Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ
الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ
اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا
الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ
الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak kepada
seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa
meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan senantiasa berjuang untuk
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa akan menguatkan
komitmen kita untuk beribadah dan menyempurnakan keislaman kita dengan
menunaikan semua rukun Islam sebagai bangunan utuhnya. Kerana Islam dibangun di
atas lima bagian elemen sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim.
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ،
وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ . رواه البخاري
و مسلم
Artinya: "Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu
persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa
di bulan Ramadhan” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Di antara lima rukun Islam yang harus dikerjakan oleh
umat Islam adalah ibadah haji. Ibadah ini memiliki kekhususan waktu dan tempat
karena harus dikerjakan pada bulan Dzulhijjah di tanah suci Makkah. Untuk bisa
menjalankannya, diperlukan niat dan komitmen kuat karena ibadah ini memerlukan
waktu dan syarat-syarat khusus di antaranya adalah mampu mengerjakannya.
Artinya, ketika seseorang sudah mampu untuk melaksanakannya, maka wajib baginya
untuk berhaji. Jika ia menghindar dari kewajiban dalam kondisi mampu
mengerjakannya maka ia berdosa.
Allah swt menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيلًا
Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
Baitullah,” (QS Ali Imran 97).
Lalu apa yang disebut dengan syarat mampu dalam berhaji?
Para ulama menjelaskan bahwa seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah
haji di antaranya adalah mampu secara fisik dan dalam kondisi jasmani dan
rohani yang sehat. Disebut mampu juga adalah adanya sarana transportasi yang
memadai untuk bisa bisa digunakan pergi haji. Dalam konteks umat Islam yang
berada di Indonesia, adanya sarana transportasi ini diartikan sebagai kemampuan
untuk membayar biaya sarana dan dan prasarana transportasi termasuk akomodasi
yang dibutuhkan selama menjalani proses haji.
Sisi kesehatan dan biaya inilah yang sering menjadi
permasalahan umum yang dihadapi umat Islam di Indonesia. Tak jarang faktor
inilah yang mengendurkan semangat umat Islam, khususnya yang jauh dari negara
Makkah seperti Indonesia, untuk pergi haji. Ditambah lagi saat ini, antrean
untuk bisa berangkat haji terus bertambah panjang dan lama hingga ada yang
harus menunggu giliran berangkat sampai dengan puluhan tahun.
Lalu apakah kendala-kendala ini akan semakin mengendurkan
semangat kita untuk berhaji? Tentu saja jawabannya kita harus menjawabnya
dengan kata ‘tidak’. Kita harus terus menanamkan dan memupuk semangat dan niat
kita berhaji sebagai upaya menyempurnakan keislaman kita.
Niat dan semangat harus terus dipupuk dengan cara tetap
berikhtiar, melakukan upaya memenuhi syarat-syarat kemampuan dan setelah itu
bertawakkal kepada Allah karena Dia lah yang maha penentu segala-galanya. Niat
menjadi hal yang penting, karena banyak orang yang mampu, baik secara fisik,
kesempatan maupun biaya, namun mereka belum tergerak hatinya untuk berhaji.
Selama kita mau berusaha, InsyaAllah, Allah akan memberi
jalan kemudahan. Kita harus optimis bahwa kita mampu berhaji karena kita yakin
bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Pemurah kepada hamba-Nya yang bertakwa.
Ketakwaan menjadi jalan keluar dari masalah dan membukakan pintu rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangka. Allah berfirman:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًاۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى
اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari
arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu,” (QS
At-Thalaq 1-2)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Untuk memupuk semangat berhaji, kita perlu terus mengingat
keutamaan-keutamaan ibadah ini. Dalam hadits yang masyhur, Rasulullah Saw
menyebutkan balasan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji.
عَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ
إِلَّا الْجَنَّةُ،
Artinya, “Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, dari
Rasulullah saw, ia bersabda, ‘Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.’
(HR Ahmad).
Saat berada di tanah suci untuk beribadah, Allah juga
membuka pintu ampunan bagi para jamaah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi
yang diriwayatkan oleh HR Ibnu Majah:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ
إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُوهُ غَفَرَ لَهُمْ
Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw
bersabda, ‘Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah
memenuhi permintaan mereka dan jika mereka meminta ampun kepada-Nya, niscaya
Allah mengampuni mereka”.
Tentunya masih banyak keutamaan-keutamaan yang ada dalam
ibadah haji yang tertulis dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi serta
penjelasan-penjelasan dari para ulama. Perlu upaya sungguh sungguh untuk
meraihnya melalui ikhtiar dan tawakkal.
Ikhtiar dan tawakkal ini seperti sepasang dayung yang
kita gunakan untuk menyeberang sungai menggunakan perahu. Jika hanya satu
dayung sebelah kanan atau kiri saja yang kita gunakan, maka otomatis perahu
yang kita gunakan akan berputar-putar saja di tengah sungai. Namun jika kita
menggunakan kedua-duanya denga baik, maka perahu akan dapat berjalan dengan
maksimal dan akan sesuai dengan arah dan tujuan kita.
Begitu juga ketika kita memiliki azam atau niat yang kuat
untuk bisa berhaji, maka kita tentu harus berusaha melalui berbagai cara
seperti mengawalinya dengan mendaftarkan diri agar mendapatkan nomor porsi haji
dan kemudian kita bertawakkal kepada Allah swt. Allah berfirman:
فَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” (QS: Al Imran: 159)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Semoga kita senantiasa diberi kekuatan oleh Allah dan ditakdirkan
untuk dapat pergi haji ke Baitullah. Mudah-mudahan Allah swt membukakan pintu
rezeki selebar-lebarnya mulai dari dibukakan pintu niat, kemampuan, kesehatan,
dan kesempatan sehingga kita bisa menikmati ibadah yang menjadi mimpi dan
keinginan semua umat Islam.
Khatib yakin, dari lubuk hati yang paling dalam, tidak
ada umat Islam di dunia ini yang tidak ingin berhaji. Semua pasti memiliki
keinginan untuk menyempurnakan keislamannya dengan berhaji. Keinginan ini tidak
boleh pupus begitu saja namun harus kita pupuk terus. Yakinlah Allah akan
memudahkannya.
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
Artinya: “Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,” (QS; Al-Insyirah:
5-6)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: BEBERAPA RAHASIA AL QURAN #17; TIPU DAYA SETAN ITU LEMAH
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ
الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ
بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ