Firman Allah subhanahu wata'ala :
وَمِنْ اٰيٰتِه اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ
اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً
ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya : “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah
bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri
agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Rum/30 : 21).
Sidang Jumat rahimakumullah. Berkeluarga adalah sarana
untuk membangun umat, masyarakat, dan bangsa yang kuat. Keluarga yang bahagia
akan melahirkan generasi yang sejahtera. Berkeluarga adalah sarana yang
memungkinkan terjadinya proses regenerasi, lahirnya generasi yang melanjutkan
perjuangan keluarga dan peradaban yang utama. Hal ini dapat kita pahami dari kisah
dan doa Nabi Zakaria alaihi al-salam:
وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ
وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ (5) يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
(6(
Artinya : “Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku
sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku
seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga
Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridhai” (QS.
Maryam/19: 5-6).
Di dalam ayat yang lain disebutkan:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّه ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
Artinya : “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia
berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari
sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa” (QS. Ali ‘Imran/3: 38).
Regenerasi bukanlah sebatas reproduksi dimana keluarga
memiliki keturunan, anak, dan cucu. Regenerasi mengandung pesan anak dan cucu
yabg berkualitas. Nabi Zakaria berdoa agar diberikan anugerah: dzurriyatan
thayyibah. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan yang dimaksud dengan
"dzurriyatan thayyibah" adalah anak yang baik, salih, berkeadaban,
berakhlak mulia, dan diberkati. Dzurriyatan thayyibah dapat juga ditafsirkan
sebagai "qurrata a'yun" sebagaimana disebutkan di dalam Qur'an Surat
Al-Furqan ayat 74 :
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ
اِمَامًا
Artinya : Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami
serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS.
Al-Furqan/25: 74).
Qurrata 'ayun adalah anak-anak yang menyenangkan hati
karena taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan menghormati orang tua
dengan penuh rasa cinta.
Sidang Jumat rahimakumullah. Dalam Islam, keluarga
merupakan lembaga yang memiliki lima fungsi. Fungsi pendidikan, kebudayaan,
keagamaan, sosial, dan ekonomi. Keluarga adalah rumah dimana semua anggota
keluarga berkumpul, berinteraksi, dan hidup bersama. Keluarga adalah tempat
dimana anak-anak mengenal nilai-nilai utama, budaya, tata krama, adat istiadat,
adab yang luhur, dan dasar-dasar agama dari orang tua, ayah, ibu, dan anggota
keluarga yang dewasa.
Karena itu, agar memiliki keluarga yang bahagia dan
keturunan yang salih dan berkualitas, Al-Qur'an mengingatkan kaum beriman untuk
senantiasa menjaga dan mendidik anakanak dengan ilmu, kesadaran, dan
keteladanan. Allah berfirman:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَۗ اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Artinya : “Wahai orang-orang yang kufur, janganlah kamu
mencari-cari alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan
(sesuai dengan) apa yang selama ini kamu kerjakan” (QS. At-tahrim/66: 7).
Rumah dan keluarga dapat menjadi basis utama pendidikan
dan penanaman nilai-nilai apabila dihiasi dengan cahaya ibadah shalat dan bacaan
shalat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
نوروا منازلكم با لصلاة و قراءآن
Artinya : “Sinarilah rumah-rumah kajian dengan shalat dan
bacaan Al-Qur'an”.
Sejalan dengan Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مثل البيت الذي يذكر الله فيه، والبيت الذي لا
يذكرالله فيه، مثل الحي والميت
Artinya : “Perumpamaan rumah yang dimakmurkan dengan
dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak dimakmurkan dengan dzikir adalah
seperti orang hidup dan mati”.
Sidang Jumat rahimakumullah. Rumah yang didalamnya
disebut nama Allah dan dibacakan Al-Qur'an mengandung dua pengertian. Pertama,
penghuni rumah, semua anggota keluarga senantiasa menunaikan shalat dan membaca
Al-Qur'an. Dengan dzikir dan membaca AlQur'an hati menjadi tenang dan tenteram.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ
بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan
mengingat Allah hati akan selalu tenteram” (QS. Ar-Ra’d/13: 28).
Kedua, rumah tangga dan keluarga akan bahagia dan selamat
dunia dan akhirat apabila mengikuti, mengamalkan, dan mewujudkan ajaran dan
nilai-nilai Al-Qur'an.
Ketahanan keluarga adalah kunci kekuatan umat dan bangsa.
Kembali kepada firman Allah di dalam Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6, yang
dimaksud dengan "ahli" tidak hanya terbatas keluarga yang memiliki
hubungan nasab, silsilah keluarga, dan kerabat tetapi ahli adalah komunitas,
masyarakat, bahkan bangsa. Keselamatan bangsa ditentukan oleh kebahagiaan dan
ketahanan keluarga.
Baca juga: Hadits Tentang Adab Pergaulan 2