Wahai umat manusia, wahai yang merasa manusia, aku
wasiatkan kepada diriku sendiri dan kepada semua yang merasa manusia agar
bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Di sebagian ayat dalam Al-Qur’anul karim, Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengatakan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا…
“Wahai manusia, bertakwalah kalian
kepada Allah..”
Di ayat yang lainnya Allah memanggil dengan panggilan
yang lebih spesial:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ…
“Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa…”
…وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“…dan janganlah kalian mati kecuali
dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Ahibbati Fillah..
Kalau kita melihat perilaku banyak manusia, dari sejak
tadi pagi kita berangkat ke tempat kerja, kita melihat bagaimana mobil-mobil
berlalu, motor-motor ramai dan padat di lampu merah, pernahkah kita bertanya,
mereka mau kemana? Apa sebenarnya yang mereka kejar sehingga membuat mereka
meninggalkan rumah mereka, meninggalkan kasur mereka, meninggalkan istri dan
anak-anak mereka? Seakan-akan mereka akan hidup kekal dan abadi. Bekerja, kaki
dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki, setiap hari seperti itu.
Ahibbati fillah..
Padahal kita sudah divonis mati. Sudah turun vonis mati
itu, kita hanya menunggu kapan kita dieksekusi, semuanya. Allah mengatakan
kepada NabiNya, manusia terindah yang pernah menginjakkan kakinya di muka bumi
ini, manusia termulia yang Allah cintai dan Allah banggakan. Allah mengatakan
kepada beliau:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Muhammad -‘Alaikash Shalatu was
Salam Ya Rasulullah-, engkau sudah divonis mati. Manusia-manusia yang sedang
berjalan di muka bumi ini, yang mungkin sibuk dengan pekerjaannya, yang mungkin
sedang berada di atas motornya, yang mungkin sedang asik menikmati makanannya,
semuanya bakal mati.” (QS. Az-Zumar[39]: 30)
Lalu apa yang kita cari?
Hampir setiap hari kita mendengar pengumuman Fulan telah
meninggal dunia, Fulan bin Fulan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji‘uun.
Kita kaget.. Kalau kita kenal dengan orang itu, kalau
kemarin orang itu masih makan bersama kita, kita berpikir “Ya Allah, bukankah
dia yang sehat, yang kemarin makan bersama kita, yang kemarin olahraga bersama
kita, yang mungkin kemarin sedang mengurus surat-surat motornya, surat-surat mobilnya,
hari ini dia meninggal dunia?”
Kita tidak perlu kaget, jama’ah. Karena suatu saat yang
akan diumumkan di sana adalah nama kita. Kita hanya menunggu waktu.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Kalau kita bicara pribadi, kita ingin hidup lebih
panjang, tapi tunjukkan kepadaku, mana orang yang umur 100 tahun? Adakah yang
hidup 200 tahun? Sebagian orang bangun istana, bangun rumah yang megah, yang
mungkin bertahan untuk ratusan tahun, kita bisa melihat rumah-rumah sisa
bangunan Belanda, kemana yang membangunnya? Kemana yang bekerja membinanya?
Kemana yang pernah menempatinya?
Rumah yang kita bangun, kendaraan yang kita miliki, suatu
saat akan berpindah tangan. Jangan bicara rumah kita, jangan bicarakan
kendaraan kita, bumi yang kita tempat, yang kita melihat orang berjalan di
atasnya, merasa aman, mereka bisa mengerjakan aktivitas semau mereka, tapi kata
Allah Jalla Jalaluhu:
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾ وَأَخْرَجَتِ
الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾ وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا ﴿٣﴾ يَوْمَئِذٍ
تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾ يَوْمَئِذٍ
يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ
﴿٨﴾
Ketika bumi ini digoncangkan.. Antum akan melihat masjid
tempat kita shalat, gedung-gedung yang hebat, yang tinggi, yang dibangun oleh
manusia akan hancur. Bayi-bayi pun akan beruban pada hari itu.
Kita bisa melihat tatkala terjadi gempa sedikit, gempa 5
menit, kemana kita akan kabur? Antum tidak akan mengambil motor antum, kita
tidak akan memikirkan mobil kita, kita tidak akan berfikir tentang HP, juga
apapun yang ada di rumah kita. Kita akan berlari meninggalkan semua itu untuk
menyelamatkan diri kita dan kita pun akan mati.
Kemana engkau hendak menyelamatkan dirimu?
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
Bumi ini akan memuntahkan yang ada di dalam perutnya,
akan memuntahkan milyaran manusia yang telah mati. Mereka akan dibangkitkan
dalam kondisi telanjang tak berpakaian, tak membawa harta sedikitpun, tidak ada
alas kaki yang dipakai. Mereka digiring ke padang mahsyar. Kata Nabi ‘Alaihish
Shalatu was Salam:
تَقِيءُ الأَرْضُ أَفْلاَذَ كَبِدِهَا
Bumi akan memuntahkan isi hatinya. Dia akan memuntahkan
emas-emas dan perak sebesar pilar. Ketika manusia dibangkitkan dari kuburannya,
dia melihat sebuah pilar terbuat dari emas yang besar. Yang kalau dalam
kehidupan dunia dia akan siap bertarung untuk mendapatkannya. Dia mendatangi
pilar emas itu, lalu dia mengatakan:
فِي هَذَا قَتَلْتُ
“Gara-gara ini aku membunuh manusia.”
Antum bisa lihat begal-begal yang terjadi, apa yang
mereka cari? Seorang kakak membunuh adiknya, silaturrahim putus gara-gara
harta.
Datang orang melihat emas teronggokkan seperti itu.
فِي هَذَا قَطَعْتُ رَحِمِي
“Gara-gara ini aku putuskan rahimku.”
Apakah mereka mengambil emas itu? Apakah mereka bawa
menuju ke padang mahsyar? Jawabnya adalah emas itu ditinggal. Karena pada hari
itu:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
“Harta tiada guna, anak tidak
bermanfaat.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 88)
Kehidupan ini akan berakhir, semua akan rata dengan
tanah, manusia hanya akan membawa amal perbuatannya, mereka akan menuju ke
padang mahsyar untuk disidang. Tapi mungkin sebagian di antara kita tidak
beriman, tidak percaya kalau bumi ini akan hancur, tidak yakin kalau dia akan
mati.
Suatu hal yang menakjubkan, hanya amal yang engkau akan
bawa.
Ketika engkau dibawa oleh para pemanggul jenazah, ketika
diletakkan di atas sana, rumahmu tidak engkau bawa, mobil dan hartamu yang lain
engkau tinggal, engkau akan berteriak di dalam keranda tersebut. Kalau engkau
orang yang beriman, yang beramal untuk hari akhirmu, maka engkau akan berteriak
mengatakan:
قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي
“Segerakan aku, segerakan aku ke
tempatku.” (HR. Bukhari)
Dunia ini bukan tempat tinggal, jama’ah. Tunjukkan
kepadaku, mana orang-orang kaya, mana penguasa-penguasa yang kekal dan abadi?
Jawabnya tidak ada, semua mati. Mau presiden, mati.
Adapun kalau engkau bukan orang yang baik, maka di atas
keranda itu engkau akan berteriak mengatakan:
يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا
“Mau dibawa kemana aku ini?”
Karena sejatinya kita tidak pernah mempersiapkan diri
untuk liang lahat yang hanya 1 x 2 meter. Kita melihat, kita membawa saudara
kita, orang tua kita, ibu kita, semua berakhir di sana.
Sebesar apapun rumah yang dia miliki, sekaya apapun harta
yang dia kumpulkan, maka akan berakhir ke suatu tempat. Dan yang akan menemani
kita di sana satu, amal perbuatan kita.
Khutbah Kedua Tentang Kematian: Semua Pasti Mati
Ahibbati fillah..
Kalau umur kita hanya 70 tahun di muka bumi ini, kita
kerja capek-capek, dari jam 6 sampai jam 4, jarang bertemu keluarga. Kalau
untuk yang 70 tahun saja kita bersungguh-sungguh, apa kata Allah tentang hari
akhir?
وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ
مِّمَّا تَعُدُّونَ
Satu hari di sisi Allah kelak, kehidupan kita di hari
akhir, satu hari sama dengan 1000 tahun dari kehidupan kita. Lalu kita tidak
bersungguh-sungguh untuk yang satu hari sama dengan 1000 tahun?
Ahibbati fillah..
Hanya ada dua kelompok manusia nanti. Sebagian di surga
dan sebagian di neraka. Allah bercerita:
وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ…
Kelak nanti penghuni surga akan menyeru penghuni neraka,
ketika semua sudah diputuskan, mereka mengatakan:
أَن قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا
“Kita sudah mendapatkan apa yang
dijanjikan oleh Tuhan kami.”
Baca juga: TUGAS DAN PERAN MANUSIA
Kita disuruh shalat, kita disuruh ibadah, kita disuruh
bangun malam, kita lakukan semua itu, dengan janji Allah akan berikan, dan
Allah sudah berikan janji itu. Sungai-sungai yang mengalir, taman-taman yang
indah, tidak ada kelelahan, tidak ada kecapean, semua yang diinginkan jiwa
didapatkan di sana, kita sudah dapatkan itu.
lalu penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka:
فَهَلْ وَجَدتُّم مَّا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا
“Apakah kalian sudah mendapatkan apa
yang dijanjikan Rabb kalian kepada kalian dengan benar?’
Apa kata penghuni neraka?
قَالُوا نَعَمْ
“Iya, semua sudah kita dapatkan.”
فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَن لَّعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ada yang menyeru: ‘Laknat Allah buat
orang-orang yang dzalim.'” (QS. Al-A’raf[7]: 44)
Sebagian kita dzalim, jama’ah. Allah yang memberikan
tangan kepada kita, Allah yang memberikan kaki kepada kita, Allah yang
memberikan kedua mata kepada kita, tapi ketika dipanggil/dikumandangkan adzan,
kita tidak datang ke rumah Allah.
Engkau capek, jauh-jauh mengurus surat motor dan mobil,
engkau tidak pernah mengurus surat kakimu, surat menggunakan tangan
bertahun-tahun.
Kita disuruh mengurus surat, disuruh bayar pajak tiap
tahun untuk kendaraan, dan itu kita lakukan. Sedangkan fasilitas dari Allah
‘Azza wa Jalla. Semua Allah berikan dan Allah tidak minta banyak kepadamu.
Allah hanya wajibkan kepadamu, shalat lima waktu. Berapa menit dihabiskan waktu
untuk shalat?
Ketika subuh dipanggil “Hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal
falah.” Mari menuju kemenangan, mari menuju kesuksesan. Kesuksesan sebesar
apapun di dunia akan berakhir dengan kematian. Tapi tatkala engkau datang
menuju rumah Allah, engkau langkahkan kakimu menuju rumah Allah, engkau angkat
tanganmu mengatakan Allahu akbar, engkau menuju kesuksesan yang sebenarnya.
Di hari jum’at, kita masih melihat manusia-manusia yang
menjadikan agamanya sendau-gurau dan permainan untuk mereka. Penghuni neraka
kelak akan menyeru penghuni surga kembali. Apa yang mereka inginkan dari
penghuni surga?
Allah mengatakan:
وَنَادَىٰ أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ
أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ ۚ…
Mereka teriak minta air, jama’ah. Tolong berikan kami air
atau apa saja yang Allah berikan kepada kalian.
Lalu apa kata penghuni surga?
Anak menyeru bapaknya yang di surga, mungkin bapak
menyeru anaknya yang di surga, mungkin teman menyeru temannya di surga.
Penghuni surga mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Tidak ada, itu diharamkan atas orang-orang kafir, atas
mereka yang selama hidup dzalim kepada dirinya, tidak tahu terima kasih, tidak
pandai bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari mana kita bisa menghirup udara ini? Siap ayang
membuat jantung kita berdetak? Siapa yang membuat kita bisa melihat? Kita sibuk
berterima kasih kepada manusia yang membantu kita, tapi kepada Allah?
Maka diharamkan semua itu jama’ah. Apa kata Allah?
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا
Mereka menjadikan agama sebagai bahan olok-olokan,
sendau-gurau, diremehkan oleh mereka.
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
Dia tertipu dengan kehidupan dunia. Seakan-akan kita
serius hidup di dunia. Padahal semua kehidupan dunia ini adalah main-main.
Kita ingat sedang berada tempat terlaknat, bumi ini
adalah tempat terkutuk, apapun yang kau sentuh akan sirna dalam kehidupan ini.
Ingat bapak kita, Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam
yang diturunkan ke bumi, dihukum karena dosa yang dia lakukan. Apakah kemudian
kita berharap untuk bersenang-senang di tempat ini?
Sadarlah untuk segera kembali kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Bawa bekalmu sebanyak-banyaknya, persiapkan untuk menghadapi hari
penyesalan yang sangat besar.
Sudah saatnya ketika jum’at kita hadir sebelum khatib
naik mimbar. Apa yang engkau kerjakan jama’ah? Berapa kali engkau dengarkan
ceramah agama? Apakah setiap hari? Atau sejum’at sekali yang itupun datangnya
telat? Demi Allah, ketika khatib naik mimbar, malaikat menutup bukunya. Selesai
sudah.
Tapi memang kita menjadikan agama kita bahan olok-olokan. Sebagian beranggapan bahwa
agama memberatkan, padahal Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai rahmat (kasih
sayang) untuk kita.
Ahibbati Fillah..
Hari ini hari jum’at, harinya bershalawat buat Nabi
‘Alaihish Shalatu was Salam. Maka perbanyak kita shalawat untuk Nabi. Isi waktu
kita untuk bershalawat buat Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam. Allah pun
bershalawat buat NabiNya.