الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا
بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله
. اِتَّقُواللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن . أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita
hidayah; dan kita sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jika Allah tidak
memberi petunjuk. Sesungguhnya, telah datang para Rasul membawa kebenaran.
Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan
yang dahulu kamu kerjakan.”
Jamaah Jumat Rahimakulullah,
Wahyu pertama yang Allah SWT turunkan ialah perintah
membaca, yaitu membaca dengan menyebut nama-Nya yang telah menciptakan,
sebagaimana dalam QS. Al-‘Alaq: 1-5. Namun menariknya objek yang diperintahkan
untuk dibaca dalam ayat itu tidak disebutkan secara jelas, sehingga hal
tersebut memiliki makna bahwa membaca tidak selamanya tertulis di dalam buku.
Bahkan saat kita memandang ke arah langit, terbentang
luas semesta dan cakrawala, di san akita melihat bulan bersinar, bintang
berkedip, merasakan sejuknya angin, awan berarak, burung-burung beterbangan,
bahkan rintik hujan yang turun.
Dengan itu, secara tidak sadar sesungguhnya kitapun
sedang membaca ayat kauniyah-Nya. Bagi orang beriman, sudah sepantasnya jiwa
menjadi lapang seiring dengan mengucapkan,
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ
فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
…
“… Duhai Tuhan kami, yang Maha
Mengatur, Mengurus dan Memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tiadalah semua
yang telah Engkau ciptakan ini hanyalah sia-sia belaka. Maha Suci Engkau, maka
hindarkan dan lindungilah kami dari Azab Neraka”. (QS. Ali-‘Imran: 191).
Jamaah Jumat Rahimakulullah,
Kita beriman kepada hari akhir, hari di mana setiap amal
perbuatan selama kita hidup di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban.
Keadilan Allah SWT akan membawa kita pada balasan berupa Surga ataupun Neraka.
Keduanya disediakan untuk makhluk-Nya yaitu jin dan manusia. Bagi mereka yang
mampu mengambil pelajaran atas ayat-ayat yang selalu ditampakan, kemudian
bersegera mensyukurinya dengan melakukan amal shalih tanpa diiringi kesyirikan
di dalamnya, maka mereka itulah yang beruntung, yang berhasil, dan yang akan
selamat.
Langit, bagaikan kitab besar yang Allah SWT miliki. Di
sana nampak ayat-ayat-Nya yang lain selain apa yang terdapat pada Al-Quran Al
Karim. Inilah yang disebut oleh guru-guru kita sebagai ayat Kauniyah. Lihatlah,
ayat Allah tertulis di seluruh alam semesta. Sebuah riwayat yang sangat masyhur
menyebutkan :
تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ ، وَلا تَفَكَّرُوا
فِي اللَّهِ
“Berfikirlah kalian tentang ciptaan
Allah dan janganlah kalian berfikir tentang Dzat Allah”.
Dalam riwayat lainnya,
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولَ مَنْ
خَلَقَ كَذَا وَكَذَا حَتَّى يَقُولَ لَهُ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ . فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ
فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
“Setan akan mendatangi salah seorang
di antara kalian, lalu dia akan bertanya, ‘siapa yang menciptakan ini, siapa
yang menciptakan itu?’ Hingga akhirnya dia bertanya, ‘Siapa yang menciptakan
Tuhanmu?’ Jika sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaknya dia berlindung
kepada Allah dan berhenti, mencukupkan dialognya.” (HR. Muslim).
Jamaah Jumat Rahimakulullah,
Manakala kita mampu membaca ayat-ayat kauniyah tersebut,
maka lapanglah hati dan jiwa kita. Ayat-ayat kauniyah merupakan tanda yang
jelas untuk membuktikan adanya beberapa hal. Segala sesuatu di bumi dan langit
maupun yang ada di antara keduanya merupakan bukti yang jelas akan keberadaan,
keEsaan, dan kekuatan Allah Jalla Jallaluh.
Maka terhadap ayat kauniyah itu, kita tidak cukup
menggunaka mata kepala untuk membacanya, melainkan menggunakan mata hati untuk
dapat memahaminya. Mata di wajah kita hanya dapat melihat bentuk benda, namun
mata hati mampu melihat hakikat kebenaran suatu objek.
Hanya saja bagi mereka yang tertutupi jiwa dan hatinya,
sehingga gagal memahami ayat ayat Allah tersebut, sangat mungkin bahwa mata
hatinya tengah menderita sakit atau bahkan mati sama sekali. Mata hati menjadi
buta, kecuali jika apa yang dilihat menjadikan diri bersegera mengingat Allah
SWT serta menjadikan kita berpikir merenungi kebesaran-Nya. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kepada kita petunjuk.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ بمَا فيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ
مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Baca juga: Hadits Tentang Berbuat Baik Dalam Menyembelih Binatang
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jamaah Jumat Rahimakulullah,
Mata hati, bahasa hati, dan pikiran hati. Semua itu
menjadi piranti untuk membaca ayat kauniyah Allah SWT yang tiada pernah ada habisnya.
Marilah kita jaga agar hati kita senantiasa sehat, teguh dan selamat dengan
memperbanyak doa,
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا
عَلَى طَاعَتِكَ وَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Duhai Allah, Tuhan yang Maha memberikan petunjuk,
condongkan hati kami agar tetap berada pada ketaatan kepada-Mu. Duhai Allah,
Tuhan yang Maha membolak balikan hati, mohon teguhkanlah hatiku ini utk tetap
berada pada agama-Mu.
Imam An-Nawawi dalam kitab Hadis Arba’in-nya nomor enam
menyebutkan riwayat, kurang lebih maknanya ialah: “sungguh di dalam jasad
terdapat segumpal (daging), manakala ia baik maka baiklah jasad itu seluruhnya.
Namun jika ia rusak, maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Ketahuilah bahwa
segumpal (daging) itu ialah hati.”
Hati yang nampak seperti segumpal daging di dalam dada
kita ini pada dasarnya merupakan dunia dengan dirinya sendiri, dunia yang lebih
besar dari apa yang pernah kita lihat. Bahkan dari hati kita itupun masih ada
kitab yang lebih besar lagi yakni waktu. Pada saatnya kita akan membacanya, dan
semoga kita dibimbing oleh Allah SWT untuk dapat memanfaatkan waktu tersebut
dengan sebaik-baiknya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ
اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا
وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا
اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.