إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Khutbah yang Pertama
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at
rahimakumullah,
Kami mengajak kepada semua jama’ah, marilah kita semua
meningkatkan takwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang
akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak ada yang akan selamat
dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Ta’ala, artinya,
“Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam
neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan
pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang dan banyak
keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak
yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam menjadi kuat dan
musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yan dominan dalam
membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik
anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh
dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi
nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut memberi pengaruh
pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasulullah merubah beberapa
nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia
tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan
anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ
سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ
فِي اْلمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk
shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukannya bila
telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.”
(HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Sunan Abi
Dawud. No. 466).
Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup
hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan
kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab
dengan kaum Muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang
tua untuk memukul, jika anak malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi
hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah
(pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula
pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya
anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.
Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah
satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang
disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang
sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya
dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.
Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya
memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun.
Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab
terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari
rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung
jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya,
menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena
tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak
berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan
siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan
diminta tanggung-jawabnya.
ُكلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin.”
(Muttafaqun ‘alaih).
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi
orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ
مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أََوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang telah meninggal
dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR.
Muslim)
Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak
dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi
para orang tua, baik ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. Ketika
orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata
a’yun (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka
anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar, dan bershadaqah
untuk orang tua mereka.
Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak
shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada
orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua
tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan
seperti ini bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu
hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,
فَاتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Maka bertakwalah kalian semua kepada
Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu.” (HR. Imam al-Bukhari).
Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi
kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi. Maka beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?” Dia
menjawab, “Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam
keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau memberikan
sesuatu yang sama?” Dia menjawab, “Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Maka lakukanlah!”
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati
tentang tarbiyah anak, justru melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan
bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan-Nya. Memang
benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana firman ta’ala, artinya,
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi
penyebab adanya kebaikan dan hidayah ialah karena peran orang tua. Apabila para
orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan kewajibannya
dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah subhanahu wata’ala.
sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah subhanahu
wata’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kapada anak.
Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam
keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)
Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar
peran orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk
keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok kepribadian
seorang anak.
Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita.
Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kabaikan. Karena semua yang kita lakukan
atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu
wata’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Baca juga: Mendekati Ramadhan "Bulan Penuh Ampunan"
[Khutbah Kedua]
Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at
rahimakumullah,
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat
penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu,
para manusia terbaik, yaitu para Nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri
dan anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
“Ya Rabb kami jadikan kami berdua
orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu
kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami
cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
al-Baqarah: 128).
Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada
Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali ‘Imran: 38).
Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka
berdoa,
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada
kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqan: 74).
Demikianlah para Nabi, meskipun memiliki kedudukan dan
dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa
penuh harap, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar dianugerahi keturunan
yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak
dan lebih bersemangat melakukannya.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha
memberikan pendidikan kepada anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang
shahih dan lurus.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ
مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.