KHUTBAH JUMAT: Mengingat Kematian Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Allah




 الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin yang berbahagia, kehidupan di dunia ini tak kekal dan kita semua akan meninggalkan dunia ini.

 Semua makhluk di muka bumi ini tidak akan terhindar dari yang namanya kematian termasuk manusia. Kematian juga tak memandang umur karena maut sudah diatur oleh Allah bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Bisa saja kalau umurnya hanya sampai beberapa detik ketika lahir ke dunia, ada yang masih muda sudah meninggal dan umur berapa pun akan mengalami kematian hanya menunggu giliran dari Allah. Oleh karena itu, perbanyak amal ibadah agar bekal di akhirat cukup dan berharap kita semua bagian dari penghuni surga, Masya Allah.

Salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengingat kematian. Kalau kita mengingat kematian secara otomatis perasaan kita untuk taat melaksanakan ibadah sangat kuat. Dengan begitu mengurangi pengaruh-pengaruh buruk lain seperti maksiat. Mengingat kematian yang tidak pandang bulu jadi harus di persiapkan mulai dari sekarang ini dan meningkatkan ketakwaan.

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إذَا مَاتَ ابْنَ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ} يَدْعُوْ لَه

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

Dari hadis tersebut dapat kita pahami ketika meninggal nanti tidak ada yang dibawa kecuali 3 hal yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak Sholeh. Artinya ketika meninggal nanti semuanya terputus yang tidak akan terputus salah satunya amal jariyah. Dengan kita shodaqoh ke masjid atau orang yang membutuhkan amalannya akan terus mengalir walaupun sudah meninggal. 2 amalan lainnya yaitu ilmu yang bermanfaat, ketika kita mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain dan orang tersebut menggunakan ilmu yang diajarkan dan seterusnya maka hal itu juga bisa menjadi amalan yang tidak akan terputus. Selain itu doa anak Sholeh/Sholehah akan membantu kedua orangtuanya nanti ketika di akhirat, maka ajarkan anak-anak belajar agama dan hal-hal yang baik.

00000000000000000000000000

KHUTBAH JUMAT TENTANG KEMATIAN SEORANG MUKMIN DITANGISI LANGIT DAN BUMI

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memulikan orang yang beriman dengan semulia-mulianya. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang memberikan manfaat untuk dunia dan akhiratnya. Bahkan saudaraku, orang-orang yang beriman itu apabila ia meninggal dunia ditangisi oleh bumi dan langit sebagai kemuliaan mereka disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ

Tidaklah langit dan bumi menangisi mereka (Fir’aun dan bala tentaranya)”

Ada seorang laki-laki datang kepada Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma. Lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Abbas, apakah langit dan bumi bisa menangisi seseorang?” Kata Ibnu Abbas, “Iya”

Seorang mukmin apabila ia meninggal dunia maka Allah telah menyediakan untuk setiap mukmin dan setiap manusia pintu di langit yang dari pintu itu turun-turun rezekinya dan dari pintu itu naik ke amalan shalihnya. Ketika si mukmin itu meninggal dunia, maka langit pun menangis karena telah tertutup satu pintu kebaikan. Demikian pula bumi itu kehilangan tempat dimana si mukmin itu senantiasa beribadah kepada Allah di situ. Sehingga bumi pun menangisi seorang mukmin yang meninggal dunia.

Adapun orang-orang kafir, Fir’aun dan bala tentaranya -kata Ibnu Abbas- mereka tidak memiliki kebaikan apapun di dunia. Sehingga kematian mereka tidak ditangisi oleh langit, tidak pula oleh bumi.

Ummatal Islam,

Karena keimanan memberikan manfaat untuk dunia demikian pula memberikan manfaat untuk langit. Keimanan itu hakikatnya adalah memperbaiki apa yang ada pada manusia berupa ketakwaan, berupa amal, berupa ucapan, demikian pula amalan-amalan shalih. Sementara amalan-amalan shalih itu akan naik kepada Allah. Demikian pula ucapan-ucapan yang baik pun akan naik kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

Kepada Allah lah ucapan-ucapan yang baik itu akan naik dan Allah pun mengangkat amalan shalih.” (QS. Fatir[35]: 10)

Orang-orang yang beriman senantiasa berusaha untuk beramal kebaikan dalam hidupnya. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang-orang yang beriman itu bagaikan lebah. Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا

Sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik” (HR. Ahmad)

Ia senantiasa mengambil sari-sari bunga yang bermanfaat untuk tubuhnya. Lalu ia mengeluarkan madu dari tubuhnya yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Demikian pula seorang mukmin, ia memakan rezeki yang halal, yang thayyib, yang baik, yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak keluar dari seorang mukmin berupa ucapan dan perbuatan kecuali kebaikan.

Lihatlah lebah itu, saudaraku..

Apabila ia hinggap di ranting manapun ia tidak pernah berbuat kerusakan. Demikian pula seorang mukmin, dimanapun ia berada ia tidak pernah berbuat kerusakan. Ia senantiasa berbuat kebaikan, bahan menebar kebaikan.

Maka itulah kehidupan seorang mukmin. Bagaimana seorang mukmin tidak akan ditangisi jasadnya ketika ia meninggal dunia? Bagaimana tidak akan ditangisi oleh bumi sementara bumi sangat memerlukan kebaikan. Karena kemaksiatan itu merusak daratan dan lautan. Allah Ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan, diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum[30]: 14)

Kata para ulama yaitu maksudnya diakibatkan oleh dosa-dosa mereka. Dosa merusak bumi ini, mencabut keberkahan bumi ini. Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa senantiasa dosa itu mencabut kenikmatan sedikit demi sedikit sampai Allah cabut kenikmatan itu sama sekali. Berapa banyak kaum-kaum yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan-kenikmatan, lalu akibat dosa-dosa mereka Allah cabut kenikmatan tersebut.

Kita masih ingat kisah Saba’ di dalam Al-Qur’an, bagaimana Allah mengisahkan kaum Saba’ yang diberikan oleh Allah kenikmatan yang luar biasa. Buah-buahan, air, tanaman dan yang lainnya. Tapi karena mereka tidak mau mengikuti perintah Allah dan RasulNya, akhirnya Allah gantikan kebunnya dengan sesuatu yang pahit, sesuatu yang tidak ada manfaatnya lagi. Allah cabut kenikmatan itu akibat dosa-dosa mereka.

Maka ummatal Islam, dunia tidak akan pernah kiamat selama masih ada seorang muslim, selama masih ada orang yang beriman, yang beribadah kepada Allah, yang menyembah Allah di muka bumi ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ

Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengingat Allah.” (HR. Muslim)

Disaat tidak ada lagi di muka bumi ini orangnya yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah, di saat itulah kiamat akan tegak. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ

Tegaknya hari kiamat itu atas seburuk-buruknya makhluk (yang tidak beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat)” (HR. Muslim)

Maka itu menunjukkan kemuliaan mukmin, orang-orang yang beriman kepada Allah, yang hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka berbahagialah wahai umat Islam. Orang-orang yang diberikan nikmat iman. Pertahankan iman kita dengan cara kita terus taqarrub kepada Allah. Jangan sia-siakan nikmat iman ini, jangan sia-siakan nikmat Islam ini dengan cara kita memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berapa banyak orang-orang yang Allah cabut nikmat iman kepada dia, sehingga ia murtad dari agama Islam karena ia tidak mensyukuri nikmat tersebut. Berapa banyak orang-orang yang nikmat hidayah telah Allah cabut kembali karena ternyata hatinya tidak cocok untuk mendapatkan hidayah tersebut.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم


Baca juga: Wasiat Rasulullah SAW kepada Mu’adz bin Jabal


KHUTBAH KEDUA 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ummatal Islam,

Diantara kemuliaan seorang mukmin yang Allah janjikan kepada mukmin yaitu Allah jadikan surga untuk mereka di akhirat. Allah tidak menjadikan surga untuk orang-orang yang beriman itu di dunia. Karena dunia itu sesuatu yang fana, kesenangannya pasti dihiasi dengan kesedihan, kesenangannya pasti akan didahului oleh kelelahan. Di dunia ini tidak ada kesenangan yang sempurna, saudaraku.. Pasti semua akan fana.

Maka Allah tidak ingin menjadikan surga untuk orang yang beriman di dunia ini. Sementara orang kafir, surganya hanya di dunia. sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam riwayat Tirmidzi bahwasannya dunia ini:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Dunia ini penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang-orang yang kafir.” (HR. Muslim)

Karena orang yang kafir itu bersenang-senang dan memuaskan syahwatnya bagaikan hewan dan binatang ternak. Tidak peduli dengan batasan-batasan Allah. Mereka menganggap dunia segala-galanya karena mereka tidak meyakini akan adanya hari kebangkitan. Sedangkan orang yang beriman diberikan ujian, ujian, ujian, untuk mengangkat derajatnya disisi Allah, menggugurkan dosa-dosanya. Allah berikan ujian agar si hati mukmin itu tidak tenang dengan dunia, agar si hati mukmin itu sadar bahwa dunia bukan tempat yang abadi. Ia adalah tempat yang sementara.

Kewajiban seorang mukmin sadar bahwa Allah tidak ingin menjadikan surga orang yang beriman itu di dunia. Allah ingin menjadikan surga orang-orang yang beriman itu adalah di akhirat yang kekal dan abadi. Di sanalah kebahagiaan yang hakiki, di sanalah kesenangan yang hakiki, di sanalah kita akan beristirahat selama-lamanya jika memang Allah memasukkan kita ke dalam surga.

Makanya para Sahabat Nabi bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah. Di antara Sahabat ada yang lelah dalam ibadah, ketika ditanya sampai kapan engkau lelah untuk beribadah kepada Allah, kapan engkau akan beristirahat? Sahabat ini berkata, “Biarlah aku istirahat nanti di surga saja, adapun di dunia ini bukan tempat untuk bersenang-senang, bukan untuk untuk tempat berfoya-foya.”

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاإِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama