Ma’asyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah.
Dengan berganti tahun semakin jauh kita meninggalkan masa
kenabian dan semakin dekat kita kepada masa berakhirnya kehidupan semesta. Suka
ataupun tidak itulah sunnatullah yang pasti berlaku. Sebagaimana siang dan
malam dipergilirkan, zaman datang dan pergi silih berganti, seperti itu pula
umat manusia. Generasi demi generasi
menusia datang silih berganti untuk berkompetisi memperlihatkan karyanya
yang terbaik di muka bumi. Dalam perjuangannya mewujudkan tugas kewajiban
sebagai hamba-hamba Allah dan khalifah-khalifahnya di muka bumi ini.
Allah telah mengingatkan kepada kita dan semua umat manusia
pada umumnya,
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ
قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Dan ingatlah oleh kamu sekalian di
waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu
(daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ
مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا
السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ
فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
(الانعام : 6(
“Apakah mereka tidak memperhatikan
berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal
(generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu
keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan
sesudah mereka generasi yang lain”
Pada ayat di atas Allah informasikan bahwa generasi Kaum
‘Ad adalah generasi baru yang datang menggantikan generasi kaum Nuh yang
sebagian besarnya binasa dengan bencana banjir dunia. Allah beri keistimewaan
kepada mereka memiliki postur tubuh lebih kuat dari generasi sebelumnya. Dan
pada ayat yang kedua Allah peringatkan suatu hukum sejarah sebagai ketetapan
sunnatullah tentang timbul tenggelamnya, bangkit dan runtuhnya peradaban suatu generasi umat
dan bangsa manusia.
Peralihan generasi itu terus berlangsung sampai hari
kiamat dan sampai hari ini telah sampai pada masa kita dan generasi yang sedang
bersiap mengambil alih dan melanjutkan estafeta perjuangan generai sebelumnya
yang sedang berlangsung, mereka inilah yang populer disebut generasi Y atau
generai Millenial.
Berdasarkan klasifikasi dan kategorisasi yang dikemukakan
sebagian pakar teori perbedaan generasi, dimana generasi Y atau generasi
Milenial adalah generasi yang lahir pada rentang waktu antara 1981 sampai
dengan tahun 2000, maka generasi Y adalah generasi yang paling potensial dari
segala aspek. Mereka yang berada antara usia 19 tahun hingga 40 tahun mereka
yang sedang menapaki jenjang pendidikan tinggi hingga yang sedang memasuki
kemapanan dalam karir. Mereka adalah generasi yang paling menentukan kehidupan
agama, umat, dan bangsa di masa yang akan datang.
Jika mengacu kepada hasil riset Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak yang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik
yang diterbitkan pada tahun 2018,tentang Profile Generasi Milenial Indonesia
jumlahnya mencapai 33,75 persen dari total penduduk Indonesia yang tahun 2019
ini diperkirakan mencapai angka 265 juta jiwa. Maka nasib bangsa ke depannnya
akan sangat ditentukan oleh peran dan kiprah mereka itu yang jumlahnya lebih
dari sepertiga penduduk.
Sebagai sebuah keniscayaan dan ketetapan sunnatullah,
peralihan generasi dan pergantian kepemimpinan di muka bumi termasuk tema yang
sering diungkapkan oleh Al-Quran dengan menggunakan terma istikhlaf, pergantian
generasi kepemimpinan, sedang generasi para penggantinya disebut dengan
khalifah, khulafa, dan khalaif . Sebagai contoh adalah pernyataan Al Qur’an,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ [النور: 55]
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nur : 55)
Tetapi yang terpenting diperingatkan oleh Al-Qur’an
adalah tentang karakteristik dan kualitas para generasi tersebut. Dimana
peralihan generasi dan kepemimpinan tidak selamanya berlangsung linear tetapi
seringkali terjadi secara sepiral bahkan regresif.
Pada Surat Al A’rof ayat ke 168-169 Al Quran
menggambarkan kemunduran yang terjadi pasca peralihan generasi :
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ
الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ .فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ
عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ
يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى
اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ
يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia
ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di
antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang
baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran)” (168)
“Maka datanglah sesudah mereka
generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia
yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun." Dan kelak
jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka
akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka,
yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar,
padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat
itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?”
(169)
Secara lebih spesifik disebutkaan oleh Al-Quran pada
Surat Maryam ayat 59 bahwa datangnya generasi yang rusak itu adalah generasi
yang memilih jalan hawa nafsu dan hedonisme daripada jalan ketaatan:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ
وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka,
pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya,
maka mereka kelak akan menemui kesesatan,” (19 :59)
Ayat-ayat di atas berbicara tentang peralihan generasi
yang meyedihkan. Dimana generasi pendatang tidak mampu menjaga warisan kekayaan
kemuliaan yang ditinggalkan nenek moyang mereka yang telah dibangun dengan
fondasi dan nilai-nilai wahyu yang dibawa para Nabi mereka sebelumnya.
Apa yang diungkapkan Al-Quran tentang pergantian generasi
dan perubahan karakter serta budaya hidup pada umat-umat terdahulu mengandung
pelajaran dan peringatan berharga bagi umat Nabi Muhammad yang dipersiapkan
sebagai umat terakhir dari perjalanan umat manusia, dimana karakteristik
utamanya adalah tidak ada lagi kepemimpinan para Nabi dan Rasul karena sudah
diakhiri dengan wafatya terakhir Nabi Muhammad, mereka terlahir untuk mewarisi
nilai-nilai agung itu berupa sumber ajarannya yang ditinggalkan kepada mereka,
yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabinya. “Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka,
yang jika kaian pedomani dengan seuat tenaga, niscaya kalian tidak akan
tersesat selama-lamanya, yaitu Kitab Alah dan Sunnah Nabinya”.
Di sisi lain Al-Quran juga mengingatkan bahwa generasi
demi generasi yang lahir dari rahim Umat Islam ini, senantiasa bercampur di
tengah mereka tiga kelompok generasi umat yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
kualitasnya.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا
مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. (Fathir:
32)
Mengacu kepada uraian para mufassir, bahwa kelompok
generasi umat Nabi Muhammad yang zhalimun linafsih atau yang “menganiaya diri
sendiri” adalah mereka yang meninggalkan kewajiban dan tanggungjawabnya kepada
agama dan umat dan sebaliknya senantiasa melanggar apa yang dilarang kepada
mereka.
Kelompok generasi pewaris yang muqtashid “pertengahan”
atau “biasa-biasa saja” adalah mereka generasi yang merasa cukup puas dengan
telah mampu menunaikan apa yang menjadi kewajiban pokok pribadi mereka dan
meninggalkan apa yang diharamkan agama kepada mereka, tetapi tidak mempunyai
kesadaran dan kepekaan terhadap tanggung jawab kolektif mereka sebagai pemimpin
umat. Kesalehan mereka baru sebatas mengamalkan pada yang wajib dan meninggalkan
yang haram, tanpa dibarengi kegairahan atas tanggungjawab sosial dan kolektif
mereka. Sebagaimana belum peduli menghidupkan kebaikan-kebaikan dan pengorbanan
yang bersifat sukarela dan pengabdian.
Sedang kelompok generasi ketiga diistilahkan oleh
Al-Qur’an dengan sebutan “sabiqun bil kaerat”, yaitu generasi pejuang dan
pelopor yang semangatnya adalah berlomba dan berkompetisi dalam kebaikan.
Kita tentu semua berharap bahwa peralihan generasi itu
berpindah dan berlanjut kepada generasi-generasi yang berkelas “sabiqun bil
khaerat”, generasi pelopor bukan pengekor, generasi pejuang bukan pemalas,
generai pemenang bukan pecundang, generasi yang mampu berkarya bukan yang hanya
bercerita, merekalah yang mendapat jaminan Al-Quran bahwa di tangan generasi
seperti itulah kajayaan dan karunia Allah yang besar akan dilimpahkan kepada
mereka.
Namun keberhasilan dan tidaknya membangun generasi
milenial yang berkarakter sabiqun bil khaerat kepada kepada kesungguhan
mempersiapkannya, mendidik dan membinanya. Kebangkitan generasi para pejuang
dan pemenang tentu adalah dipersiapkan bukan kebetulan.
Kita menyadari bahwa generasi Y atau generasi milenial
tumbuh dan berkembang dengan tanggung jawab, peluang dan tantangan yang berbeda
dan bisa lebih berat dari yang dihadapi kita dan yang sebelumnya. Maka tidak
mungkin generasi yang hidup dengan zaman dan tantangan yang berbeda dididik dan
dipersiapkan dengan cara dan metode tradisisonal yang sudah ketinggalan zaman.
Ciri yang menonjol dari generasi milaenial adalah
penguasaanya terhadap teknologi informasi dan media sosial. Dengan kemudahan
belajar dan mendapatkan akses informasi dan pengetahuan dengan caranya sendiri
melalui teknologi, Sehingga mereka tidak bisa lagi diajari atau didik dengan
cara otoriter dan konvensional. Kemudahan akses informasi sangat membantu
mempercepat dan mempermudah transfer berita dan pengetahuan, tetapi pada waktu
bersamaan peluang untuk mendapat informasi dan pemahaman keagamaan yang sudah
terkontaminasi pemahaman yang destruktif bagi nilai-nilai agama, norma dan
moral sosial semakin terbuka lebar. Tidak mengherankan jika kemudian generasi
milenial menjadi market yang potensial bagi penyebaran berbagai virus perusak
pemikiran, akidah, ideologi, hingga perilaku menyimpang. Dari paham intoleran
dan terorisme hingga paham sekuler, liberal, bahkan ateis.
Maka tugas utama generasi tua adalah bagaimana memberi
ruang dan kesempatan pendidikan yang layak, patut, dan sesuai dengan kamajuan ,
tantangan dan peluang zaman yang mereka hadapi.
Rasulullah bersabda, “Ajaklah manusia berbicara dengan
kadar akal mereka”. Ali bin Abu Thalib berkata, “Sampaikanlah kepada manusia
apa yang bisa mereka pahami, sudikah kalian Allah dan Rasul-Nya didustakan
manusia karena kesalahan penyampaian kalian”. Umar mengatakan, “Didiklah
anak-anak kalian, karena sesungguhnya mereka akan menghadapi suatau zaman yang
berbeda dengan zaman kalian ini”.
Maka dengan demikian, yang dibutuhkan sekarang dan
seterusnya adalah dakwah dan pendidikan Islam yang senafas dengan perubahan
zaman yang media utamanya adalah teknologi informasi dengan konten-konten yang
dibutuh semua kalangan manusia dan terutama dapat menjadi bekal bagi generasi
Milenial dalam menunaikan tanggungjawab mereka sebagai generasi pengganti yang
siap memberi solusi terhadap berbagai problema kehidupan umat manusia,
khususnya dalam membangun kejayaan umat dan bangsa Indonesia yang menjadi
cerminan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kegagalan dakwah dan pendidikan
akan berdampak kegagalan mencetak generasi yang siap dan mampu mengemban amanah
sejarah sebagai para pewaris risalah nubuwah akhir zaman yang berakibat
kehencuran peradaban umat di masa yang akan datang. Kita tentu berlindung dari
kemungkinan buruk seperti itu.
Barakallahu lii wa lakum bil qur’anil karim wa naf’ani wa
iyyakum bima fihi minal ayati wa dzikril hakim.
Baca juga: KEPALSUAN TEORI EVOLUSI