الْحَمْدُ للهِ عَظِيمِ الْعَطَاءِ، الْوَاهِبِ
الْمُتَفَضِّـلِ عَلَى عِبَادِهِ بِنِعْمَةِ الأَبْنَاءِ، سُبْحَانَهُ أَمَرَ بِتَرْبِيَتِهِمْ
وَرِعَايَتِهِمْ كَيْ يَكُونُوا أَتقِيَاءَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لا شَرِيـكَ لَهُ، يَهَبُ لِمَن يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ
الذُّكُورَ، أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيمًا
إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ الأَمِينُ،
أَحْسَنُ الْمُرَبِّينَ، وَأَكْـمَلُ النَّاسِ رِعَايَةً لِأَبْنَائِهِ أَجْمَعِين
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوا
اللَّـهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Di kesempatan yang sangat berharga ini, kami wasiatkan
kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan
kualitas iman dan takwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian, mewujudkan iman dan takwa tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan seluruh perintah Allah subhanahu
wata’ala dan menjauhi setiap larangan-Nya. Melaksanakan ibadah yang hukumnya
wajib, menyempurnakannya dengan ibadah sunnah, dan meninggalkan hal yang
hukumnya haram, serta menghindari hal-hal yang hukumnya makruh.
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Mendidik anak adalah amanah yang begitu mulia bagi setiap
orang tua. Namun, mendidik anak itu bukan perkara mudah. Terbukti, hingga saat
ini, masih banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak
lain, kepada lembaga-lembaga pendidikan dan semisalnya.
Setiap orang tua, termasuk kita, semestinya mulai
membangun kesadaran bahwa mendidik anak adalah suatu amanah yang sangat
penting. Setiap orang tua harus berusaha agar mampu mendidik putra putrinya,
terutama terkait dengan pendidikan dasar keagamaan dan keterampilan hidup.
Ada enam prinsip utama yang perlu diperhatikan oleh
setiap orang tua atau pun tenaga pendidik dalam proses mendidik anak.
Prinsip pertama: Mendidik anak adalah ibadah
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Pada hakikatnya, mendidik anak adalah sebentuk upaya
dakwah kepada Allah subhanahu wata’ala dan jihad di jalan-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Fushilat
ayat 33,
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى
اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Dan siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan
dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?’”
Jika dakwah kepada Islam, perbaikan akhlak, dan
memperingatkan dari keburukan dan akhlak tercela adalah bentuk ibadah terbaik
dan cara yang utama dalam mendekatkan diri kepada Allah, maka setiap orang yang
menyeru dan mendidik anaknya kepada iman dan akhlak islami tentu akan meraih
seluruh pahala amal kebaikan anaknya tanpa mengurangi jatah pahala mereka
sedikit pun. Ditambah lagi, ia akan mendapatkan bakti dan kebaikan dari diri
anaknya selama di dunia.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih
al-Bukhari, hadits nomor 3701, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا،
خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Demi Allah, jikalau Allah memberi
hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu benar-benar lebih baik
bagimu daripada unta-unta merah.”
Hadits di atas mengandung pesan seseorang yang mengajak
orang lain secara umum kepada kebaikan merupakan sebuah kewajiban yang bernilai
fardhu kifayah, maka berarti mengajak keluarga dan anak keturunan kepada
kebaikan merupakan kewajiban yang bernilai fardhu ‘ain. Sebab, keluarga tentu
lebih diutamakan dari orang lain yang bukan keluarga.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat asy-Syu’ara
ayat 21,
وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.”
Maka, berbahagialah para orang tua. Karena aktivitas
kalian dalam mendidik anak merupakan peluang dakwah menyeru kepada Allah
subhanahu wata’ala. Manfaatkanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Mari luruskan
niat kita. Mari arahkan anak-anak kita ke jalan yang diridhai oleh Allah
subhanahu wata’ala.
Prinsip kedua: Teladan yang baik
Al-Qudwah al-Hasanah. Teladan yang baik, memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam proses mendidik anak. Teladan yang baik,
merupakan cara yang paling jitu dalam mendidik anak.
Mengapa demikian? Karena anak memiliki tabiat suka
meniru, mengikuti, dan mencontoh orang lain. Sementara orang yang paling
memberikan pengaruh pada diri seorang anak adalah orang yang mendidiknya. Dan
orang yang paling bertanggung jawab dalam mendidik anak adalah orang tuanya.
Jika seorang ayah atau ibu suka berkata kasar, suka
menghina, suka ghibah, suka memukul, tidak menghormati orang lain, suka menipu,
malas shalat, malas sedekah, durhaka, dan semisalnya, maka anak akan tumbuh
dalam keadaan seperti orang tuanya.
Maka, mari kita menjadi orang tua yang senantiasa
memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anak-anak kita.
Perkataan kita, perbuatan kita, pikiran kita, dan segala
tindak tanduk kita semestinya mencerminkan akhlak yang baik.
Mari menjadi orang tua yang rajin shalat ke masjid, agar
anak kita juga menjadi anak yang rajin shalat ke masjid. Mari menjadi orang tua
yang rajin mengaji, agar kelak anak kita juga rajin mengaji. Mari menjadi orang
tua yang tutur katanya baik, agar kelak anak kita memiliki tutur kata yang
baik. Mari menjadi orang tua yang berbakti, agar anak kita kelak menjadi anak
yang berbakti.
Teladan yang baik, demikianlah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengajarkan keteladanan dalam ibadah dan keteladanan dalam
akhlak. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat al-Ahzab ayat
21,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Prinsip ketiga: Menggunakan satu cara
Prinsip mendidik anak yang ketiga adalah kesepakatan
antara ayah dan ibu dalam menggunakan cara yang sama. Ini merupakan prinsip
yang sangat penting dan harus diperhatikan betul oleh orang tua.
Perbedaan cara mendidik antara ayah dan ibu akan
memberikan dampak negatif yang cukup serius pada diri anak.
Ketika seorang ibu membolehkan anak untuk melakukan
sesuatu, sedangkan ayahnya melarangnya, ketika seorang ayah menggunakan cara
tegas dalam memperingatkan dan menghukum anak sementara ibunya menggunakan cara
yang sebaliknya, maka akan tumbuh karakter yang labil pada diri anak. Anak
menjadi bingung, bimbang, dan akhirnya mudah goyah.
Anak akan kesulitan membedakan mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh. Anak akan kesulitan membedakan mana yang benar dan mana yang
salah.
Prinsip keempat: Hidayah itu di tangan Allah
Prinsip keempat dalam mendidik anak adalah keyakinan
bahwa hidayah itu di tangan Allah subhanahu wata’ala.
Perlu direnungkan betul oleh para ayah dan ibu, bahwa
orang tua sama sekali tidak memiliki kuasa untuk memberi hidayah kepada anak.
Kita tidak memiliki kemampuan untuk itu.
Segala bentuk, cara, strategi, metode yang kita terapkan
dalam mendidik anak hanyalah sebatas dalam rangka mengambil sebab datangnya
hidayah Allah subhanahu wata’ala dan dalam rangka memenuhi kewajiban serta
amanah selaku orang tua terhadap anaknya, yakni kewajiban mendidik anak.
Sementara terkait dengan hidayah pada diri anak, itu
urusan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat
Fathir ayat 8,
فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ
مَنْ يَّشَاۤءُۖ
“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Dalam surat al-Qashshash ayat 56, Allah subhanahu
wata’ala berfirman,
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ
اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak
dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang
yang mau menerima petunjuk.”
Maka, yang menjadi kewajiban orang tua adalah
bersungguh-sungguh dalam mendidik anak sesuai dengan cara dan metode yang
diajarkan dalam Islam. Apa pun hasilnya kelak, itu merupakan hak Allah Yang
Maha Memberi Hidayah.
Prinsip kelima: Mendoakan kebaikan, bukan keburukan
Prinsip kelima dalam mendidik anak adalah mendoakan
kebaikan untuk anak.
Setelah kita memahami bahwa orang tua sama sekali tidak
memiliki kemampuan untuk memberi hidayah kepada anak, maka semestinya yang
dilakukan oleh orang tua adalah memperbanyak doa, memohon kepada Allah
subhanahu wata’ala agar Allah subhanahu wata’ala menganugerahi kita anak
keturunan yang baik, beriman, taat, penuh berkah, saleh dan shalihah.
Demikianlah Nabi kita yang mulia, nabi Ibrahim
‘alaihissalam, memberikan teladan. Sebuah untaian doa yang sangat menyentuh
hati. Doa yang perlu untuk dihafal dan dipahami baik-baik oleh setiap orang
tua, sebagaimana termaktub dalam al-Quran surat Ibrahim ayat 40,
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ
ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ
“Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan
anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, wahai Rabb kami, perkenankanlah
doaku.”
Juga dalam surat al-Furqan ayat 74,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا
قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah
kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Begitu indahnya syariat Islam ini, bahkan ketika anak
belum lahir, bahkan, ketika anak belum terlihat wujudnya melalui alat USG,
sejak terjadinya hubungan suami istri, ada syariat untuk berdoa sebelum
melakukan hubungan suami istri,
بِاسْمِ اللهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطَانَ
وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah, ya
Allah, jauhkan setan dari kami dan jauhkan setan dari apa yang Engkau
karuniakan kepada kami.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih al-Bukhari, hadits nomor 5165,
“Kemudian jika Allah menakdirkan
keduanya memiliki anak, niscaya anak tersebut tidak akan diganggu oleh setan.”
Perlu menjadi perhatian kita semua sebagai orang tua,
jangan pernah sekali-kali mengumpat anak, menghardik anak dengan kalimat yang
kasar, mendoakan anak dengan doa yang buruk, karena kita khawatir,
jangan-jangan kalimat buruk terhadap anak yang kita ucapkan tersebut
benar-benar menimpa anak-anak kita.
Prinsip keenam: Perhatian pada fase awal pertumbuhan anak
Fase awal pertumbuhan anak adalah fase kehidupan manusia
yang paling bersih. Ibarat selembar kertas putih yang sama sekali tidak
ternodai dengan kotoran sedikit pun.
Setiap garis yang tergores di atas kertas tersebut, tebal
atau pun tipis, akan sangat tampak sekali bekasnya.
Oleh karena itu, mari kita tanamkan nilai-nilai positif
yang telah ada dalam syariat Islam ini pada diri anak kita sejak fase pertama
pertumbuhan.
Mari berusaha menjaga anak-anak kita dari berbagai macam
goresan teladan, contoh, atau pun perilaku buruk yang dapat membekas dan
membentuk perilaku negatif pada diri anak-anak kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan
warning kepada umatnya sejak jauh-jauh hari, sebagaimana termaktub dalam kitab
Shahih al-Bukhari, hadits nomor 1385,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak terlahir dalam keadaan
fitrah, orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.”
Enam prinsip di atas sangat penting untuk diketahui dan
dipahami oleh setiap orang tua yang mengharapkan keberhasilan dalam mendidik
anak-anaknya.
Demikian materi khutbah Jumat tentang prinsip dalam
mendidik anak yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah memudahkan kita dalam mendidik
anak keturunan kita sehingga menjadi anak keturunan yang saleh. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: YANG KEBERADAANYA PASTI NYATA
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللّٰهُمَّ مَنْ أَرَادَ أَبْنَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ
بِسُوْءٍ فَاشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ، واجعل كيدَه في نحره، وأدرِ الدائرة عليه.
اَللّٰهُمَّ احْفَظْ أَبْنَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كَيْدِ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَأَذْنَابِهِمْ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ الْمُنْحَرِفِيْنَ
يَا قَوِيُّ يَا مَتِيْنُ.
اَللّٰهُمَّ أَصْلِحِ الرَّاعِيَ وَالرَّعِيَةَ،
وَأَعِنَّا عَلَى أَدَاءِ كُلِّ أَمَانَةٍ أُنِيْطَتْ بِنَا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ
فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ
عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، اَللّٰهُمَّ احْفَظْ بُلْدَانَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ