إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ
وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ
أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ
لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ
نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ
اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا
اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati…
Marilah hati dan pikiran kita, kembali kita tujukan
kepada Allah Rabbul ‘alamiin. Kita renungi keagungan dan kebesaran sifat,
kekuasaan dan rahmat yang selalu diberikan kepada kita manusia.
Bagi hati yang hidup pasti ia selalu merasa puas dan
gembira serta bersyukur atas segala nikmat yang telah dicurahkan
kepadanya. Rasa syukur yang dapat
menumbuhkan kesadaran, sadar apa yang dikatakan bahwa ini dan itu adalah milik
saya yang pada hakekatnya adalah titipan Allah semata-mata.
Bahkan nyawa yang ada pada kita, juga merupakan milik
Allah, kita hnya sebagai hak pakai saja. Dengan demikian insya Allah akan
timbul dari jiwa kita rasa taqwa kepada Allah, sekaligus memahami bahwa semua
makhluk yang berada di alam ini, tanpa kecuali semua akan mengalami kematian.
Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati…
Tidak ada satu makhlukpun Allah ciptakan abadi atau kekal
selamanya di dunia ini. Tidak ada pandang bulu, apa dia orang baik, durhaka,
kuat, kaya, miskin atau berpangkat, raja, rakyat jelata, semuanya pasti akan
mati.
Allah berfirman :
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun
sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal?
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada
kamilah kamu dikembalikan.(QS. Al- Anbiyaa: 34-35)
Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati
Ayat diatas Allah telah memberi pemahaman kepada kita
bahwa semua manusia pasti akan mati dan sebelum mati manusia pasti akan diuji
dengan berbagai ujian. Semua ujian itu merupak suatu membuat kita tidak senang
seperti sakit, kemiskinan dan kemajian. Selain itu kita juga diuji dengan
kebaikan dan kesenangan, seperti kekayaan, harta yang banyak dan ilmu yang kita
miliki.
Maka kita sebagai orang
beriman semua hal itu perlu disadari bahwa kehidupan didunia ini adalah
sementara, diakhirat kita akan bertemu dengan kehidupan yang sebenarnya lagi
kekal dan abadi selamanya.
Manusia tidak akan sampai ke akhirat sebelum melalui
kematian. Karena itu kematian merupakan keharusan yang tidak dapat ditolak
dengan apapun dan siapaun. Meskipun dia berada ditempat persembunyuin yang atau
berada di benteng yang kuat, kematian akan tetap mendatangi.
Dalam surat Yunus ayat 49 Allah berfirman:
Tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila telah datang ajal
mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
(pula) mendahulukan(nya).(QS. Yunus : 49)
Dalam surah al-jum’at ayat 8 dibunyikan:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-
al-jum’at : 8)
Dalam surah an-Ni ayat 78 disebutkan :
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh.
Kaum Muslimiin jam’ah Jum’at yang kami hormati
Cukup ayat diatas menjadi dasar pemahaman penyadaran bagi
kita. Sering pula kita saksikan bagaimana perjalanan seseorang mnuju
kematiannya. Berbagai macam nampak keadaannya. Sedangkan kita yabg hidup tidak
mengerti dengan yang dirasakan.
Namun kita sebagai orang yang beriman percaya betapa
sakitnya derita orang sedang dicabut nyawanya.
Maka marilah sejenak kita buka kembali sejarah kematian
Nabi Idris.
Nabi Idris: Wahai Malaikat Izroil. Lantas apa maksud
kedatangan Engkau kemari? Adakah Engkau ingin mencabut nyawaku?
Malaikat Izroil: Tidak Idris. Saya datang memang untuk
mengunjungimu, karena saya rindu dan Allah mengizinkan Saya.
Nabi Idris: Wahai Izroil. Saya punya satu permintaan dan
tolong kabulkan. Tolong cabut nyawa Saya. Dan minta izin ke Allah untuk
mengembalikan nyawa Saya. Saya hanya ingin merasakan sakaratul maut yang banyak
orang katakan sangat dahsyat.
Malaikat Izroil: Sesungguhnya saya tidaklah mencabut
nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin Allah.
Kemudian Allah mengabulkan permintaan Sang Nabi. Dan
Malaikat Izroil pun mencabut nyawa Nabi Idris saat itu juga. Malaikat Izroil
menangis melihat sahabatnya merasakan kesakitan. Setelah mati, Allah
menghidupkan kembali Nabi Idris.
Setelah hidup Nabi Idris menangis sejadi-jadinya. Dia
tidak bisa membayangkan jika manusia-manusia lain mengalami sakaratul maut
dengan kedahsyatan yang sama.
Bahkan rasulullah pernah menyebutkan : “Sakitnya
sakaratul maut itu, seperti tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang”. (HR. Ibnu
Abu Dunya).
Maka sudah seharusnya kita memperbanyak mengingat mati,
agar kita selalu berhati-hati hidup dipermukaan bumi ini. Dan dengan mengingat
mati seorang pasti akan mengakhiri perbuatan
maksiatnya kepada Allah. Serta lebih giat bertaubat menuju ampunannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: Menyikapi Musibah
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ
الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ
وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ
وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ
عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ
يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.