Dalam bukunya yang berjudul "Min Ajli Khuthwatin
ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak", Sa'id Hawwa
mengungkapkan ketentuan-ketentuan dalam Islam yang bersifat badihi
(prinsipil), yaitu merupakan ketentuan yang sudah jelas nash-nya dan
tidak diragukan lagi kebenarannya. Dan semua ummat Islam wajib menerima
ketentuan atau konsepsi dalam Islam yang bersifat badihi tersebut.
Menurut Sa'id Hawwa, ada sepuluh ketentuan yang bersifat badihi (prinsipil).
Berikut ini ke-sepuluh prinsip tersebut yang diringkas dari
buku "10 Aksioma tentang Islam" - terjemahan dari buku
"Min Ajli Khuthwatin ila al-Amam'ala Thariqi al-Jihad al-Mubarak".
Prinsip Pertama
Islam adalah satu-satunya sistem hidup yang dibebankan
pada seluruh ummat manusia, di barat atau di timur, di utara atau di selatan,
berkulit kuning, merah, putih atau hitam. Allah SWT telah mengumumkan bahwa Dia
tidak akan menerima sistem hidup (ad-Dien) selain Islam dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dien (sistem hidup) yang diridhai di sisi Allah ialah Islam. (QS.
Ali Imran:19)
Barangsiapa yang mencari dien (sistem hidup) selain Islam, maka sekali-kali
tidak akan diterima (dien itu) darinya. (Qs.Ali Imran:85)
Yang dimaksud dengan Islam adalah risalah yang diturunkan Allah SWT melalui
Nabi Muhammad saw. Risalah ini merupakan penutup seluruh risalah Allah SWT, dan
demikian risalah atau agama yang diturunkan Allah sebelumnya melalui para
Nabi-Nya yang terdahulu tidak berlaku lagi. Karena itu seluruh manusia
diwajibkan untuk memeluk Islam sampai Hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak
mengimani Islam, sedangkan seruan Islam telah sampai kepadanya, maka ia
dianggap sebagai ahli neraka.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mendengar seseorang tentangku
dari ummat ini, apakah ia Yahudi atau Nasrani, kemudian ia tidak beriman dengan
apa yang diutus kepadaku melainkan ia akan tergolong dari ahli neraka. (HR.Muslim)
Prinsip Kedua
Islam adalah satu-satunya jawaban yang benar dan bersih
terhadap semua persoalan manusia. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
yang meliputi keyakinan, ibadat, syari'at dan syi'ar-syi'ar. Islam merupakan
neraca dan satu-satunya tolok ukur untuk semua sisi kehidupan manusia. Dari
Islamlah terefleksinya petunjuk yang benar dan lurus serta selamat dalam segala
hal.
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)
Al-Qur'an menerangkan segala persoalan, apakah melalui
nash-nashnya atau
melalui kesimpulan-kesimpulan yang tepat tentang nash-nash tersebut berdasarkan
hadits, qiyas, ijma' ulama, istihsan, istishab, istislah, 'urf,
hukum-hukum yang diakui oleh akal, syara' atau hukum adat menurut batas-batas
yang dibenarkan oleh nash tersebut.
Prinsip Ketiga
Bila seseorang masuk Islam, berarti ia telah menyerah
secara mutlak kepada Allah SWT dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk yang berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan,
emosi, perbuatan, pemikiran, kepercayaan dan peribadatan. Termasuk
dalam hal konstitusi dan undang-undang kehakiman. Di samping itu Islam berarti
penolakan total terhadap seluruh bentuk penyekutuan dengan selain Allah.
Allah SWT berfirman:
....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus.... (Qs.al-Baqarah:256)
Prinsip Keempat
Dalam Islam pemikiran eksperimental merupakan salah satu
fenomena proses pembentukan pribadi Muslim atau karakteristik Islam. Oleh
karena itu segala sesuatu yang telah dicapai oleh akal yang sehat dan melalui
proses percobaan adalah sesuatu yang dapat diterima dari sudut pandangan Islam
dan diberi jaminan kepercayaan terhadap kesahannya. Rasulullah pernah bersabda:
Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana saja ia
jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.
Namun jika pemikiran-pemikiran eksperimental itu sudah tidak murni lagi, telah
diwarnai oleh sistem hidup yang tidak Islami, maka kita berkewajiban untuk
membersihkannya terlebih dahulu, dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam yang
bersih, sebelum kita menggunakannya.
Prinsip
Kelima
Islam adalah satu sistem yang sempurna dan lengkap,
karena ia mencakup seluruh sistem politik, sosial, ekonomi dan moral. Oleh
karena itu mengabaikan atau melupakan sebagian dari sistem Islam berarti
menghalangi perjalanan seluruh sistem itu sendiri. Begitu juga menegakkan
politik yang tidak berdasarkan pada pilar-pilar Islam merupakan satu kendala
dan sekaligus tantangan terhadap Islam.
Seluruh sektor kehidupan kaum Muslimin harus selalu berlandaskan pada
nilai-nilai dan syari'at Islam, ekonominya, politiknya, sosialnya,
pendidikannya, militernya dan sektor-sektor lainnya. Tidak
dibenarkan melaksanakan Islam secara parsial (tentunya selama kondisi dan
kemampuan memungkinkannya).
Apakah patut kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi yang berbuat demikian dari
kamu, kecuali kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka akan
dikembalikan kepada siksa yang amat berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang
kamu perbuat. (Qs.al-Baqarah:85)
Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang kafir. (Qs.al-Maidah:44)
Prinsip Keenam
Seluruh kaum Muslimin dibebani kewajiban menegakkan
kalimatullah agar Islam menjadi satu-satunya Dien yang tegak di bumi ini. Allah
berfirman:
Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah
dan kalimatullah itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimatullah
yang tertinggi sekali, maka ia berjuang di jalan Allah. (al-Hadits)
Salah satu tujuan Allah mengutus Rasul-Nya adalah agar Islam sebagai dienullah
menang terhadap dien-dien (sistem hidup) lainnya. Karena itu semua pengikut
Muhammad berkewajiban untuk mewujudkan kemenangan Islam dengan berjihad di
jalan-Nya.
Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang haq, agar dimenangkan-Nya terhadap
semua dien. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
(QS .al-Fath:28)
Orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah
orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (Qs.at-Taubah:20)
Prinsip Ketujuh
Kaum Muslimin dalam satu negara, bahkan di seluruh dunia
harus merupakan satu sekutu, satu blok dan satu jama'ah. Sekutu ini adalah
sekutu iman dan politik. Apa pun bentuknya yang memisahkan dan mengesampingkan
hal ini adalah satu kekufuran dan kesesatan yang amat besar. Sekutu dan blok
tersebut harus mempunyai imam tersendiri.
Kepemimpinan dan persatuan bagi ummat Islam sangat penting sekali. Para sahabat
Rasulullah saw telah mendahulukan pemilihan khalifah ketimbang mengubur jenazah
Rasulullah saw. Dalam satu kesempatan Rasulullah saw bersabda:
Tidak boleh bagi tiga orang berada di manapun di bumi ini, kecuali memilih
salah satu seorang di antara mereka itu sebagai pemimpin. (Musnad Imam Ahmad,
jilid II, hal.177)
Mu'min dengan mu'min lainnya itu ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota
tubuhnya ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut merasa sakit. Demikian
Rasulullah pernah mengingatkan ummatnya.
Umar bin Khattab pernah berkata, "Tidak ada Islam tanpa jama'ah, tidak ada
jama'ah tanpa imamah, tidak ada imamah tanpa ketaatan, dan tidak ada ketaatan
tanpa bai'at. Barangsiapa yang keluar dari jama'ah maka ia telah keluar dari
Islam."
Prinsip Kedelapan
Dalam kondisi kekuasaan politik Islam dan kaum Muslimin
di seluruh penjuru dunia sedang mengalami kehancuran dan kelumpuhan seperti
sekarang, maka merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk cepat-cepat
melantik seorang imam yang akan memimpin perjuangan, atau untuk mempersiapkan
diri menghadapi peperangan, atau melakukan persiapan yang matang untuk memilih
seorang yang akan memimpin mereka. Hal ini merupakan salah satu masalah
yang sangat mendesak untuk segera dilaksanakan.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang
kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)
Dalam memperjuangkan kebenaran (al-Islam) diperlukan kesungguhan, sumber daya manusia dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai, sarana dan prasarana serta pengorganisasian yang rapi.
Sayyidina Ali ra pernah mengatakan, "Kejahatan yang terorganisir dapat
megalahkan kebenaran yang tidak terorganisir." Agar perjuangan dapat
terorganisir maka diperlukan kepemimpinan, yang manhaj kepemimpinannya
berpegang kepada al-Qur'an dan as-Sunnah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(Qs.ash-Shaff:4)
Prinsip Kesembilan
Menyertai dan bergabung dengan jama'ah Islam dan imamnya
adalah suatu kewajiban besar di dalam Islam. Kewajiban ini secara langsung tidak
memberikan peluang untuk mengelakkan diri dari keterlibatannya dengan jama'ah
dan imamnya, kecuali dalam kondisi dimana orang-orang Islam tidak mempunyai
jama'ah dan imamnya. Maka dalam keadaan seperti itu, seorang Muslim harus
memisahkan diri dari perkumpulan sesat dan tetap berpegang kepada yang haq.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta Abu Daud,
dari Hudzaifah al-Yamani, diriwayatkan sebagai berikut:
Orang-orang
yang bertanya pada Rasulullah saw tentang kebaikan, tetapi saya bertanya
tentang kejahatan, sebab saya takut akan terlibat dengannya. Saya bertanya:
"Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa Jahiliyah dan diliputi
oleh suasana kejahatan, lalu Allah mendatangkan pada kita kebaikan ini, maka
apakah sesudah kebaikan itu akan ada kejahatan?"
"Ada," jawab Rasulullah.
"Apakah sesudah kejahatan itu akan ada
kebaikan?" Saya bertanya lagi.
Rasulullah menjawab, "Yaitu segolongan ummat yang
mengikuti sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah
mereka olehmu, dan
cegahlah."
Saya bertanya lagi, "Kemudian setelah kebaikan
tersebut masih adakah
kejahatan lagi?"
Rasulullah menjawab, "Masih, yaitu para penda'wah
yang menyeru manusia ke pintu
neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, niscaya mereka akan dilemparkan ke dalam neraka."
Lalu saya bertanya kepada Rasulullah, "Apa yang
harus saya lakukan jika saya menghadapi
keadaan yang demikian itu?"
Jawab Rasulullah, "Hendaklah kamu teguh pendirian dengan jama'ah Islamiah
dan imamahnya."
"Bagaimana kalau sudah tidak ada lagi jama'ah
Islamiah dan imamahnya?" Saya terus
bertanya.
Rasulullah menjawab, "Tinggalkan golongan-golongan
itu semua, walaupun kamu akan menggigit sebatang pohon kayu, sampai kamu mati
dalam keadaan demikian."
Persoalannya sekarang, apakah bumi yang kita diami ini
telah kehilangan jama'ah dan imamnya, sedang Rasulullah saw bersabda:
Akan selalu ada di kalangan ummatku, satu golongan yang
mendukung kebenaran, golongan yang selalu menentang dan membelakangi mereka
tidak akan memberikan kemudharatan apa-apa kepada mereka sehingga Hari Kiamat.
Imam Ali ra mengatakan, "Tidak akan sunyi bumi ini
dari seorang pemimpin yang berdiri untuk Allah dengan hujjah-hujjahnya."
Prinsip Kesepuluh
Ummat Islam, sebenarnya merupakan satu jama'ah atau satu
partai, dan maju mundurnya jama'ah ini tergantung pada pencapaian ilmu,
karakteristik, dan komitmen ummat terhadap Islam. Oleh karena itu
segenap kaum Muslimin harus terikat
pada rencana atau program yang telah disusun. Dan rencana atau program yang
disusun secara spontanitas pun harus tunduk kepada kaidah-kaidah yang ketat,
dan tidak boleh membelakangi ke arah tercapainya tujuan.
Karakteristik ummat Islam dan jama'ahnya adalah sesuai dengan ayat 36-43 surat
asy-Syura. Karakteristik ummat Islam ialah beriman, bertawakkal, menjauhkan
diri dari dosa-dosa kecil maupun besar dan perbuatan keji, mengontrol diri dari
marah, menyambut seruan Allah dalam semua hal, mendirikan shalat, berinfaq di
jalan Allah dan berlaku adil sesama manusia.
Sedangkan ciri-ciri khusus dari jama'ah Islamiah ialah adanya syura dan selalu
menentang kezaliman.
Penutup
Kekalahan, keterbelakangan, penindasan dan yang dialami ummat Islam sekarang
ini disebabkan adanya perselisihan dan perpecahan yang menimpa ummat Islam
dewasa ini. Perpecahan dan perselisihan ummat Islam sekarang ini persoalannya
bukanlah terletak pada perlunya pembersihan jiwa dan hati, luwes dan sikap
berhati-hati di dalam gerakan, tentang perlunya sikap berlindung, atau perlunya
semangat jihad. Ia juga bukan karena perbedaan tentang perlunya penguasaan
terhadap seluruh medan perjuangan, juga bukan karena perbedaan perlunya suasana
terbuka yang menjamin keamanan da'wah Islamiah. Dan bukan pula karena perbedaan
tentang persoalan-persoalan yang dapat memberikan pelayanan kepada orang Islam.
Tetapi sumber segala perselisihan dan perpecahan di antara kita ialah karena
adanya perbedaan pandangan terhadap persoalan-persoalan dalam Islam yang bersifat
prinsipil (badihi). Sehingga banyak dari kalangan ummat Islam sendiri yang
melupakan dan mengabaikan prinsip (pokok) dalam Islam.