Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ
نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ
اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Menjadi prioritas utama bagi para khatib dalam mengawali
khutbahnya untuk senantiasa mengingatkan, mengajak, dan berwasiat kepada para
jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Wujud peningkatan
ketakwaan ini adalah dengan penguatan komitmen untuk menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan melakukan hal
ini, maka kita akan mampu berjalan pada jalur yang telah ditentukan oleh Allah
sehingga masa-masa hidup di dunia ini akan senantiasa dalam pantauan dan
lindungan-Nya.
Ketakwaan yang berwujud kepatuhan kepada Allah swt ini,
bisa menjadi modal utama untuk menjadikan perjalanan hidup yang kita lalui
penuh dengan nilai-nilai positif yang menjadikan kualitas kehidupan akan
semakin lebih baik lagi. Bukan hanya pada saat ini saja, ketakwaan pada Allah
akan meninggalkan kenangan manis dan menyingkirkan kepedihan sekaligus membawa
bekal optimisme dalam menghadapi masa depan. Allah berfirman:
لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ
Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita.” (QS At-Taubah: 40)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Perjalanan hidup kita di dunia ini melewati tiga tahapan
masa yakni masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu adalah pengalaman,
masa kini adalah kenyataan, dan masa depan adalah harapan. Semua itu memiliki
dimensi berbeda dalam menyikapinya namun memiliki keterkaitan yang erat dan
menjadi rantai perjalanan hidup yang tak terpisahkan.
Pada khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh
jamaah untuk bagaimana menengok perjalanan hidup di masa lalu, menyikapi
kondisi masa kini, dan bagaimana mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
Terlebih di awal tahun yang menjadi momentum tepat untuk menata dan menguatkan
kembali manajemen kehidupan ini.
Pertama, mari awali tahun ini dengan Alhamdulillah.
Kalimat ini merupakan wujud syukur atas karunia Allah yang telah
menganugerahkan umur panjang kepada kita semua yang sampai saat ini masih bisa
menghirup udara kehidupan. Berbagai nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu
sampai saat ini harus terus disyukuri dengan keyakinan dalam hati, diucapkan
dalam lisan, dan diwujudkan dalam tindakan.
Dengan wujud syukur ini, kita berharap nikmat yang kita
terima akan terus ditambah oleh Allah swt. Jangan sampai terjadi, karena kita
kufur pada nikmat Allah, kita mendapatkan siksa yang pedih yang menjadikan
nikmat ini akan dicabut dan hilang dari diri kita. Hal ini sudah ditegaskan
dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian
memaklumatkan, "Sesungguh¬nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Kedua, mari kita introspeksi diri dengan menengok tahun
lalu seraya mengungkapkan Astaghfirullah. Kalimat ini merupakan wujud evaluasi
dan introspeksi diri pada segala sesuatu yang telah kita lakukan di masa lalu.
Perjalanan masa lalu pasti mengalami fluktuasi. Terkadang kita pernah berada
pada posisi puncak yang tinggi namun pada satu masa kita pasti pernah berada
pada posisi terpuruk. Masa fluktuatif ini menjadi pengalaman berharga bagi kita
untuk mempertahankan kondisi positif dan menjadi modal bagi masa depan.
Sementara di sisi lain kita buang hal negatif dan berkomitmen untuk tidak
mengulangi lagi di masa yang akan datang. Introspeksi atau muhasabah adalah
perintah Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ
ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Sahabat Umar bin Khattab juga berpesan:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum
kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang
besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya
bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Ketiga, mari hadapi tahun depan dengan optimis melalui
ungkapan Bismillah. Kalimat ini mengandung makna mendalam yakni mengawali
segala sesuatu dengan niat yang benar karena Allah swt. Kalimat Bismillah
mengandung optimisme tinggi untuk meraih harapan yang sudah ditargetkan dalam
kehidupan. Lurusnya niat dan optimisme tinggi, menjadi bekal untuk terus
menjalankan dua misi besar diciptakannya kita di dunia yakni untuk beribadah
dan menjadi khalifah di muka bumi.
Dua misi utama ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat surat
Adz-Dzariyat ayat 56 yakni:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Dan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ انِّيْ
جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Introspeksi dan optimisme menjadi paket awal dalam
mengawali tahun ini agar perjalanan masa lalu, masa kini, dan masa depan dapat
meraih berkah dan kualitas yang lebih baik. Kualitas kehidupan bukan hanya
diukur dari capaian-capaian kuantitas seperti materi saja namun lebih dari itu,
capaian kualitas berupa ketenangan, kenyamanan, dan keberkahan hidup juga harus
menjadi prioritas utama dalam kehidupan.
Semoga kita memenuhi pesan Nabi dalam haditsnya yang
diriwayatkan oleh Al Hakim:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ
رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ
شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari
kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama
dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).”
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Baca juga: PANDUAN AMALAN DI BULAN RAMADHAN
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ
لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً
وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ