الحمد لله. الحمد لله الذى علم الموجود بر
حمته. وأفاض على كل موجـود سـجال نعمـته. وعـم الأنام ببحـر جـوده وكرامه. سبحان
لا تحصى ثناء عليه . ان الأمر كله منه
واليه . أحمده سبحانه وتعالى وأشكره . وأتوب اليه وأستغفره . من جميع الذنوب
والمآثم .
واشهد ان لا اله إ لا الله وحده
لا شر يك له. شهادة من امن بالله
وملائكته وكـتبه ورسـله. وأشـهد أن سيـدنا محـمدا عبده ورسوله. اللهـم صل على
سيدنا محــمد وعلى اله وأصحـابه
الطّــيبـين ا لأخيار. (أما بعد)
فيا أيها الناس . اتّقوا الله بإتيان أوامر الله والانتهآء عن المنكر .
وسبحوا الله تسبيحا كثـيرا بالعشـى والإبكـار . وميزوا الحق عن الباطل بالعلم والعقل وا لأ فكار.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH
Dengan penuh kesadaran, marilah kita sanjungkan rasa
syukur kita kehadirat Illahi Rabby yang telah senantiasa melimpahkan rahmad,
karunia, dan nikmatnya yang tiada terhingga, hingga kita tak berkemampuan untuk
menghitungnya, dalam rangka membangun “jiwa, hati nurani dan intuisi/ perasaan
kita”.
Disamping itu marilah kita pertebal keimanan dan
ketaqwaan kita, rasa takut kita kepada Allah Swt. dengan melaksanakan apa yang
menjadi perintah-Nya dan mencegah diri dari perkara-perkara mungkar yang
menjadi larangan-Nya. Dengan memperbanyak bacaan Tasbih “Subhanallah Wal
Hamdulillah Wa Laailaa Haillahaa Illallahu Wallahu Akbar, Laa Haula Walaa
Quwwata Illah Billahil ‘Aliyyil ‘Adziim”, kita berharap muncul pencerahan jiwa
dari hati nurani kita, sehingga kita dapat membenarkan segala perkara yang
“Haq” dan membatalkan perkara yang “Bathil” dengan landasan firman, ilmu
pengetahuan dan akal fikiran yang sehat dalam bingkai “Rasionalitas yang
benar”.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG BERBAHAGIA
“MEMBANGUN JIWA” pada hakekatnya adalah merupakan prioritas
yang semestinya kita dahulukan dari pada “MEMBANGUN RAGA” atau “BADAN” kita.
Wage Rudolf Supratman dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya menyebutkan ;”
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya !” begitulah antara
lain, kita bangsa Indonesia selalu menyanyi. Dalam sudut pandang yang lain,
jika kita tengok kembali lima tujuan prinsip dalam pencanangan syari’at
Islamiyyah atau yang biasa disebut dengan “Maqaashid Al-Syari’ah Al-Khams”
yaitu memelihara dan memberikan perlindungan – dalam arti yang luas terhadap
agama, akal, jiwa, nasab, (keturunan) dan harta benda, juga mencerminkan betapa
komponen-komponen yang secara bulat berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan lebih
mendapat perhatian yang besar.
Namun entah mengapa, dan kapan mulainya, tiba-tiba saja
kita dan bangsa Indonesia terkesan hanya mengurusi raga dan melupakan jiwa.
Apakah karena terlalu populernya ‘semboyan olah raga’ “Di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat” atau karena penekanan pembangunan kita yang
terlalu bertumpu pada sektor ekonomi ? mari kita cari jawabannya bersama-sama .
. . !
Jika kita mengkalkulasi kesibukan dan aktifitas kita
sehari-hari; berapa persenkah jatah untuk dan dalam rangka mengolah jiwa, bila
kita bandingkan dengan prosentase bagi membangun dan memanjakan raga-raga kita
? lihatlah super-super market, pasar-pasar swalayan, restoran-restoran yang
terus tumbuh dan berkembang dan selalu kita padati demi pemanjaan terhadap
raga-raga kita. Saksikanlah pula iklan-iklan yang setiap saat dijejalkan
kerumah-rumah kita melalui telivisi,
radio, majalah-majalah dan lain sebagainya, mulai dari rokok, segala jenis
makanan dan minuman, berbagai jenis pakaian dan perumahan indah, hingga segala
macam alat kosmetika dan penyedap bau badan, yang hampir semuanya menina
bobokkan kita sehingga kita lupa untuk ngopeni kegersangan jiwa kita.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG DIMULIAKAN ALLAH
Dari sinilah terbukti kiranya kebenaran Al-Qur'an yang
menyebutkan bahwa “manusia” menurut penciptanya sendiri memang menyenangi
kehidupan dunia dan cenderung mengabaikan akhirat. Sebagaimana disebutkan di
dalam Al-Qur'an :
كلا بل تحبون العاجلة . وتذرون الآخرة
Artinya : “Sekali-kali janganlah demikian, Sebanarnya
kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan
akherat” (QS. Al-Qiyamah : 20 dan 21)
Bahkan manusia, seperti juga difirmankan penciptanya
Allah Swt. terpedaya dan menganggap baik atas segala kesenangan mereka sendiri.
sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 14 :
زين للناس حب الشهوات من النسآء والبنين
والقناطير الـمقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة
والأنعام والحرث. ذلك متاع الحياة الدنيا .
والله عنده حسن المئاب.
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diinginkannya yaitu : wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, (mas picis – rojobrono), kuda atau
mobil pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik yakni (surga)”.
Semua sifat-sifat manusia ini, ditambah lagi dengan
“perangai-perangai dasar” manusia seperti kecenderungan mereka untuk
berlebih-lebihan, suka segera enak, egois, pelupa dan lain sebagainya membuat
kecenderungan mereka untuk semata-mata menikmati kesenangan hidup di dunia
menjadi semakin total, nyata dan mudah menjadi keniscayaan. Dan oleh karenanya,
tidaklah heran jika kemudian yang terjadi adalah; budaya-budaya semacam
matrealisme, konsumerisme, hedonisme dan lain sebagainya laku keras dan
mendapat antusias lebih dikalangan makhluk yang bernama “manusia” ini.
Faham-faham inilah, yang percaya atau tidak menjadikan
manusia yang “Ahsani taqwim” ini menjadi lebih mirip hayawan ternak bahkan
lebih rendah daripadanya. Naudzubillahimindzalika. Sehingga tokoh-tokoh semacam
Fir’aun cs, Qorun, Abu Jahal cs dan semisalnya menjadi idola-idola mereka.
Fir’aun yang sampai mengaku menjadi Tuhan dan membunuhi rakyatnya, qorun yang
juga memproklamirkan diri sebagai Tuhan karena kekayaannya yang dapat
menghidupi pengikutnya, Abu Jahal, Abu Lahab dan kaum jahiliyah yang bangga
terhadap berhala dan harta benda, kaum ‘Ad, Tsamud kaum Sodom dan sebagainya
yang angkuh dan tak tahu malu, mereka semua seenaknya sendiri merampas hak
orang lain, tega membunuh saudara sendiri, yang sudah terhormat masih juga
nyolong, yang sudah kaya malah semakin serakah, yang dengan bangga membabati
dan mengeruk kekayaan negara, suami yang tak risih menjual istrinya, ibu tega
menjual diri dan anaknya, mereka yang senang menjilat yang kuat dan menginjak
yang lemah dan seterusnya dan sebagainya, itu semua tidak lain adalah karena
akibat dan gara-gara mengikuti faham-faham di atas, dan memburu
kesenangan-kesenangan duniawi.
Ketika kehidupan masyarakat kita sudah sedemikian adanya,
maka patutlah kiranya kita menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan belaka dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megahan serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Dan
kitapun tahu bahwa kehidupan dunia ini tidaklah lain hanyalah kesenangan yang
menipu, dan diakherat nanti ada adzab yang keras.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH RAHIMUKUMULLAH
Bagi umat Rasulillah Saw yang mengimani hari akhir dan
memandang dunia ini hanyalah “Mazra’atul
Akhirah” (tempat menanam kebaikan akherat), haruslah menyadari bahwa
kecenderungan dari dalam diri dan gebyar iming-iming dari luar yang
menunjangnya adalah merupakan adalah fitnah, ujian dan cobaan.
Tinggal kita kuat menghadapi cobaan itu atau tidak, bisa
lulus ujian atau tidak, itu semua tentunya sangat tergantung pada sejauhmana
kesanggupan dan kemampuan kita untuk mengendalikan faktor-faktor kecenderungan
dan kuatnya godaan dari “dalam” atau pengaruh kemilau dari “luar”. Kunci
suksesnya adalah terletak pada keberhasilan kita dalam melakukan “olah jiwa”
secara terpadu dan kompatibel atau harmonis. Yaach . . . paling tidak kita dapat mengimbangi berbagai
kecenderungan tersebut dengan “Hasanah fil akherat”.
Sehubungan dengan hal itu, ketika kita mengulang-ulang
do’a paten “sapu jagad” kita :
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة
وقنا عذاب النار
Kitapun sadar, bahwa sesungguhnya kita sedang memohon
kesenangan di dunia dan kesenangan diakherat. Tetapi kitapun harus tahu, bahwa
sesungguhnya “Hasanah fid dunya” yang sering kita artikan dengan bahagia,
sejahtera dan senang sesenang-senangnya di dunia, belum tentu merupakan sarana
untuk memperoleh “Hasanah fil akhirah”, sebab, tentunya tidak bisa disebut
“Hasanah fid dunya” jika mengakibatkan “Sayyi’ah fil akherat” kesengsaraan
dihari kemudian. Jadi do’a ampuh itu, paling tidak menurut saya, justru untuk
menangkal kecenderungan “semata-mata” menikmati kesenangan hidup di dunia.
Walllahu A’lam bis shawab . .. . .
Mudah-udahan kita senantiasa diberi taufiq, dan hidayah
oleh Allah Ta’ala SWT., sehingga kita berkemampuan untuk menangkal segala
godaan baik yang muncul dari dalam diri kita sendiri maupun dari luar. Amin-Amin yaa rabbal ‘Alamin.
والله سبحا نه وتعالى يقول وبقوله يهتد
المهتدون . واذا قرئ القرآن .
فاستمــــــعوا له وأنصـــــــتوا لعلكــــم ترحمــون . أعـوذ بالله من الشّيطان
الر جيم. بسم الله الرحمن الرحيم. من عمل
صالحا فلنفسه ومن اسآء فعليها فماربك بظلام للعبيد. بارك الله لى ولكم فى القرأن
العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.
واستغفرواالله العظيم لى ولكم فيا فوز
المستغفرين ويا نجاة التائبــين.
Baca juga: Hadits Tentang Anjuran Mengucap Salam
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.