الْحَمْدُ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ الرِّسالةَ، وَأَدَّى الْأَمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّةَ،
وَجاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِينُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Setiap orang ingin agar hidupnya bahagia. Namun, tidak
setiap orang mampu meraih kebahagiaan tersebut, sebagian mereka atau bahkan
kita berbeda dalam mencari jalan kebahagiaan. Berdasarkan segi usia,
kebahagiaan anak kecil, remaja, dewasa hingga orangtua pasti berbeda.
Berdasarkan gender, kebahagiaan laki-laki dan perempuan, pasti ada yang
berbeda. Berdasarkan geografis, kebahagiaan orang kampung dengan kota berbeda,
yang tinggal di dekat gunung dan dekat pantai itu berbeda. Berdasarkan status
sosial, kebahagiaan warga sipil, pejabat, petani, nelayan, buruh, dan apapun
itu masing-masing punya standar sendiri.
Meski demikian, jika ditarik benang merahnya, setiap
mereka dan bahkan kita, pasti sepakat bahwa timbulnya kebahagiaan antara lain
manakala kita telah bebas dari belenggu masalah lalu telah menemukan jalan
keluar dari problematika kehidupan yang dialami, atau ketika kita mendapat
hadiah dan kemenangan.
Sebagai seorang muslim dan kita beriman kepada Allah SwT,
beriman kepada takdir ketentuan Tuhan, kita diajarkan cara menemukan jalan
keluar dari aneka macam kegelisahan lahir maupun batin, yang menyebabkan diri
kehilangan kebahagiaan. Sebagaimana tersebut dalam QS. Al Baqarah: 153,
يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱسْتَعِينُوا بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang sabar.
Beriman saja tidak cukup, keimanan kepada Allah SwT tidak
cukup hanya sampai di hati dan lisan saja, ia mestilah dibuktikan dengan amal
shalih atau ibadah. Dua hal ini saling isi mengisi, terkait berkelindan satu
sama lain. Semakin kuat iman, maka semakin kuat ibadah atau amalnya, pun jika
semakin kuat ibadahnya, maka semakin kokoh imannya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Dalam ayat yang lain, kita temukan beberapa upaya untuk
meraih kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Sejenak, coba kita renungkan
QS. Al Mu’minun: 1 – 9. Surah tersebut diawali dengan kata “qad” yang
dihadapkan pada “fi’il madhi” -aflaha-. Dalam kaidah bahasa Arab, hal tersebut
menunjukkan suatu penekanan atau kesungguhan dan kepastian. Sehingga di sana
kita dapati bahwa sesungguhnya para pemilik kebahagiaan itu adalah sebagaimana
diuraikan dalam ayat-ayat berikutnya:
1)Mereka yang beriman kepada Allah SwT. 2)Mereka yang
mampu meraih kekhusyukan saat mendirikan salat. 3)Mereka yang mampu membentengi
pribadi dengan menjauhi diri dari perbuatan maupun perkataan yang tidak
berguna. 4)Mereka yang mampu membersihkan jiwanya, seperti mengeluarkan zakat.
5)Mampu memelihara kemaluan dan menjaga kehormatan/ harga dirinya, sehingga
terbangun kehidupan keluarga yang harmonis. 6)Mereka yang mampu menjaga amanat
pada tugas dan menepati janjinya. 7)Menghias diri dengan akhlak Nabi, dilatih
dan diupayakan antara lain melalui perbaikan kualitas ibadah salatnya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Bahagia juga saat kita memperoleh suatu kemenangan. Menariknya,
sesungguhnya setiap hari dan setiap saat kita selalu mendengar ajakan menuju
kebahagiaan itu, sebagaimana tersebut dalam kalimat adzan, “hayya ‘alal falah”
– mari bersegera dan bergegas meraih kebahagiaan atau kemenangan.
Maka, keputusan untuk berusaha meraih bahagia itu
sejatinya kembali kepada para pencari kebahagiaan itu sendiri, tergantung diri
kita masing-masing. Mau atau tidak, Tuhan tidak memaksa. Namun fitrah yang
tertanam dalam jiwa setiap insan, pasti merasakan getaran untuk memenuhi panggilan
tadi. Inilah fitrah yang mesti kita rawat, kita jaga dan kita pupuk agar jangan
sampai layu, jangan sampai mati. Sehingga manakala datang kumandang adzan, yang
di dalamnya terdapat ajakan untuk meraih bahagia dan kemenangan, tidak lantas
kita abaikan, justru kita bersegera menyambutnya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Ada segolongan saudara kita, karena kesehariannya
disibukkan dengan tuntutan pekerjaan. Setiap pekan sejak jam tujuh pagi hingga
jam empat sore, bahkan ditambah lembur hingga dini hari, ada di antara mereka
yang kurang tepat dalam memilih jalan kebahagiaan. Upah yang diperoleh dari
hasil keringatnya tadi, lalu sebagian dihabiskan untuk membeli apa yang
dianggapnya “kebahagiaan”. Ia datangi tempat hiburan yang di dalamnya terdapat
aneka macam minuman keras, berbagai macam pemuas hawa nafsu, baik judi,
narkotika, maupun perzinahan. Lalu, setelah ‘merasa puas’, lantas ia pulang,
kembali ke rumah, dan esoknya bekerja kembali. Begitu siklus hidupnya, na’udzu
billah.
Itulah apa yang kita sebut sebagai kebahagiaan semu,
dikiranya bahagia namun palsu, sejatinya justru membuat jiwa semakin sakit dan
lesu.
Beruntunglah, kita tinggal di negeri atau daerah yang
pemerintahnya, melarang atau minimal tidak melegalkan adanya tempat-tempat
semacam ini. Semoga Allah SwT menjaga diri kita, keluarga kita, orang-orang
yang kita sayangi, pemerintah kita serta masyarakat kita agar benar-benar
terhindar dari segala macam tipu daya setan maupun hasutan hawa nafsu yang
dapat menjerumuskan kita pada kebinasaan.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ
وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمِ
Baca juga: PANDUAN I'TIKAF RAMADHAN
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ
عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ
الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ
بِمَا تَعْمَلُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ , يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . حَمْدًا
يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ . يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ
لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ
أَجْمَعِيْنَ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إنَّك قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ فِي
قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّك وَرَسُولِك
. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنيَا حَسَنَة
وَفِي ٱلأخِرَةِ حَسَنَة وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ