Khutbah Jumat: Mengamalkan Etika dan Sunnah Nabi saat Makan





Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

 

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin. Takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah ta'ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan ketakwaan, setiap persoalan hidup yang kita alami akan ada jalan keluarnya, dan rezeki akan datang kepada kita tanpa disangka-sangka, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran surah At-Talaq Ayat 2 dan 3:

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Artinya, "Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS At-Talaq: 2-3)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Islam merupakan agama yang perhatian terhadap setiap aktivitas manusia, baik yang bersifat primer maupun sekunder. Di antara aktivitas primer yang diperhatikan oleh Islam adalah makan. Islam mengatur mana saja makanan yang haram dan memerintahkan untuk memakan makanan yang halal dan juga berkualitas. Perintah tersebut sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 168:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

 

Perintah dan anjuran agama yang berkaitan dengan makan tentunya tidak hanya disuarakan oleh Al-Quran. Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan tentang makan. Hal ini bukan berarti beliau orang yang rakus terhadap makanan, akan tetapi memperhatikan tentang kriteria makanan dan juga etika-etika ketika makan. Tentunya, selain dengan cara menyampaikan kepada para sahabat dan keluarganya, beliau juga mempraktikkannya langsung agar dapat dicontoh oleh mereka.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Rasulullah SAW merupakan sosok yang sangat menjaga diri dari memakan sesuatu yang haram. Beliau menegaskan bahwa sesuatu yang halal dan haram itu jelas keterangannya dalam agama. Oleh sebab itu, beliau sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak memakan sesuatu yang haram. Ancaman terkait memakan makanan yang haram bahkan pernah beliau utarakan kepada salah satu sahabatnya yang bernama Ka'ab bin 'Ujrah:

يَا كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Artinya: "Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali Neraka lebih berhak atasnya." (Hadits riwayat Imam al-Tirmidzi).

 

Makanan yang haram tidak lain hanya akan membawa suatu bahaya bagi kita. Kekuatan yang lahir dari makanan yang haram cenderung akan mengajak tubuh kepada kemaksiatan. Makanan haram yang kita konsumsi akan berubah menjadi darah dan akan mengalir terus di dalam tubuh kita, sedang setiap hari kita beribadah kepada Allah dengan tubuh ini. Lebih parah lagi, na'udzubillah, doa yang kita panjatkan kepada Allah akan tertolak sebab mengonsumsi makanan haram tersebut.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SAW,

Selain tentang kehalalan dan keharaman makanan, Rasulullah juga mencontohkan kepada umatnya tentang etika-etika yang dapat kita ikuti. Yang pertama adalah sebelum makan maka hendaknya membaca lafaz bismillah terlebih dahulu. Rasulullah pernah menasihati Umar bin Abu Salamah:

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ

Artinya: "Wahai Anakku, bacalah 'bismillah', makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu." (Hadits riwayat Imam al-Bukhari).

Kita juga disunnahkan untuk memakan makanan yang ada di depan kita atau di dekat kita terlebih dahulu. Hal ini tentunya merupakan bagian dari adab ketika sedang makan bersama, sehingga tidak mengganggu orang lain yang sedang makan. Selain itu, kita juga disunnahkan untuk makan dengan tangan kita.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Etika dalam makan selanjutnya adalah jangan makan berlebihan. Berlebihan di sini di antaranya adalah makan dengan porsi yang banyak dan berlebihan. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Makan berlebih akan berpengaruh negatif kepada tubuh kita, selain itu akan membuat kita malas untuk bergerak. Nabi Muhammad pernah bersabda:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ

Artinya: "Dari 'Amru bin Syu'aib dari Ayahnya, dari Kakeknya, dia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Makan dan minumlah, bersedekah dan berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan atau kesombongan'." (HR Imam Ibnu Majah).

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Kesombongan dalam makan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari saat ini. Di era semua orang bermain media sosial, maka kesombongan dengan memamerkan makanan mungkin saja dapat terjadi dengan mudah. Tentunya, mengambil foto makanan dan meng-upload-nya di media sosial memang bukan suatu tindakan yang dilarang selama tidak ada unsur sombong dan pamer kepada orang lain.

Selain itu, adab dan etika yang diajarkan Rasulullah kepada kita adalah tidak mencela makanan apabila kita tidak menyukainya. Mencela makanan memang tidak akan membuat makanan itu berubah menjadi sesuatu yang mencelakakan kita. Akan tetapi jamaah sekalian, mencela makanan akan berujung kepada orang yang memberikannya kepada kita atau memasakkan makanan itu untuk kita. Perihal larangan mencela makanan telah diingatkan oleh Nabi dari sahabat Abu Hurairah:

مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Artinya: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sekalipun. Apabila beliau suka, beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun tidak memakannya". (HR Imam al-Bukhari).

Selanjutnya, etika dan adab yang patut kita amalkan dari sunnah Nabi ketika makan adalah membaca doa dan bersyukur kepada Allah dengan memuji-Nya setelah selesai makan. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik, Nabi bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

 

Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum." (HR Imam Muslim).

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Demikianlah adab dan sunnah Rasulullah ketika makan. Semoga kita dapat menapaki jejak sunnah Nabi, minimal dengan mengikuti bagaimana cara beliau makan. InsyaAllah, kecintaan kita kepada baginda Nabi Muhammad akan berbuah syafa'at di akhirat kelak. Amiin...

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Baca juga: KEBURUKAN MASYARAKAT YANG TANPA IMAN KEPADA ALLAH


Khutbah II

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama