Khutbah Pertama
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ
اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ
فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ
فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah, Tuhan
semesta alam. Pujian yang meliputi nikmat-Nya dan mencukupkan tambahan
karunia-Nya. Semoga kita semua yang hadir dan mengikuti shalat Jumat di masjid
ini diberikan kekuatan iman dan ihsan yang tiada berbatas. Ya Allah,
limpahkanlah shalawat dan salam ke hadapan Nabi Muhammad saw. beserta keluarga,
sahabat, dan pengikutnya yang beriman, sebagaimana Engkau telah limpahkan
karunia dan barakah kepada Nabi Ibrahim as.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pernikahan merupakan ikatan cinta suci antara dua insan
manusia untuk hidup bersama, yang dilandasi semata karena niat ibadah kepada
Allah swt. untuk membangun dan membina biduk rumah tangga. Pada hakikatnya,
ibadah merupakan misi sentral dalam penciptaan manusia ke dunia. Hal ini
ditegaskan dalam firman-Nya surat Az-Dzariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقتُ ٱلجِنَّ وَٱلإِنسَ إِلَّا لِيَعبُدُونِ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Dzariyat: 56).
Al-Qur’an juga menyebut istilah pernikahan ini dengan
mitsaqan ghalidzan, yang bermakna “perjanjian yang kokoh, kuat, lagi berat”.
Perjanjian ini diisyaratkan dengan adanya perjanjian antara Allah swt dan
Rasulullah Muhammad saw. Oleh karenanya, hendaknya perjanjian ini diucapkan
dengan serius, bersungguh-sungguh, tidak pula main-main, bahkan “hanya dilakukan
sekali untuk selamanya” sepanjang kehidupan manusia di dunia. Pernikahan adalah
ibadah terpanjang, karena itu orang yang sudah berketetapan hati untuk menikah,
dituntut untuk menjaga kelanggengan ikatan pernikahan mereka, begitu pula
keutuhan bahtera rumah tangga yang dijalani.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Agama kita memberikan kompas yang lengkap terhadap
persoalan pernikahan. Islam menaruh perhatian besar pada institusi keluarga.
Hukum keluarga dijelaskan begitu detail lagi rinci, dimulai dari memilih
pasangan hidup, siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi, tata cara dalam
perkawinan, etika hubungan suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati,
pendidikan anak dan keluarga, kematian, bahkan sampai dengan pembagian warisan,
semua lengkap aturannya.
Sebuah hadis Nabi saw. menyatakan perlunya “kriteria
khusus” untuk mencari pasangan hidup. Secara eksplisit Nabi menyatakan bahwa
agama dan akhlah seseorang merupakan prirotas serta pertimbangan utama.
Beliau bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita/pria
karena kecantikannya atau ketampanannya, itulah yang menjerumuskan mereka.
Janganlah kamu menikahi wanita/pria karena semata-mata hartanya. Mungkin sekali
hartanya itulah yang menjadikan mereka jahat, tetapi menikahlah dengan wanita
atau pria karena agama mereka. Sesungguhnya seorang wanita atau pria yang buruk
roman mukanya lagi hitam kulitnya, tetapi dia berakhlak (beragama) mulia, maka
itulah justru yang lebih utama.” (Riwayat Ibnu Majah)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam menjadi a long life struggle kehidupan berkeluarga,
Islam memberikan tiga perkara pokok yang harus selalu diperhatikan. Tiga kata
itu sangat familier di telinga kita, meskipun sepintas mengandung istilah yang
sama, akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya memiliki arti yang
berbeda. Ketiga kata kunci itu adalah mawaddah, rahmah, dan sakinah.
Pertama, mawaddah, yang berarti kelapangan dada dan
kekosongan jiwa dari kehendak buruk. M. Quraish Shihab mengatakan mawaddah
adalah cinta plus. Dalam menjalani kehidupan keluarga tentu tidaklah senantiasa
berjalan mulus, terpaan masalah datang silih berganti. Dalam kondisi seperti
ini, sikap mawaddah harus dikedepankan. Di sinilah saatnya mengimprovisasi rasa
cinta kepada pasangan. Bahwa kita menerima segala kekurangan yang ada, dan
meyakini bahwa dia adalah pasangan terbaik kita pilihan Allah swt.
Kedua, rahmah, yang bermakna saling simpati, menghormati,
dan menghargai antara satu dengan lainnya. Ungkapan itu harus “dibiasakan” dan
seringkali ditunjukkan dalam bentuk ucapan. Alangkah indahnya dalam kehidupan
rumah tangga antara suami-istri ringan hati mengucap terima kasih, minta maaf
dari dan untuk pasangannya. Sikap kasih dalam rahmah dilandasi spiritualitas,
yaitu kemampuan menorehkan kebermaknaan dalam kehidupan berkeluarga.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, adalah sakinah. Ternyata Islam belum merasa cukup
ketika memberi bekal dengan untaian mawaddah dan rahmah saja, Al-Qur’an juga
perlu menambah dengan kata kunci pokok yang sangat penting, yaitu sakinah.
Dirasa kurang pemupukan sifat mawaddah dan rahmah kalau tidak didukung
kebutuhan dan kesadaran yang mendalam. Maka Islam mensyaratkan kedamaian,
ketenteraman, keharmonisan, kekompakan, kehangatan, keadilan, kejujuran, dan
keterbukaan yang diinspirasikan berlandaskan spiritualitas asas Ketuhanan.
Keterpaduan ketiga sifat essensial ini merupakan kunci pokok dalam keberhasilan
membina dan membangun kehidupan berkeluarga yang bahagia.
Demikianlah, khutbah singkat pada siang hari ini, semoga
dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita senantiasa dalam kasih sayang Allah
swt. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: Hadits Tentang Amalan Hari Jumat
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا
اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ
الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Melalui khutbah kedua kali ini, marilah kita berdoa
seraya bermunajat kehadirat Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan. Semoga
dalam mengarungi bahtera kehidupan kita selalu dalam naungan ridha dan perkenan
Allah Swt.
Ya Allah, jadikanlah keluarga kami menjadi keluarga yang
sakinah, tenang, dan tenteram. Keluarga yang sa’adah, sejahtera, dan bahagia.
Jadikanlah di antara kami cinta dan kasih yang paling utama semata hanya karena
rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ
هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا،
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ
زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ
وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ
رَّحِيْمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ،
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ،
وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ