إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Alah Subhanahu wa
Ta’ala yang senantiasa memberikan banyak kenikmatan sehingga tidak terhitung
nilai dan jumlahnya. Nikmat tersebut dicurahkan siang dan malam kepada kita.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang
senang bersyukur kepadaNya. Yaitu dengan meningkatkan taqwa dan taqarrub
kepadaNya.
Jamaah shalat JUMAT rahimakumullah,
Dengan dekatnya bulan Ramadhan, kami ingin mengingatkan
diri kami sendiri, dan juga kepada kaum muslimin, bahwa pada bulan yang penuh
barakah ini mengandung tiga jenis ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa dan
tarawih.
Tentang zakat, alhamdulillah banyak kaum Muslimin yang
melaksanakannya pada bulan ini. Syari’at zakat merupakan bagian dari ibadah.
Juga merupakan salah satu kewajiban dalam Islam. Dengan menunaikan zakat,
berarti kita telah bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah, dan telah
melaksanakan salah satu rukun Islam. Zakat yang dikeluarkan itu, bukanlah beban
yang akan menyebabkan kita miskin, sebagaimana kekhawatiran yang dibisikkan
setan kepada orang yang lemah imannya. Tetapi, justru membayar zakat akan
menambah harta seseorang, Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَآءِ وَاللهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً
وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُ (268)
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu
ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha
Mengetahui. (QS al Baqarah/2 : 268).
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ
مِّاْئَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji. Allah
melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah/2 : 261).
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ
ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ
بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلُُ فَئَاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ
يُصِبْهَا وَابِلُُ فَطَلُُّ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun
itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
(QS al-Baqarah/2 : 265).
Jamaah shalat JUMAT
rahimakumullah.
Dalam membayarkan zakat, hendaklah kita tunaikan dengan
penuh amanah. Kita keluarkan zakat dari benda-benda yang wajib dizakati,
sedikit atau banyak. Kita hitung dengan teliti. Sehingga barang yang sudah
wajib dizakati, sedikitpun tidak terabaikan. Karena tujuan menunaikan zakat
adalah untuk membebaskan diri dari tanggungan kewajiban, dan menyelamatkan diri
dari ancaman yang amat dahsyat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلاَيَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ
بِمَآءَاتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرُُّ
لَّهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَابَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَللهِ مِيرَاثُ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ (180)
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kemu kerjakan. (QS. Ali Imran/3 : 180).
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلاَيُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَاكَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا
مَاكُنتُمْ تَكْنِزُونَ (35)
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam
neraka Jahannam, lalu dibakarnya dari mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari ) apa yang kamu simpan”. (QS. At
Taubah/9 : 34-35).
Tentang ayat yang pertama, Rasulullah bersabda :
مَنْ آتَاهُ الله مَالاً فَلَمْ يُوَدّ
زَكَاتَهُ مُثِلّ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ
زَبِيْبَتَانِ ثُمّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمّ يَقُوْلُ
أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
Orang yang dianugerahi harta oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, kemudian dia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari Kiamat harta itu
dijelmakan ke wujud seekor ular yang sangat berbisa, memiliki dua taring lalu
dia menerkam dengan dua rahangnya seraya berkata : “Aku adalah hartamu, aku adalah
simpananmu”.
Sedangkan tentang ayat kedua, telah dijelaskan oleh
Rasulullah shollalllahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ
يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ
صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا
جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ
كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ
فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
Tidak ada seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak
menunaikan zakatnya, kecuali nanti pada hari Kiamat dia akan dibuatkan
lempengan-lempengan dari api, kemudian dipanaskan di atas api. Lempengan itu
digunakan untuk menyetrika bagian samping tubuh, kening dan punggungnya.
Tatkala lempengan itu mulai mendingin, akan dikembalikan (untuk dipanaskan
lagi). (Kejadian ini) berlangsung selama lima puluh ribu tahun, sampai semua
hamba selesai diadili. Lalu dia akan melihat jalan, mungkin ke surga atau
mungkin ke neraka.
Kaum muslimin rahimakumullah
Setelah menyimak nash-nash di atas, semestinya kita takut
dengan ancaman-ancaman tersebut. Tunaikanlah zakat kepada dengan penuh amanah,
dan berikanlah kepada yang berhak menerimanya, tidak asal mengerjakan. Harta
zakat jangan digunakan untuk kepentingan yang lain. Kita berharap, semoga zakat
yang kita bayarkan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kaum muslimin, Jamaah shalat JUMAT rahimakumullah,
Adapun jenis ibadah kedua yang ada pada bulan ini, yaitu
Puasa Ramadhan. Ibadah ini, juga merupakan salah satu rukun Islam. Manfaat
puasa telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al Qur’an surat al
Baqarah/2 ayat 183, yaitu agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
Itulah hakikat tujuan puasa, yaitu agar kita menjadi
orang yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni dengan menjalankan
perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Maka seorang muslim semestinya
melaksanakan yang telah menjadi kewajibannya. Dalam menjalankan puasa, seorang
muslim juga dituntut untuk menjauhi hal-hal yang diharamkan, seperti berkata
dusta, ghibah (menggunjing) dan lainnya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ
بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan
perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh pada puasanya. (HR Bukhari-Muslim).
Hadits ini menunjukkan, orang yang berpuasa, sangat
ditekankan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan ini. Mengapa?
Karena sangat berpengaruh terhadap puasa yang sedang dijalankan.
Namun amat disesalkan, banyak kaum Muslimin, ketika
menjalankan ibadah puasa pada bulan ini, keadaannya tidak berbeda antara saat
berpuasa dan tidak puasa. Ada di antaranya yang tetap saja menganggap remeh
kewajiban-kewajiban, atau tetap saja melakukan perbuatan-perbuatan diharamkan.
Sungguh sangat disesalkan. Seorang mu’min yang berakal, ia tidak akan
menjadikan hari-hari puasanya sama dengan hari-hari yang lain. Pada saat
berpuasa, ia akan lebih bertaqwa kepada Allah, dan lebih bersemangat
menjalankan perintah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk
orang-orang menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita
lakukan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ
هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
[KHUTBAH KEDUA]
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا.
Jamaah shalat JUMAT
rahimani wa rahimakumullah
Jenis ibadah yang ketiga dalam bulan Ramadhan, yaitu
ibadah shalat tarawih. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menganjurkan ibadah ini. Beliau shollallahu wa sallam menyampaikan dalam
sabdanya :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Orang yang melaksanakan qiyam ramadhan (tarawih) karena
iman dan ingin mendapatkan balasa, maka dia akan diampuni dari dosanya. (HR.
Bukhari-Muslim)
Qiyam Ramadhan ini juga mencakup shalat-shalat sunat pada
malam-malam Ramadhan dan shalat tarawih. Oleh karena itu, seharusnya kita
memperhatikan dan senantiasa menjaganya. Kita laksanakan dengan penuh antusias
bersama imam, dan tidak meninggalkan imam. Demikian ini karena Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ
كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa shalat bersama imam sampai imam itu selesai,
maka dituliskan baginya shalat satu malam.
Adapun kepada para imam yang menjadi imam dalam shalat
tarawih, hendaknya bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
menjalankannya. Seorang imam hendaklah tetap menjaga thuma’ninah dan dengna
tenang, sehingga para ma’mun memiliki kesempatan untuk menjalankan hal-hal yang
diwajibkan atau disunnahkan, sesuai dengan kemampuannya.
Jamaah shalat JUMAT
rahimani wa rahimakumullah,
Sungguh, pada masa sekarang ini, kita melihat renomena
yang amat menyedihkan. Ada di antara para imam yang melaksanakan shalat tarawih
secara cepat, sehingga meninggalkan thuma’ninah. Padahal, thuma’ninah merupakan
salah satu rukun shalat. Pelaksanaan ibadah shalat yang tidak memperhatikan
thuma’ninah adalah haram. Hal ini disebabkan : Pertama, karena ia meninggalkan
thuma’ninah. Kedua, meskipun tidak sampai meninggalkan thuma’ninah, akan tetapi
perbuatan imam tersebut telah menyebabkan orang-orang yang ma’mum kepadanya
merasa kelelahan, dan tidak bisa melaksanakan yang seharusnya mereka lakuka.
Dan perlu diketahui, orang yang menjadi imam dalam shalat, tidaklah sama dengan
shalat sendirian. Seorang imam wajib memperhatikan para ma’mumnya, menunaikan
amanah yang ada di pundaknya, serta melaksanakan shalat sebagaimana mestinya.
Para ulama menyebutkan, seorang imam dimakruhkan untuk
mempercepat shalat, sehingg menyebabkan ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal
yang disunnatkan. Lalu bagaimana kalau sang imam mempercepat shalatnya,
sehingga para ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan?
Terakhir, kami nasihatkan kepada diri kami sendiri, juga
kepada kaum Muslimin, hendaklah kita bertaubat dan kembali ke jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala sesuai dengan kemampuan, baik pada bulan Ramadhan maupun di luar
Ramadhan.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ
الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ
الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ
الْعَالَمِيْنَ.