إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ
بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا
تموتن إلا وأنتم مسلمون
ياأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس
واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به
والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا,
يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
أما بعد, فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير
الهدي هدي محم وشر الأمور محدثاتها
وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.
اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم
بإحسان إلى يوم الدين
Saudara-saudaraku, kaum Mulimin yang dimuliakan Allah.
Di pagi hari yang suci ini dan dengan diliputi perasaan
sukacita yang mendalam, kita kembali bertemu di tempat ini untuk bersama-sama
memuji keagungan dan kebesaran Allah. Kita syukuri segala nikmat dan
karunia-Nya yang selama in telah kita nikmati. Kita ikrarkan kembali bahwa tidak
ada sesembahan yang hak selain Allah subhanahu wata'ala.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Lima belas abad yang lalu, ketika pertama kali Rasulullah
memperkenalkan agama Islam ini kepada umat manusia, beliau segera saja harus
menghadapi tantangan keras dari kaumnya. Berbagai bentuk tekanan dan perlakuan
diskriminatif ditujukan kepada beliau dan pengikut-pengikut beliau. Kepahitan
dan penderitaan menghiasi hari-hari kaum Muslimin kala itu. Mereka ditindas,
diteror, dikejar-kejar, bahkan dibunuh. Mereka terlempar ke sudut-sudut sempit
kehidupan dan hidup sebagai orang-orang
buangan di negeri mereka sendiri.
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ
اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy)
melakukan upaya makar terhadapmu, untuk
menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
melakukan makar dan Allah membalas makar itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas
tipu daya." (Al-Anfal: 30)
Dengarkan penuturan Abdullah bin Mas'ud, seorang saksi
mata perlakuan kejam kafir Quraisy kepada Rasul yang mulia . Suatu hari,
sementara Rasulullah sedang melakukan shalat di sisi ka'bah, gembong kaum
Musyrikin, 'Uqbah bin Abi Mu'aith, datang dan menghampiri beliau. Kedua
tangannya penuh dengan isi perut unta yang telah dibuang. Lalu dengan enteng
dia mengalungkan kotoran binatang tersebut ke leher Rasulullah yang sedang sujud. Rasulullah tidak
bangkit. Beliau terus dalam sujudnya. Kaum Musyrikin yang menyaksikan ulah
'Uqbah bersorak-sorai kegirangan. Perlakuan tidak manusiawi itu terus
berlangsung hingga Fatimah, putri Rasulullah, mendatangi bapaknya dan menyingkirkan
kotoran yang melekat di tubuh dan pakaian Nabi yang mulia. Nabi saat itu
akhirnya hanya dapat berdoa agar Allah membalaskan perlakuan biadab mereka.
Demikianlah keadaan Islam dan umat Islam saat itu. Masa
ketika Rasulullah masih merintis pembangunan umat ini. Walau demikian,
keimanan yang kuat terhadap janji Allah dan keyakinan atas kebenaran Islam
menjadi benteng yang kokoh bagi Rasulullah dan kaum Muslimin. Dengan itu,
mereka mampu untuk tetap bertahan dengan komitmen keislaman mereka. Sampai
akhirnya Allah memberi jalan keluar dan menepati janji-Nya. Rasulullah dan kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah
ke Madinah dan menjadikannya sebagai basis geografis yang aman dan strategis
bagi masa depan Islam. Dari kota kecil inilah, Nabi kemudian berhasil membangun pondasi peradaban
Islam yang pertama. Kelak, dari kota ini pulalah Nabi keluar dan memimpin
pasukannya menaklukkan kota Mekah.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ
وَالْفَتْحُ(1)وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ
أَفْوَاجًا(2)فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا(3)
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Al-Fath: 1-3)
Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah.
Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, ketika tampuk
pemerintahan baru saja dipegang oleh Abu Bakar, dan ketika umat Islam masih
diselimuti kabut kesedihan atas wafatnya Rasulullah , umat Islam kembali
menghadapi ujian berat. Dalam usia yang relatif masih sangat muda, negara Islam
Madinah terancam bahaya disintegrasi.
Beberapa suku Arab menolak untuk membayar zakat yang selama ini mereka tunaikan
kepada Rasulullah Pada saat yang sama, sebagian besar kabilah-kabilah Arab,
yang semasa Rasulullah masih hidup telah masuk Islam, menyatakan diri membelot
dan murtad. Tercatat hanya tiga kota dari semua kota di semenanjung Arabia yang
tetap menjadi kantong-kantong kaum Muslimin. Dan puncaknya adalah munculnya
nabi-nabi palsu yang melancarkan gerakan separatisme yang menjadi ancaman
serius bagi keutuhan negara Madinah.
Namun, gejolak dalam negeri yang terjadi di masa yang
sangat kritis ini tidak membuat keimanan para sahabat menjadi guncang. Bahkan
sebaliknya, mereka dapat bersatu-padu, di bawah komando Abu Bakar -RA, menumpas
gerakan pemberontakan dan pembangkangan itu. Akhirnya, hanya dalam kurun waktu
kurang dari dua tahun, gerakan-gerakan tersebut berhasil diredam. Setelah itu,
umat Islam bahkan mampu memperlebar sayap kekuasaan Islam keluar dari jazirah
Arab. Luas kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab RA ,
khalifah yang memerintah setelah Abu Bakar RA, bahkan sebanding dengan total
luas rata-rata lima puluh negara modern hari ini.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Demikian pula ketika umat Islam harus menghadapi serangan
pasukan Nasrani dan Tartar yang berusaha
melenyapkan eksistensi mereka pada masa-masa selanjutnya. Terhadap semua cobaan
ini, umat Islam selalu berhasil melewatinya serta meraih kemenangan yang
dijanjikan oleh Allah.
Saudara-saudaraku, umat Muhammad yang dirahmati Allah.
Bila kita cermati satu-persatu episode sejarah tadi, ada
sebuah benang merah yang menjadi titik tolak kemenangan demi kemenangan kaum
Muslimin. Benang merah itu adalah keimanan. Ya . . . k e i m a n a n… sejarah
mereka adalah sejarah keimanan, Allahu akbar. Ternyata keimanan dan kemenangan
adalah dua sisi dari satu mata uang. Bukan besar jumlah pasukan yang menjadi
andalan utama mereka dalam memenangkan pertempuran, bukan pula lengkapnya
perlengkapan dan amunisi. Tapi, modal utama mereka adalah keimanan. Keimanan
yang tertanam pada lubuk hati yang paling dalam, yang diucapkan dengan lidah
dan tercermin dalam tingkah laku dan perbuatan mereka.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka."
(TQS.
Al-Anfal: 2-3)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (At-Taubah: 71)
Dengan keimanan seperti inilah, Allah berkenan menolong
mereka untuk meraih kemenangan.
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ
ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ (51)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (pada
hari kiamat) (Al-Mu'min: 51)
Yaa Ummatal Islam!
Dewasa
ini, kaum Muslimin kembali dilanda berbagai problema. Di tengah-tengah
ketidakberdayaan kita memberantas korupsi yang telah sangat kronis, negeri
"untaian jamrud khatulistiwa" ini juga tercatat memiliki beban utang
lebih dari USD 75 miliar. Pornografi dan pornoaksi masih marak mewarnai
sebagian besar media massa kita. Ironisnya,
hal itu terjadi justru ketika nilai-nilai moral dan agama masyarakat
kita telah demikian terpuruk. Di negeri berpenduduk mayoritas muslim ini, dua
lembaga yang mewadahi kelompok lesbian telah resmi berdiri.
Di
Prancis, Jerman dan Bavaria, kehormatan dan kesucian saudari-saudari kita
dilecehkan. Hak dan kemerdekaan mereka untuk berhijab dirampas. Padahal, pada
saat yang sama, wanita-wanita yang justru merusak moral masyarakat dengan
mengumbar aurat mereka tidak pernah dipersoalkan. Di Palestina, duka nestapa
saudara-saudara kita, yang telah berlangsung hampir satu abad itu, semakin
tidak jelas kapan akan berakhir. Entah berapa banyak lagi tubuh kurus
pemuda-pemuda Palestina yang terpaksa harus rela dirobek peluru zionis , wanita
yang harus menjanda dan anak-anak yang harus rela meratap sedih ketika melihat
kepergian ayah-ayah mereka. Dan, hari ini, di depan mata kita, kita dapat
menyaksikan konspirasi dunia terhadap saudara-saudara kita di Irak sebagaimana
telah terjadi di Afghanistan sebelumnya.
Belum lagi
keterpurukan ekonomi yang menimpa negeri-negeri kaum muslimin, dimana hal itu
menjadi sangat ironis ketika ternyata sumber –sumber kekayaan dunia terdapat di
negeri-negeri tersebut.
Akan
tetapi, umat Islam hari ini telah jauh berbeda. Jika pada episode sejarah yang
lalu kaum Muslimin menjadikan keimanan mereka sebagai senjata utama untuk
keluar dari semua krisis yang menimpa, maka tidak demikian halnya kaum Muslimin
sekarang. Terdapat jurang yang sangat lebar yang memisahkan antara nilai-nilai
ideal Islam dan realitas umat Islam. Parahnya, karena perbedaan antara cita dan
fakta itu tidak hanya terjadi pada aspek-aspek yang sifatnya furu'iyyah atau
cabang saja, akan tetapi juga pada aspek-aspek yang sifatnya sangat mendasar
dan fundamental dalam ajaran Islam.
Bukankah
laa ilaha illallah, tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, belum lagi
mewarnai kehidupan sebagian kaum muslimin? Masih terdapat tiran-tiran berwujud
harta, jabatan, kepentingan, kelompok, hawa nafsu, bahkan sesama manusia yang
telah menggeser posisi laa ilaha illallah dalam kehidupan mereka. Dan jangan
lupa, kuburan yang disembah, tempat-tempat yang dianggap angker dan keramat,
orang-orang shaleh –yang masih hidup maupun telah tiada-yang dikultuskan juga
adalah tiran-tiran lain yang banyak mengaburkan bahkan membatalkan kalimat La
ilaha illallah tersebut.
Bukankah
Muhammadurrasulullah, yang berarti menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya
panutan utama, belum nampak dalam keseharian mereka? Masih terdapat
panutan-panutan lain berupa ide, paham, konsep, dan ajaran lain yang dianut
sebagian kaum Muslimin.
Bukankah
konsep ibadah yang sejatinya membingkai seluruh aktivitas mereka belum lagi
mampu diterjemahkan ke dalam dunia nyata? Beragamnya tanggapan umat atas fatwa
haramnya bunga bank, di penghujung tahun 2003 kemarin, dapat menjadi bukti
betapa umat kita masih terlalu gagap dalam berkomunikasi dengan syariat mereka
sendiri. Betapa pengamalan Islam telah menjadi barang langka di tengah pemeluk
Islam itu sendiri. "Islam mulai dalam keadaan asing," kata Nabi,
"dan akan kembali asing sebagaimana ia pertama kali, maka keberuntungan
bagi orang-orang yang asing (pada saat itu)."
Ayyuhal Muslimin
a'azzakumullah.
Ternyata,
kunci kemenangan belum ada di tangan kita. Keimanan yang berarti pengamalan
Islam secara lahir dan batin, ritual dan sosial, individu dan kolektif, belum
seluruhnya mampu kita wujudkan. Padahal, ia adalah syarat utama datangnya
pertolongan Allah.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri." (Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini dengan sangat jelas menuntun kita bahwa inti
perubahan untuk menjadi lebih baik adalah bermula dari diri sendiri. Tanpa menafikan
pentingnya melakukan perubahan melalui jalur struktural namun yang paling
mendesak untuk kita galakkan saat ini adalah memaksimalkan pembangunan dan
pembinaan pribadi-pribadi muslim sejati yang kelak siap mengusung amanah
perjuangan untuk melakukan perubahan menuju kehidupan yang diridhai Allah
Ta’ala.
Walaupun perlu kita sadari bahwa setelah kita memutuskan untuk memilih
jalan perjuangan yang menitikberatkan pada pembinaan generasi muslim yang
tangguh bahwa ia adalah sebuah
perjuangan yang sama dengan sunnah perjuangan apapun. Ia membutuhkan
pengorbanan. Ia adalah jalan panjang yang tidak bertaburan bunga. Tetapi ia
penuh dengan onak dan duri bahkan
aralpun banyak yang melintang. Di sana banyak musuh-musuh yang selalu
mengintai, siap siaga untuk memadamkan api perjuangan ini. Butuh keteguhan
sebanyak ia membutuhkan kesabaran , kewaspadaan, dan kecerdasan.
Kalau
demikian halnya, kini nampak jelas, di depan mata, amanah berat yang telah
menunggu kita. Mari kita kerahkan potensi dan energi kita untuk memberdayakan
dan membangun kembali potensi umat. Hidupkan majelis-majelis taklim, dan
jadilah pelopor-pelopor aktivitas keislaman. Makmurkan masjid dan sebarkan
pemahaman Islam yang murni, yang tegak di atas landasan Al Qur’an dan As Sunnah
sebagaimana dipahami dan dijalani oleh generasi terbaik ummat ini ; generasi As
Salaf Ash Shaleh. Jaga keluarga agar tidak diracuni oleh media-media yang akan
merusak mereka. Dorong putra-putri kita untuk belajar agama dan fasilitasi
mereka agar dapat tumbuh di bawah naungan keindahan Islam. Jadilah pejuang-pejuang
Islam, Anda bertanggung jawab atas keislaman tempat di manapun Anda berada.
Dengan itu semua, kita dapat berharap keluar dari segala kemelut yang
menghimpit kita serta dapat kembali hidup dalam kemuliaan dan kehormatan.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Kaum muslimin yang diberkahi oleh Allah,
Marilah kita memanfaatkan sisa umur kita di dunia ini
untuk lebih banyak melakukan keta'atan kepada Allah sebagai upaya mencari bekal
menuju kampung kita yang sebenarnya yaitu negeri akhirat yang kekal abadi.
Tentunya ketaatan kepada Allah yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Untuk itu kita perlu memupuk semangat dan kesungguhan dalam mempelajari ajaran
Islam yang murni dari sumbernya yang asli, Kitabullah dan Sunnah Rasululla
melalui perantaraan para Ulama yang terpercaya, yang memiliki kedalaman ilmu
syar'i dan rasa takut dan wara' kepada Allah. Karena selain itu, hanyalah
kesesatan,kesia-siaan dan pintu malapetaka di kemudian hari.
Dan, sehubungan dengan hari raya Idul Adha ini, sebagai
salah satu perwujudan ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah maka Islam
mensyari'atkan kepada ummatnya untuk menyembelih hewan qurban. Hewan
yang disembelih dapat berupa domba yang usianya genap 6 bulan, atau kambing
yang genap setahun atau sapi yang
usianya genap dua tahun, dengan syarat
hewannya tidak memiliki cacat. Seekor sapi boleh disembelih untuk 7
orang. Sebaiknya sipemilik yang menyembelih qurbannya dan kalau tidak, maka
boleh diwakilkan dengan syarat upah
penjagal tidak boleh diambil dari daging,kulit, atau bagian lainnya dari
hewan qurban tersebut. Daging sembelihan boleh dibagi menjadi tiga : 1/3 buat
pemiliknya, 1/3 untuk sedekah kepada faqir miskin dan 1/3 untuk dihadiahkan Dan
penyembelihan dapat dilakukan pada hari Idul Adha usai shalat Ied atau tiga
hari tasyriq sesudahnya.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Akhirnya, dalam nuansa kegembiraan dan sukacita 'Ied ini,
mari kita kembali memanjatkan do'a dan bermunajat kepada Allah Yang Maha
Mendengar dan Maha Mengabulkan permohonan hamba-hambanya.
Allahumma, ya Allah, ya Ghafur ya Rahim. Di hari yang Engkau muliakan ini, kami,
hamba-hamba-Mu yang hina dan lemah ini, kembali menghadap kepada-Mu, mengharap
belas kasih dan ampunan-Mu. Kami sadar, masih terlalu banyak kesalahan dan
kealpaan yang telah kami lakukan. Masih belum sempurna ibadah dan penyembahan
kami kepada-Mu. Namun, kami pun yakin pintu ampunan dan rahmat-Mu jauh lebih
luas. Ya Tawwabu ya Ghaffar.
Allahumma, ya Allah, ya Rahman ya Rahim Orang-orang tua,
handai tolan, tetangga, sahabat-sahabat, dan saudara-saudara kami seiman yang
sedang menunaikan haji, tahun ini, telah meninggalkan padang 'Arafah. Hari
ini, mereka bergembira sebagaimana kami di sini. Ya Allah, kabulkan doa dan
munajat mereka. Terima amal shalih mereka dengan baik. Beri mereka kekuatan dan
keselamatan hingga mereka tiba kembali ke negeri-negeri mereka.
Allahumma, ya Allah, ya Sami'u ya 'Aliim. Engkau lebih
mengetahui kondisi kami, kelemahan kami dalam mengemban amanah Kitab-Mu dan
amanah Sunnah Nabi-Mu, ketidakmampuan kami untuk menegakkan syari'at-Mu dalam
seluruh bidang kehidupan kami, ketidakberdayaan kami di tengah-tengah
penindasan dan penderitaan saudara-saudara kami. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami
dapat berharap. Tidak ada lagi tempat kembali dan bersandar selain kepada-Mu.
Perbaikilah keadaan kami, beri kami kekuatan dan kemampuan untuk berislam
secara menyeluruh, bimbing kami untuk dapat kembali ke jalan yang Engkau
ridhai. Ya Allah, sayangi umat ini, kasihani mereka. Betapapun, mereka adalah
hamba-hamba-Mu juga. Ya Allah, berilah mereka apa yang Engkau janjikan kepada
mereka dengan perantaraan
rasul-rasul-Mu. Jangan Engkau hinakan mereka di hari kiamat. Sesungguhnya
Engkau tidak menyalahi janji.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة
وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه
أجمعين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Khutbah kedua.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا
بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا
لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ
أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.