اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ
حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ
بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ
الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ
تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ.
Jamaah JUMAT yang berbahagia.
Pada JUMAT yang berbahagia ini, mari kita sama-sama
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada
kita berupa kesehatan, untuk memenuhi panggilanNya, yaitu menunaikan ibadah
shalat JUMAT. Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi
besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah menuntun umat manusia
dari jahiliyah, yang penuh kegelapan menuju Islam yang terang benderang, dan
juga kepada para sahabatnya serta para generasi selanjutnya yang memperjuangkan
Islam hingga akhir zaman nanti.
Mari kita sama-sama meningkatkan rasa taqwa kita kepada
Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita, dengan sebenar-benar takwa, Dengan
menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Dalam kesempatan ini, saya selaku khatib ingin membahas
sebuah tema yang sangat penting sekali dan dibutuhkan oleh umat Islam yaitu:
Kewajiban kita berpartisipasi dalam dakwah Islamiyah.
Jamaah JUMAT yang berbahagia.
Sebelum membicarakan pokok permasalahannya, sebaiknya
kita memahami: Apa itu dakwah? Dakwah secara bahasa adalah berarti
seruan, dan ajakan (kamus Ash Shihah 6/2336, kamus Mu’jamul Wasit 1/286).
Adapun menurut istilah pengertiannya banyak sekali, di antaranya adalah menurut
syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman
kepada Allah dan yang dibawa oleh para rasulNya dengan cara membenarkan apa
yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan (Majmu’ Fatawa
oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah 15/157).
Semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang
disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan,
diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu disebabkan terdapat banyak
perintah dalam Al-Qur’an dan As Sunah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi
mungkar, seperti firman Allah:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar.” (Ali Imran:104).
Ayat ini bersifat
umum dan merupakan kewajiban atas setiap individu untuk melaksanakannya
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Huruf (من) disitu berarti penjelas. Kalau menjadi
penjelas maknanya jadilah kamu wahai kaum mukminin sebagai umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar
(lihat Jami’ul Bayan oleh At-Thabary 4/26). Atau sebagaimana yang dikatakan
oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir, maksud dari ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok
orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah. Kewajiban ini wajib atas
setiap muslim, sebagaimana hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam , “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah
dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau
tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.”
Dan pada riwayat lain, “Dan setelah itu tidak ada iman sedikitpun.” (Lihat
Tafsil Al-Qur’an Al-‘Azhim, oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir, 1/390).
Jamaah JUMAT yang
berbahagia.
Ingatlah, wahai kaum muslimin bahwa dakwah Ilallah
merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus
dipikul kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk
berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Oleh sebab itu
wajiblah bagi kita untuk semangat berpartisipasi dalam berdakwah menyebarkan
Islam ke mana saja dan di mana saja kita berada.
Dakwah dan amar ma’ruf merupakan prasyarat khairu ummah.
seandainya umat ini tak mau berdakwah, maka akan mengalami kerugian dan
kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan. Sebab mulianya
umat dengan dakwah, dan kerugiannya akibat meninggalkan dakwah. Allah
berfirman:
”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman
kepada Allah.” (Ali Imran: 110).
Jadi dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah akan
memberikan predikat yang terbaik kepada umat manusia bila memenuhi tiga syarat
yaitu:
1. Menyuruh kepada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang mungkar, dan
3. Mau beriman kepada Allah. Jamaah JUMAT yang berbahagia.
Dakwah merupakan pekerjaan terbaik, hal itu sesuai dengan
firman Allah:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Fushshilat: 33).
Adapun orang yang berdakwah karena hanya ingin
mengharapkan ridha Allah dalam dakwahnya, maka Allah akan memberikan padanya
balasan yang setimpal. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam :
لِأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً
وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ. (رواه مسلم)
“Sungguh jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau
(dakwah engkau) maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki onta
merah.” (Hadits shahih riwayat Muslim dalam kitab fadha’il, no. 2406).
Jadi, karena dakwah merupakan perbuatan terbaik dan
pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka dengan segera Rasulullah
tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu, dipersulit dan meskipun akan dibunuh
tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam berdakwah demi tegaknya dien Islam.
Para da’i hendaknya menyadari bahwa ancaman, intimidasi,
dan teror serta ancaman bunuh dari musuh adalah sunnatullah yang sudah dialami
para nabi sebelum Nabi Muhammad dan hal itu akan berlanjut sampai hari Kiamat.
Jamaah JUMAT yang berbahagia.
Marilah kita sejenak merenung dan meresapi untaian di
bawah ini. Apa yang dialami Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan para
sahabat dalam berdakwah? Mereka disiksa, diteror ada yang dibunuh, bahkan ada
pula yang diembargo ekonomi dalam jangka waktu yang lama. Mereka sempat makan
rumput-rumputan dan daun-daunan hingga mulut dan lidah mereka pecah-pecah.
Apa yang dialami Imam empat yang terkenal itu?
Imam Abu Hanifah, beliau dijebloskan dalam penjara
gara-gara berdakwah dan mengatakan yang haq itu haq dan yang batil itu batil.
Imam Malik, karena menegakkan kebenaran beliau rela
dipukuli sampai kedua tulang belikat beliau hampir lepas karena kerasnya
pukulan.
Imam Syafi’i, gara-gara membela kebenaran beliau
dimasukkan bui dan mau dibunuh oleh raja pada saat itu.
Imam Ahmad bin Hanbal, yang pada zamannya ada fitnah dari
kaum mu’tazilah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk Allah. Akhirnya, beliau
menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah bukan makhluk. Dari pernyataannya
yang tegas itu, beliau dimasukkan bui dan dicambuk beberapa kali, hingga
sebagian algojo yang menyiksa beliau membuat kesaksian dengan mengatakan, bahwa
Imam Ahmad dicambuk sebanyak delapan puluh kali, jikalau gajah dicambuk seperti
itu maka akan mati terkapar. Maka beliau terkenal dengan sebutan Imam
As-Sunnah, karena membela sunnah Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam dan Al-Haq.
Lalu apa yang diderita Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
muridnya yang terkenal yaitu Syaikhul Islam Ats-Tsani Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah?
Ibnu Taimiyah, karena berdakwah dan membela kebenaran,
beliau rela masuk penjara, tak sempat menikah hingga beliau mati dalam penjara.
Kata-kata beliau yang cukup terkenal yang patut kita ambil pelajaran:
“Apakah yang akan diperbuat musuh-musuh kepadaku?
Jika aku dipenjara, penjaraku adalah khalwat (untuk
beribadah pada Rabb).
Jika diasingkan, pengasinganku adalan tamasya.
Jika aku dibunuh, kematianku adalah syahadah.
Itulah kata-kata beliau dalam tekadnya membela kebenaran.
Siapakah yang mampu menundukkan orang-orang yang segala
alternatif perjuangannya adalah serba baik, sebagaimana beliau? Tidak ada,
kecuali Maha Perkasa yang dengannya justru menaklukkan manusia ke dalam
lindungan syari’at Islam nan agung dan penuh rahmat (Lihat buku Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah oleh Abul Hasan An-Nadawi).
Ibnul Qayyim, dalam membela kebenaran ia rela diikat
badannya lalu diarak keliling kampung dan diludahi masyarakat, namun beliau
tetap tegar dalam berdakwah sampai akhir hayatnya (Dari kitab Zadul Ma’ad).
Adapun ulama-ulama yang baru-baru ini meninggalkan kita,
yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz
(2000 M) dan Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani. Mereka
adalah ulama-ulama yang gemar berdakwah dan menyebarkan Islam hingga akhir
hayatnya. Begitu juga Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsai-min yang telah wafat pula
(1421 H / 2001 M).
Jamaah JUMAT yang dimuliakan Allah.
Seorang da’i haruslah pandai dalam menyampaikan dakwah.
Sebab darinyalah satu sebab dari beberapa sebab umat dapat paham Islam yang
benar. Oleh karena itu dakwahnya harus sesuai Al-Qur’an dan As Sunah serta
sesuai dengan manhaj nubuwwah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam .
Sebagaimana hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl:
125).
Seorang da’i haruslah selalu introspeksi diri, apakah
dakwahnya karena Allah atau karena yang lain:
Dalam firman Allah di atas tadi, kata bil hikmah, Imam
Syafi’i memberi komentar: “Setiap hikmah dalam Al-Qur’an berarti As-Sunnah”.
Dan berkaitan dengan kata As-Sunah artinya adalah dakwah
itu harus mengikuti sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, bukan
berdakwah mengajak orang pada golongan, partai tertentu yang marak hari ini,
demokrasi, sekularisme dan lain-lain yang antagonis dengan Islam, silakan lihat
komentar Imam Syafi’i dalam kitab Al-Madkhal fil Aqidah, hal 24.
Jamaah JUMAT yang
berbahagia.
Dakwah itu mempunyai urgensi yang banyak sekali, namun
intinya kurang lebih adalah tersebarnya kebenaran pada umat manusia (khususnya
kaum muslimin), lalu mereka bisa merubah pola pikir hidupnya dari jelek menjadi
baik, dari beribadah kepada makhluk berubah menjadi beribadah kepada Khaliq. Lalu
mereka membela Islam, mendakwahkan Islam semampunya hingga dengan usaha mereka
setelah rahmat Allah manusia masuk Islam secara berbondong-bondong.
Maka alangkah bahayanya kalau dakwah itu sampai tidak
berjalan, mogok total tanpa ada yang menjalankan, maka ketika itu adzab Allah
akan turun ke bumi menimpa manusia semuanya. Apakah di dalamnya itu orang
beriman atau bukan beriman. Firman Allah:
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang zhalim di antara kamu, dan ketahuilah Allah amat keras
siksanya”. (Al-Anfal: 25).
Jamaah JUMAT yang berbahagia.
Demikian ringkasan dari kutbah JUMAT yang saya sampaikan,
yang intinya sebagai bahan ringkasan dari khutbah tersebut adalah marilah kita
tingkatkan partisipasi kita dalam berdakwah sesuai dengan kemampuan kita,
profesi kita, hingga Allah memanggil kita, karena keutamaan umat ada dalam dakwah
dan kerugian umat akibat meninggalkan dakwah. Sekali lagi mari kita tingkatkan
semangat kita berdakwah sesuai dengan manhaj salafush shalih. Semoga Allah
menolong kita dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Amin ya
Robbal’alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا
بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا
اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا
الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.