اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا
أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ
وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Saudara-saudara kaum muslimin, jamaah jum’ah yang berbahagia!
Sudah sering kita melihat antrian peminta-minta baik yang
datang kerumah-rumah, di tengah jalan ataupun yang sudah punya jadwal mingguan
tersendiri yaitu pada hari jum’ah, tatkala para jamaah bubar dan selesai
melaksanakan shalat jum’ah mereka berbondong-bondong mencegat setiap orang
untuk dimintai sedekah dan anehnya hal ini bukan suatu yang tabu lagi bagi
kalangan ummat Islam, Mungkin karena selalu mendapat santunan yang sudah dapat
menutupi sebagian kebutuhan hidup mereka ditambah mudahnya pekerjaan ini
didapatkan sehingga profesi sebagai pengemis ini pun menjamur dimana-mana
bahkan menjadi sumber mata pencaharian hidup.
Yang sering menimbulkan salah faham adalah adanya
ungkapan: “Jangan memberi sedekah kepada peminta-minta!”, kenapa kita dilarang
memberikan sedekah kepada mereka?, padahal agama selalu menganjurkan untuk
selalu memberi sedekah, bahkan Allah telah menggambarkan betapa besarnya pahala
bagi orang yang suka bersedekah. Sebagaimana firmanNya yang berbunyi.
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui”. (Al-Baqarah: 261)
Islam mencela pengangguran dan peminta-minta
Agama Islam yang bersifat universal tidak saja berbicara
masalah ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala permasalahan sosial
yang selalu dihadapi ummat manusia. Salah satunya adalah masalah pengangguran
dan peminta-minta yang sangat dicela oleh Islam, sebab hal ini merugikan
masyarakat.
Pertama, pengangguran dan peminta-minta
menyebabkan tenaga manusia bersifat konsumtif, tidak produktif akibatnya mereka
menjadi beban masyarakat.
Kedua, pengangguran dan peminta-minta
adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan merupakan bumi yang subur bagi
tumbuh dan berjangkitnya berbagai macam kejahatan.
Karena itulah Islam sangat menentang pengangguran dan
mencela orang-orang yang tidak mau bekerja padahal sebenarnya mereka mampu
bekerja.
Memberantas kemiskinan
Islam yang datang sebagai pembebas bagi seluruh ummat
manusia selalu menganjurkan bagi setiap pengikutnya untuk memberikan sedekah,
bahkan sedekah dengan predikat zakatpun sudah menjadi kewajiban. Dan
Islam sendiri mempunyai tujuan tertentu dalam bidang harta dintaranya adalah
memberantas kemiskinan secara bertahap, melarang hidup dalam kehinaan serta
mendistribusikan keadilan secara merata.
Bukan Tradisi Islam
Islam mengajarkan kita untuk selalu bersedekah dan
memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan tetapi Islam tidak
mengajarkan pengikutnya menjadi peminta-minta atau pengemis, bahkan Rasulullah
sendiri pernah menjelaskan bahwa orang yang membawa tambang pergi kegunung
mencari kayu lalu dijual untuk makan dan bersedekah lebih baik dari pada
meminta-minta kepada orang, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لأَنْ يَأْخُذَ
أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ
رَجُلاً فَيَسْأَلُهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ. (أخرجه البخاري)
Artinya: “Demi jiwaku yang berada di tanganNya sungguh
seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk
mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi
orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan
terkadang ia tidak diberi olehnya”. (HR. Al-Bukhari)
Dan beliau juga memberikan uswah kepada kita agar jangan
meminta pertolongan selama kita masih mampu untuk mengerjakannya.
Bukan berarti kita ingin menghindari kewajiban kita
sebagai muslim dan sebagai makhluk sosial, yang walau bagaimanapun diantara
mereka yang meminta-minta tersebut memang pantas mendapatkan sedekah, tetapi
kita hanya berhati-hati agar jangan sampai terjerumus dan terjebak pada
orang-orang yang hanya menggunakan pekerjaan mengemis sebagai topeng dan
menampak luaskan kemiskinan dan terlebih lagi yang kita takutkan adanya
anggapan bahwa Islam adalah agama bagi orang miskin dan terbelakang.
Oleh karenanya hendaklah para da’i atau pendakwah Islam
tidak hanya membatasi dakwahnya dalam masalah ritual dan spiritual belaka,
karena Islam tidak hanya terbatas pada hubungan vertikal antara Tuhan dan
manusia tapi Islam juga mengajarkan hubungan horisontal yaitu hubungan antara
manusia, sehingga jika sistem keseimbangan yang diajarkan ini benar-benar
diterapkan akan dapat menciptakan masyarakat yang baik atau baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan ini jelaslah saudara-saudara!,
bahwa Islam sangat mencela orang yang tak mau berusaha dan hanya bisa
meminta-minta, apalagi dengan berdalih bahwa pekerjaan mengemis kepengemisan
dan kemiskinan itu sudah ditakdirkan Allah Subhannahu wa Ta'ala . Padahal
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ
حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا
وَتَرُوْحُ بِطَانًا. (الترمذي وابن ماجه)
Artinya: “Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benar tawakkal, tentu Allah memberi rizki kepadamu, seperti halnya
Allah memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar, tetapi
pulang dalam keadaan kenyang”. (HR. , Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah shahih
dan Al-Hakim dari Umat)
Kemudian bagi orang-orang kaya jangan hanya bisa menumpuk
harta dan berfoya-foya tanpa peduli bahwa di dalam harta mereka terdapat hak
peminta-minta dan orang yang hidup di dalam kekurangan, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh surah Adz-Dzariyat ayat 19 yang berbunyi:
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang-orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.
(Adz-Dzariyat: 19).
Bahkan kalau kita telaah kembali beberapa ayat Al-Qur’an
yang turun di Mekkah sangat mengecam arogansi orang-orang kaya Mekkah yang
tidak perduli terhadap fakir, miskin, dan anak-anak yatim. Allah menegaskan
dalam firmanNya:
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.
Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin”. (Al-Ma’un: 1-3).
Dalam ayat di atas sangat jelas bahwa orang yang
mendustakan agama / hari Qiamat disejajarkan dengan orang yang mencampakkan
anak yatim dan tidak menganjurkan orang lain untuk menyantuni fakir miskin.
Betapa hinanya derajat orang yang seperti ini dan tak ada tempat yang lebih
layak baginya selain kawah api Neraka yang membara.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ
الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا
لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ
أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ