Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ
الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ
الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ
الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا
كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ
نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Segala puji hanya pada Allah Swt., Zat yang melimpahkan rahmat, taufik, serta inayahNya kepada kita semua. Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw. Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah, Khatib menghimbau kepada seluruh jemaah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Sebab orang-orang yang mulia adalah mereka yang beriman dan senantiasa bertakwa dengan m
enjalankan perintah serta menjauhi segala larangan Allah Swt. Dalam Surah Ali Imran ayat 102, Allah Swt. berfirman sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam,”(QS. Ali-Imran [3]: 102).
Dalam kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khotbah tentang
siapa diri kita. Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Mengenali diri sendiri kita adalah kunci mengenal Allah
Swt. Imam Ghazali dalam kitab Kimiya'us Sa'adah mengutip hadis Rasulullah Saw,
yang berbunyi sebagai berikut:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه
Artinya: “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia
telah mengenal Tuhannya”.
Oleh sebab itu, mengenali diri sendiri begitu penting
untuk dilakukan seorang muslim. Kendati demikian, pengenalan diri tidak hanya
sekedar lahiriah. Pengenalan diri dalam dilakukan lebih dalam lagi, seperti
menanyakan siapa aku dan dari mana aku datang? ke mana aku akan pergi? apa
tujuan kedatangan dan persinggahan di dunia? dan sebagainya.
Hadirin kaum muslimin,
Jamaah Jumat rahimakumullah, Mengenali
diri sendiri dapat dimulai dengan mengenal 3 sifat manusia sebagaimana
dikelompokan Imam Ghazali.
Pertama, sifat-sifat binatang atau shifatul baha'im.
Sifat-sifat binatang adalah sifat makhluk hidup dengan rutinitas kebutuhan
biologis seperti tidur, makan, minum, kawin, dan sebagainya. Manusia memiliki
sifat-sifat shifatul baha'im yang bersifat alamiah, dan kerap disebut dengan
kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Kedua, sifat-sifat setan atau shifatusy
syayathin. Sifat-sifat ini digambarkan dengan keburukan seperti mengobarkan
kejahatan, tipu daya, dusta, dan sebagainnya. Ketiga, sifat-sifat malaikat atau
shifatul malaikah.
Sifat-sifat malaikat adalah sifat yang senantiasa memuji,
merenungi, dan menaati perintah Allah Swt.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, diri kita memiliki
kecenderungan untuk menjalankan sifat hewan dan setan. Kendati demikian,
seorang muslim harus senantiasa berusaha untuk mengendalikan makhluk yang
berlebih dan meninggalkan sifat setan. Setelah meninggalkan sifat-sifat yang
kurang baik tersebut, seorang muslim dapat menjalankan sifat-sifat malaikat
yang diridai Allah Swt.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Selain mengenal tiga sifat di atas, kita juga harus
mengenal struktur pokok diri sendiri. Imam Ghazali mengibaratkan diri manusia
sebagai kerajaan yang terdiri dari empat struktur pokok meliputi jiwa sebagai
raja, akal sebagai perdana menteri, syahwat sebagai pengumpul pajak, dan amarah
sebagai polisi.
Pertama, syahwat memiliki kecenderungan menarik manfaat,
kenikmatan, dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Syahwat berlaku memenuhi
kebutuhan dan keinginan individu.
Kedua, amarah memiliki tugas melindungi diri. Amarah
berkarakter berani, namun cenderung kasar dan keras.
Ketiga, akal atau nalar yang memiliki fungsi berpikir,
berimajinasi, menghafal, dan sebagainya. Akal berposisi sebagai kendali atas
amarah dan syahwat. Terakhir, jiwa atau hati sebagai kendali dari akal.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Akal memiliki kecenderungan buruk yakni bertindak liar
sehingga memunculkan berbagai tipu daya dalam syahwat dan amarah. Oleh sebab
itu, diperlukan hati nurani yang bersih untuk mengendalikan akal secara benar.
Untuk mencapai jiwa yang mampu mengendalikan akal,
diperlukan perjuangan keras yang disebut olah rohani (mujahadah). Proses jiwa
mengendalikan akal akan memunculkan cahaya ilahi yang memberi petunjuk manusia
menuju jalan terbaik. Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Ankabut ayat 69
sebagai berikut:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ
سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ
Artinya: "Orang-orang yang berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk [mencari keridaan] Kami benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama
orang-orang yang berbuat kebaikan,"(QS. Al-Ankabut [29]: 69).
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Demikianlah khotbah seputar siapa diri kita. Semoga apa
yang telah disampaikan memberikan kebermanfaatan bagi khatib maupun jemaah
sekalian. Terlebih lagi, Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita
perbuat. Aamiin allahumma aamiin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ
كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Baca juga: Janji Allah Dan Pertolongannya Bagi Orang-Orang Beriman
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ