Khutbah I
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَا
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Marilah kita panjatkan puja dan puji kehadirat Allah Yang
Maha Besar. Semoga kita senantiasa dilindungi dari bencana, malapetaka, dan
lain sebagainya. Shalawat dan salam marilah kita limpahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW.
Tidak lupa pula, berdirinya khatib di sini hendak
mengingatkan kepada diri pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa
meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Hanya dengan iman dan takwa,
kita dapat bertahan di tengah bencana dan kesulitan hidup. Lebih dari itu, iman
dan takwa dapat menjadi modal bagi kita untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Musibah kekeringan yang sedang dialami saat ini
seharusnya menjadi sebuah muhasabah massal bagi kita semua. Kekeringan, sebagai
bagian dari takdir yang datang dari Allah, juga merupakan konsekuensi dari
perbuatan manusia yang telah mengabaikan kelestarian lingkungan.
Dalam QS. Ar-Rad ayat 11 Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى
يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ
لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dalam konteks kekeringan, kita harus merenungkan firman
di atas sebagai panggilan untuk bertindak. Kekeringan bukanlah fenomena yang
hanya terjadi begitu saja, tetapi seringkali merupakan hasil dari perbuatan
manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Kekeringan yang melanda berbagai wilayah adalah bukti
nyata dari ketidakseimbangan yang telah diciptakan oleh manusia dalam
ekosistem. Eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, deforestasi,
polusi, dan perubahan iklim adalah sebagian besar penyebab dari musibah ini.
Kita telah terlalu lama mengabaikan tanggung jawab kita sebagai penghuni bumi
untuk menjaga dan merawat alam.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Dalam Fikih Kebencanaan disebutkan bahwa bencana-dalam
hal ini kekeringan-berfungsi sebagai media untuk introspeksi seluruh perbuatan
manusia yang mendatangkan peristiwa yang merugikan manusia itu sendiri.
Di sini berlakulah firman Allah dalam QS. Al Hasyr ayat
18:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
Muhasabah massal adalah saat yang tepat bagi kita untuk
merenungkan peran kita dalam menciptakan kondisi saat ini. Sangat penting untuk
lebih sadar akan kelestarian ekologis dan dampak negatif yang bisa timbul dari
tindakan kita. Ini adalah momen di mana kita harus bertanya pada diri sendiri
apakah kita telah menjalani kehidupan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan.
Langkah pertama dalam muhasabah ini adalah meningkatkan
kesadaran kita tentang pentingnya pelestarian alam. Kita perlu memahami bahwa
kita bukanlah pemilik alam ini, tetapi hanya penjaga sementara yang bertanggung
jawab untuk melestarikannya bagi generasi mendatang.
Pemilik sejati alam raya ini hanyalah Allah, sementara
manusia hanyalah nisbi. Dalam QS. An-Nisa ayat 131, Allah berfirman:
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ
اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ
وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا
Artinya: "Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang
yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada
Allah. Tetapi jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji."
Selanjutnya, kita harus mengambil tindakan nyata. Ini
bisa berarti mendukung upaya-upaya untuk menghentikan deforestasi, mengurangi
polusi, dan mempromosikan energi terbarukan. Setiap individu, lembaga, dan
pemerintah memiliki peran dalam menjaga ekosistem yang rapuh ini. Hal ini
sejalan dengan Sabda Rasulullah SAW:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ
زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ
بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya: "Tak seorang pun muslim yang menanam pohon
atau menabur benih tanaman, lalu (setelah ia tumbuh) dimakan oleh burung,
manusia, atau hewan lainnya, kecuali akan menjadi sedekah baginya" [HR.
Bukhari].
Dalam hadis lain disebutkan bahwa jika seseorang menebang
pohon tanpa alasan yang sah atau tanpa keperluan yang mendesak akan menghadapi
hukuman Allah yang serius, yaitu dengan mengarahkan kepalanya ke neraka. Pesan
ini menunjukkan betapa pentingnya penghormatan terhadap alam dan sumber daya yang
telah dianugerahkan Allah kepada kita.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُبْشِىٍّ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللَّهُ رَأْسَهُ
فِى النَّارِ
Artinya: "Dari 'Abdullah bin Hubsyi (ia berkata):
Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang menebang pohon sidrah (sejenis
bidara), maka Allah akan mengarahkan kepalanya ke neraka" [HR. Ahmad.
Dinyatakan shahih oleh al-Albani].
Muhasabah massal tentang kekeringan yang kita alami saat
ini adalah panggilan untuk berubah. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat
mencegah kekeringan yang lebih parah dan merestorasi keseimbangan lingkungan.
Ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi tanggung jawab bersama kita
sebagai umat manusia. Mari kita bersatu untuk melindungi rumah kita
bersama-sama, karena kita tidak punya planet lain.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: Fastabiqul Khairat
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ,
وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ
الْمُهِمَّاتِ
.اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ,
وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
.اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ
ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ