Khutbah Jumat: Kehidupan Dunia Bagai Mimpi Yang Melenakan

 


إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah Ta’ala Rabb semesta alam atas limpahan nikmat dan karuniaNya, sehingga kita semua dimudahkan untuk bisa melaksanakan shalat Jum’at berjama’ah di masjid yang insya Allah dimuliakan dan diberkahi Allah Ta’ala ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, contoh dan suri tauladan dalam seluruh dimensi kehidupan, yakini Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan siapa saja yang masih istiqamah berjalan diatas ajaran yang beliau ajarkan hingga hari kiamat kelak.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Semua orang pasti pernah bermimpi dan merasakan bagaimana prosesnya. Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur.

Terkait apa yang dilihat dan dirasakan saat bermimpi, setiap orang pasti punya pengalaman yang berbeda-beda. Tapi satu hal yang pasti, saat bermimpi kita merasakan apa yang kita impikan itu seolah-olah benar dan nyata.

Ketika senang, hati kita berbunga-bunga, ceria, senyum, dan tertawa. Terkadang bahkan perasaan itu masih terbawa meskipun sudah terbangun dari tidur.

Begitu juga ketika kita bermimpi tentang sesuatu yang menyedihkan. Seluruh tubuh serasa ikut sedih, tak ada gairah, air mata pun terkadang keluar tanpa kita sadari. Bayangan-bayangan buruk dalam mimpi itu seolah terbawa ke alam nyata dan sedikit mempengaruhi kondisi psikologis kita.

Pertanyaannya, apakah yang membedakan antara dunia mimpi dan kenyataan pada saat kita merasakannya? Dan kapan kita sadar kalau apa yang barusan kita rasakan hanyalah mimpi belaka?

Jawabannya adalah saat kita bangun dari tidur. Ketika itu lah kita bisa membedakan mana yang mimpi dan mana dunia nyata.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Begitulah kehidupan dunia ini dinisbatkan kepada kehidupan akhirat, kata Imam al-Ghazali dalam kitab al-Munqidz min ad-Dhalal. Hidup di dunia diibaratkan seperti orang yang sedang tidur, semua pernak-pernik kehidupan yang kita rasakan ibarat mimpi.

Setelah kematian mendatangi, barulah manusia sadar bahwa semua yang dijalani selama ini bukan kehidupan dalam artian yang sebenarnya (seperti mimpi). Allah Ta’alaberfirman

فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

“… maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaf: 22)

 Lalu Imam al-Ghazali mengutip perkataan Imam Ali bin Abi Thalib

اَلنَّاسُ نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوْا اِنْتَبَهُوْا

Pada hakikatnya manusia itu sedang tertidur, ketika mati, barulah ia terbangun”

Kata-kata ini sungguh luar biasa, dan seharusnya menghentak kesadaran kita semua. Sampai-sampai membuat seorang orientalis dari Jerman bernama Anniemarie Schimale takjub. Annimarie adalah salah satu orientalis kenamaan asal Jerman yang memiliki perhatian besar dalam kajian Islam dan Sufisme.

Ketakjuban itu membuatnya berwasiat agar kata-kata itu dipahat di batu nisannya, dan wasiat itu dilaksanakan. Sampai hari ini masih bisa kita lacak buktinya di pemakaman elit Poppelsdorfer Friedhof  kota Bonn di Jerman.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Meski demikian, bukan berarti dunia yang hari ini kita tinggali tidak ada wujudnya, hanya ada dalam khayalan.

Yang dimaksud dalam ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib yang disebutkan di atas adalah bahwa kebanyakan manusia lengah tak sadarkan diri sehingga menduga hiasan dunia amat sangat berarti dan dapat diandalkan, padahal hakikatnya tidak demikian.

Hal itu baru disadari setelah manusia mati, serupa dengan orang yang bermimpi. Dia menduga bahwa apa yang dia lihat dalam mimpi itu benar-benar terjadi, tetapi saat terbangun dari tidurnya dia baru sadar bahwa yang dialami saat tidur itu tidak wujud dalam kenyataan.

Seseorang ketika menyadari akan hal ini, akan baik kehidupannya. Dia akan mencurahkan seluruh potensi dan perhatiannya untuk menyiapkan bekal akhirat, berusaha untuk tidak membiarkan setiap aktivitas, bahkan helaan nafas yang berhembus kecuali dalam hal-hal yang Allah ridha.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Waktu yang dimiliki manusia dalam bahasa Arab disebut dengan umur. Ini memiliki makna yang sangat dalam, sebab umur bukan sebatas satuan detik, menit, dan jam dalam kumpulan hari, bulan atau tahun. Inti dari umur itu sebenarnya adalah imārah, yang berarti membangun atau memakmurkan.

Kehidupan manusia akan berarti ketika kita isi dengan sesuatu yang membangun, dengan karya dan kontribusi. Jika manusia melewati masa hidupnya tanpa itu, maka sebenarnya dia tidak bisa disebut sedang menjalani umurnya.

Bobot umur adalah seberapa banyak karya dan kontribusi yang dihasilkan atas kesadaran bahwa kita seorang muslim, bukan atas tuntutan siapapun. Tanpa itu semua sejatinya kita hanya numpang lewat dalam kehidupan ini.

Ketika kita sibuk setiap hari, tapi tak pernah tahu ujung pangkal dari semua kesibukan itu, maka perlu untuk bertanya dalam diri, manfaatkah atau tidakkah kehidupan kita?

Perlu menjadi sebuah renungan bersama bahwa ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupan dunianya, itu termasuk salah satu tanda bahwa Allah sedang berpaling darinya.

Kata Imam al-Ghazali

عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ، اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ

Pertanda bahwa Allah Ta’alasedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah baginya.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Kewajiban dari umur yang kita miliki itu sebenarnya jauh lebih banyak dibanding waktu yang tersedia, al-wājibāt aktsaru minal auqāt, begitu kata ulama. Baik kewajiban kita terhadap hak-hak Allah, atau kewajiban antar sesama anak Adam; keluarga, sanak family, tetangga, teman, kenalan, guru, tempat kerja, dan lain-lain.

Sedangkan waktu yang kita miliki dalam hidup ini terlalu singkat dan terbatas. Enam puluh sampai tujuh puluh tahun rata-rata umur umat Nabi Muhammad SAW  dikatakan dalam sebuah hadits.

Maka, cara efektif agar waktu yang singkat bernilai panjang pahalanya adalah dengan mengumpulkan amalan yang yang bernilai jariyah. Yaitu amal yang masih tetap mengalir pahalanya walaupun jatah umur telah habis.

Contohnya; membiayai para penuntut ilmu, mengajarkan ilmu-ilmu bermanfaat, mendidik generasi muslim sebagai penerus masa depan agama, membangun masjid, sekolah, sumur, lembaga pendidikan, sosial, dakwah dan lain sebagainya.

Dengan amalan-amalan itulah pahala jariyah akan senantiasa mengalir dan terus mengalir melampaui batas umur kita.

Sehingga di kehidupan yang singkat ini bukan sekedar kita numpang lewat, atau seperti orang yang tengah bermimpi indah dalam tidurnya, tapi memang ada karya yang bisa terkonversi menjadi pahala saat jasad kita sudah membusuk di liang kubur kelak. Wallahu alam bishawab.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Baca juga: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan


Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

فياأيها الناس اتقوالله… قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ

أَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَلْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ اْلمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ضَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama