اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ
بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin jamaah shalat JUMAT rahimakumullah
Hendaknya
seorang Muslim senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah
Allah limpahkan kepada kita semua, baik nikmat keimanan, kesehatan dan
keluangan waktu sehingga kita bisa melaksanakan kewajiban kita menunaikan
shalat JUMAT. Dan hendaklah kita berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang
yang kufur kepada nikmat Allah. Allah berfirman:
“Jikalau kalian
bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian
mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya siksaku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).
Demikian pula
kami wasiatkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan dan
waktu. Takwa, sebuah kata yang ringan diucapkan akan tetapi tidak mudah untuk
diamalkan.
Ketahuilah,
wahai saudaraku rahimakumullah, tatkala Umar bin Khaththab Radhiallaahu
anhu bertanya kepada shahabat Ubay bin
Ka’ab Radhiallaahu anhu tentang takwa, maka berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda
berjalan di suatu tempat yang banyak durinya?” Kemudian Umar
menjawab: “Tentu” maka berkatalah Ubay: “Apakah yang Anda lakukan”, berkatalah
Umar: “Saya sangat waspada dan hati-hati agar selamat dari duri itu”. Lalu Ubay
berkata “Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal. 55).
Demikianlah
takwa yang diperintahkan oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita senantiasa
waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam
ucapan-ucapan kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali
berdasarkan ilmu.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Hendaklah kita
bersegera mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah karena kita
tidak tahu kapan ajal kita itu datang. Dan Allah
berfirman:
“Dan
berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dan
bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baraqah:197).
Ketahuilah wahai saudaraku rahimakumullah.
Manusia setapak
demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam kandungan, alam dunia,
alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai
akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan
amalan-amalan yang telah kita lakukan di dunia. Maka tatkala kita mendengar
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang ahwal
(keadaan) hari Akhir, hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata kita,
dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah.
Akan tetapi
bagi orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut kata
Neraka, adzab, ash-shirat dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan
oleh lisan-lisan mereka tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi
min dzalik. Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
“Adapun
orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya maka dia
berkata; “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)
dan aku tidak mengetahui apakah hisab (perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai
seandainya kematian itu adalah kematian total (tidak usah hidup kembali).
Hartaku juga sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah
lenyap dari-padaku”.(Al-Haqqah 25-29)
Dalam ayat ini
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan bahwa ayat
tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu manakala diberi
catatan amalnya di padang pengadilan Allah dari arah tangan kirinya, ketika
itulah dia benar-benar menyesal, dia mengatakan penuh penyesalan: ‘Andai kata
saya tidak usah diberi catatan amal ini dan tidak usah tahu apakah hisab
(perhitungan) terhadap saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andaikata saya
mati terus dan tidak usah hidup kembali.
Coba perhatikan
ayat selanjutnya:
“Peganglah dia
lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api
Neraka yang menyala-nyala kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya
tujuh puluh hasta” (Al-Haqqah ayat 30-32).
Bagi kaum
beriman yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi
tergetarlah hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan
keluarlah keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang
merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah
rasa takut yang amat mendalam kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah
agar tidak menjadi orang-orang yang celaka seperti ayat di atas.
Jamaah shalat JUMAT
rahimakumullah.
Sesungguhnya
manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu
untuk mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah berfirman:
“Dan
dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat, yaitu
pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar
(dari kubur)” (Qaf: 41-42).
Juga
Allah berfirman dalam surat Al-Muthaffifin: 4-7.
“Tidakkah orang
itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada hari yang besar,
(yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.
Dan manusia
dibangkitkan dalam keadaan حُفَاةً عُرَاةً
غُرْلاً (mereka tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan),
sebagaimana firman Allah:
“Sebagaimana
kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulangnya
(mengembalikannya)” (Al-Anbiya:104).
Manusia akan dikembalikan
secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian
bercampur dan berkumpul antara laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu
anha maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah antara laki-laki dan perempuan
sebagian mereka melihat kepada sebagian yang lain?”, kemudian Rasulullah
berkata:
اْلأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ
بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ.
“Perkara pada
hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian mereka melihat kepada sebagian
lainnya.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhari nomor 6027 dan Muslih nomor 2859
dari hadits ‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
Pada hari itu
laki-laki tidak akan tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai seseorang
itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap keputusan
Allah pada hari itu. Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari
ketika manusia lari dari saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari
istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai
urusan yang sangat menyibukkan”. (Q.S. Abasa: 34-37).
Demikianlah
peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti,
mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: TAFSIR SURAT QURAISY
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمَّا
بَعْدُ؛
Dari mimbar JUMAT
ini kami sampaikan pula bahwasannya pada hari Akhir nanti matahari akan
didekatkan di atas kepala-kepala sehingga bercucuran keringat mereka sehingga
sebagian mereka akan tenggelam oleh keringat-keringat mereka sendiri, akan
tetapi hal itu tergantung dari apa yang telah mereka perbuat di dunia.
Imam Muslim
meriwayatkan dalam hadits yang shahih nomor 2864 dari hadits Al-Miqdad bin
Al-Aswad Radhiallaahu anhu , berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ
الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، فَيَكُوْنُ النَّاُس
عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى
كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا.
وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ بِيَدِهِ إِلَى
فِيْهِ.
“Matahari akan
didekatkan pada hari Kiamat kepada para makhluk sampai-sampai jarak matahari di
atas kepala mereka hanya satu mil, maka manusia mengeluarkan keringat
tergantung amalan-amalan mereka. Di antara mereka ada yang mengeluarkan
keringat sampai mata kakinya dan ada yang sampai lututnya, ada juga yang sampai
pinggangnya dan ada yang ditenggelamkan oleh keringat mereka.” Dan Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam memberi isyarat dengan tangannya ke mulutnya.
Dan seandainya
ada yang bertanya “bagaimana itu bisa terjadi sedangkan mereka berada pada
tempat yang satu?” Maka Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullaah menjawab pertanyaan
tersebut sebagai berikut: “Ada sebuah kaidah yang hendaknya kita berpegang
kepada kaidah itu, yaitu bahwa perkara ghaib, wajib bagi kita untuk
mengimaninya dan membenarkannya tanpa menanyakan bagaimananya, karena perkara
tersebut berada diluar jangkauan akal-akal kita, kita tidak mampu mengetahui
dan meng-gambarkannya.
Demikianlah sebagian peristiwa di hari
Akhir dan masih banyak lagi peristiwa yang akan kita alami yang hal itu akan
menggetarkan hati bagi orang-orang Mukmin dan menjadikan mereka semakin takut
kepada Allah.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ
بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ
بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ
بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ
وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا
اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ
خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
Hadirin jamaah JUMAT yang dimuliakan Allah!
Sebagai orang-orang yang
telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian dari
Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda
kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa salam :
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث
حسن غريب من هذا الوجه)
“Sesungguhnya
besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila
Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha
baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”.
(HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan
At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).
Mudah-mudahan kita semua diberikan
ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan
olehNya kepada kita. Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ
قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا
بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.