjara. Penasehat
itu dikeluarkan dari penjara dan Raja mengucapkan terima kasih. Raja
membenarkan pendapat sang penasehat bahwa memang kita harus bersyukur.
Penasehat yang kebingungan dengan perubahan hati sang raja bertanya ada apa.
Dan Raja menerangkan semua peristiwa di hutan itu. Lalu sang penasehat juga
langsung sujud di hadapan Raja. "Baginda saya juga berterima kasih karena
baginda telah memenjarakan saya. Kalau saya tidak dipenjara saat ini, tentu
saja saya yang sekarang sedang di masak oleh suku liar itu".
*Jangan pernah menyesali yang sudah lalu. Bersyukurlah,
dan carilah hikmah dari setiap peristiwa.
Adakah yang
akan mendoakan kita ?
Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan
akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di Rumah Sakit di ruang ICU. Disaat
orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat
menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, "kalau dalam waktu 24
jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya
jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau
akan meninggal dunia!
"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ...
" kata si pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1
jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat
kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya,
"apakah besok pagi aku sudah pulih? pastilah banyak
yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang,
jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang
sulit".
Dengan lembut si Malaikat berkata, "anakku, aku
sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini
baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktu mu tinggal 60 menit lagi,
rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat
kesembuhanmu".
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat
menunjukkan layer besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya.
Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang
anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air
mata di pipi mereka".
Kata Malaikat, "aku akan memberitahukanmu, kenapa
Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak
putus-putus berharap akan kesembuhanmu" Kembali terlihat dimana si istri
sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya
suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati
pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia
memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi
perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak
yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan
hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." dan setelah itu
istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di
pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".
Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di
pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang
baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari
betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10
menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha
ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat ! tidak mungkin
dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang! Dengan setengah bergumam dia
bertanya, "apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman
organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"
Jawab si Malaikat, " ada beberapa yang berdoa buatmu
tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita
saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan
yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini
adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat
anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah
deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si
istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si
Malaikat berkata, "anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! kau
tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam
24:00". Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya
siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu
tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.
Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu,
walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk
menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.
Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut
membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di
ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma
adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti
asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.
Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak
punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat
seorang sahabat lama / keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal
seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia
dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.
Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan
mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa
yang terjadi. Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain... sebaliknya
perbanyaklah berdoa buat orang lain.
Baca juga: Keajaiban Isra dan Miraj
2 Serigala
Ada 2 ekor serigala di hutan Rica-rica, serigala B
menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak
jauh dari tempat mereka berdiri,
"DUAAAKK!!" begitu suaranya.
Suara Seorang
Kakak
Sebagian besar orang memperoleh inspirasi dalam hidup
mereka. Mungkin dari percakapan dengan seseorang yang kau hormati atau sebuah
pengalaman. Apa pun bentuknya, inspirasi cenderung membuatmu memandang
kehidupan dari sudut pandang yang baru. Inspirasiku berasal dari adikku Vicki,
seseorang yang baik hati dan penuh perhatian. Ia tidak peduli akan penghargaan
atau masuk dalam surat kabar. Yang diinginkannya hanyalah berbagi cinta dengan
orang yang dikasihinya, keluarga dan teman-temannya.
Ada sebuah tumor otak ganas yang menyebabkannya lumpuh.
Dokter hanya memberinya waktu kurang dari tiga bulan. Aku ingat aku
bertanya-tanya, bagaimana mungkin ini terjadi? Sehari sebelumnya Vicki
baik-baik saja.
Saya Hanya Minta Sedikit Perhatian
Demikian pula
dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri
dengan Biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil
dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana
kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami.
Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya
memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak.
Lalu sejak
kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena
anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah
mempunyai rumah yang juga besar. Hidup
saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya
memerlukan nya.
Tidak sebulan
sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu
tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah
karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan
hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan
rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya.
Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang
saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka
ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya
pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka
meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.
Lalu saya
tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan
sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat
untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu
dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut
kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya
makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka
sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan
minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya
tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi
melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan
kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah
beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi
saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti
jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka
berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah
2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk
mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua
harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang
dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya
demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua
harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi
mereka sibuk dengan diri sendiri.
Kadang saya
menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk.
Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari
dermawan-dermawan yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak
saya.
*Sampai hatikah
kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena
semua kesibukan hidup kita.
Bukankah suatu
haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa
Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih
mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan
kasih sayang orang tua.
Baca juga: Istighfar (Memohon Ampunan) Keutamaan, Waktu dan Lafazh-Lafazhnya