Khutbah Jumat: Ketahanan Keluarga sebagai Basis Kemajuan Umat dan Bangsa


Sidang Jumat rahimakumullah. Islam mengajarkan tentang pentingnya berkeluarga dan lembaga keluarga agar manusia hidup bahagia, aman, tenang, dan damai. Penelitian menunjukkan sebagian besar orang yang berkeluarga hidupnya lebih bahagia dibandingkan dengan mereka yang tidak berkeluarga. Allah menciptakan manusia hidup berpasangan dengan ikatan pernikahan agar mereka hidup tenang, bahagia, dan sejahtera.

Firman Allah subhanahu wata'ala :

وَمِنْ اٰيٰتِه اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya : “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Rum/30 : 21).

Sidang Jumat rahimakumullah. Berkeluarga adalah sarana untuk membangun umat, masyarakat, dan bangsa yang kuat. Keluarga yang bahagia akan melahirkan generasi yang sejahtera. Berkeluarga adalah sarana yang memungkinkan terjadinya proses regenerasi, lahirnya generasi yang melanjutkan perjuangan keluarga dan peradaban yang utama. Hal ini dapat kita pahami dari kisah dan doa Nabi Zakaria alaihi al-salam:

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ (5) يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6(

Artinya : “Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridhai” (QS. Maryam/19: 5-6).

Di dalam ayat yang lain disebutkan:

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّه ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Artinya : “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa” (QS. Ali ‘Imran/3: 38).

Regenerasi bukanlah sebatas reproduksi dimana keluarga memiliki keturunan, anak, dan cucu. Regenerasi mengandung pesan anak dan cucu yabg berkualitas. Nabi Zakaria berdoa agar diberikan anugerah: dzurriyatan thayyibah. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan yang dimaksud dengan "dzurriyatan thayyibah" adalah anak yang baik, salih, berkeadaban, berakhlak mulia, dan diberkati. Dzurriyatan thayyibah dapat juga ditafsirkan sebagai "qurrata a'yun" sebagaimana disebutkan di dalam Qur'an Surat Al-Furqan ayat 74 :

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Artinya : Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqan/25: 74).

Qurrata 'ayun adalah anak-anak yang menyenangkan hati karena taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan menghormati orang tua dengan penuh rasa cinta.

Sidang Jumat rahimakumullah. Dalam Islam, keluarga merupakan lembaga yang memiliki lima fungsi. Fungsi pendidikan, kebudayaan, keagamaan, sosial, dan ekonomi. Keluarga adalah rumah dimana semua anggota keluarga berkumpul, berinteraksi, dan hidup bersama. Keluarga adalah tempat dimana anak-anak mengenal nilai-nilai utama, budaya, tata krama, adat istiadat, adab yang luhur, dan dasar-dasar agama dari orang tua, ayah, ibu, dan anggota keluarga yang dewasa.

Karena itu, agar memiliki keluarga yang bahagia dan keturunan yang salih dan berkualitas, Al-Qur'an mengingatkan kaum beriman untuk senantiasa menjaga dan mendidik anakanak dengan ilmu, kesadaran, dan keteladanan. Allah berfirman:

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَۗ اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang kufur, janganlah kamu mencari-cari alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan (sesuai dengan) apa yang selama ini kamu kerjakan” (QS. At-tahrim/66: 7).

Rumah dan keluarga dapat menjadi basis utama pendidikan dan penanaman nilai-nilai apabila dihiasi dengan cahaya ibadah shalat dan bacaan shalat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

نوروا منازلكم با لصلاة و قراءآن

Artinya : “Sinarilah rumah-rumah kajian dengan shalat dan bacaan Al-Qur'an”.

Sejalan dengan Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مثل البيت الذي يذكر الله فيه، والبيت الذي لا يذكرالله فيه، مثل الحي والميت

Artinya : “Perumpamaan rumah yang dimakmurkan dengan dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak dimakmurkan dengan dzikir adalah seperti orang hidup dan mati”.

Sidang Jumat rahimakumullah. Rumah yang didalamnya disebut nama Allah dan dibacakan Al-Qur'an mengandung dua pengertian. Pertama, penghuni rumah, semua anggota keluarga senantiasa menunaikan shalat dan membaca Al-Qur'an. Dengan dzikir dan membaca AlQur'an hati menjadi tenang dan tenteram.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram” (QS. Ar-Ra’d/13: 28).

Kedua, rumah tangga dan keluarga akan bahagia dan selamat dunia dan akhirat apabila mengikuti, mengamalkan, dan mewujudkan ajaran dan nilai-nilai Al-Qur'an.

Ketahanan keluarga adalah kunci kekuatan umat dan bangsa. Kembali kepada firman Allah di dalam Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6, yang dimaksud dengan "ahli" tidak hanya terbatas keluarga yang memiliki hubungan nasab, silsilah keluarga, dan kerabat tetapi ahli adalah komunitas, masyarakat, bahkan bangsa. Keselamatan bangsa ditentukan oleh kebahagiaan dan ketahanan keluarga.


Baca juga: Hadits Tentang Adab Pergaulan 2


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama