Khutbah I
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ
الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن ، اِتَّقُوْااللهَ
حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ
تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Jamaah shalat jum’at rahimakumullâh,
Ada sebuah ayat Al-Qur’an yang cukup menggambarkan
bagaimana karakter kepemimpinan Rasulullah sebagai penyampai risalah sekaligus
pemimpin. Ayat tersebut berbunyi:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh, benar-benar telah datang
kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan
yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan
(bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS at-Taubah:
128)
Ayat ini setidaknya mengungkap empat hal. Pertama, Allah
menurunkan risalah kepada umat manusia melalui sosok mulia yang juga manusia,
bukan jin ataupun malaikat yang sukar dijangkau. Hal ini mengandung hikmah
untuk memudahkan umat manusia dalam meneladani sosoknya. Nabi Muhammad SAW
adalah figur yang sangat dekat dengan umatnya, memahami dan sanggup
berkomunikasi (berbahasa) secara baik dengan sasaran dakwahnya.
Sebagaimana manusia lainnya, Rasulullah merasakan apa
yang dirasakan makhluk fisik pada umumnya: lapar, haus, butuh istirahat, bisa
terluka, kepanasan, kedinginan, dan lain sebagainya. Namun, justru dari sinilah
umatnya bisa belajar keteladanan luar biasa tentang kesederhanaan, kesabaran,
keikhlasan, keberanian, kejujuran, kedermawanan, dan sifat-sifat positif
lainnya dalam wujud yang sangat nyata. Rasulullah tampil dalam wujud yang
manusiawi, tapi sekaligus sarat nilai-nilai kemanusiaan.
Kedua, Rasulullah memiliki empati yang amat tinggi
terhadap penderitaan umatnya. Beliau memberi teladan kepemimpinan yang tidak
memberatkan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengaitkan kalimat ‘azîzun ‘alahi mâ
‘anittum dengan dua hadits:
بُعِثْتُ بِاْلحَنِيْفِيَّة السَّمْحَة
“Aku (Muhammad SAW) diutus untuk
membawa agama yang lurus dan toleran.”
إِنَّ هَذَا الدِّيْنَ يُسْرٌ
“Sesungguhnya agama ini (Islam)
adalah kemudahan.”
Dengan bahasa lain, Rasulullah sama sekali tak
menghendaki adanya hal-hal yang menyulitkan umatnya, bahkan untuk urusan ibadah
sekalipun. Sebagai contoh, tentang shalat tahajud yang Nabi laksanakan tiap
malam secara istiqamah di masjid. Begitu tahu sahabat-sahabatnya
berbondong-bondong meneladani rutinitasnya, Rasulullah beberapa hari kemudian
tak pergi ke masjid. Alasan beliau, tak ingin memberi kesan bahwa shalat
tahajud wajib sehingga bakal memberatkan umatnya di kemudian hari. Rasulullah
juga pernah menegur sahabatnya, Mu’adz, yang membaca bacaan terlalu panjang saat
memimpin shalat berjamaah. Menurut Nabi, seorang imam harus mempertimbangkan
makmumnya yang mungkin terdiri dari orang tua dan orang-orang yang mempunyai
keperluan.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullâh,
Ketiga, Nabi juga merupakan sosok yang sangat menginginkan
keselamatan dan kebahagiaan bagi umatnya. Ibnu Katsir saat menerangkan harîshun
‘alaikum menghubungkannya dengan hidayah dan kemaslahatan bagi umatnya baik di
dunia maupun di akhirat. Beliau mendorong adanya proses kesadaran ilahiyah
dalam setiap embusan nafas manusia, juga tersingkirnya mudarat atau kerugian
bukan hanya secara duniawi tapi juga ukhrawi.
Keempat, ayat tersebut menegaskan tentang sifat Nabi yang
raûf (welas asih) lagi rahîm (penyayang) kepada umatnya. Kita tahu bahwa dua
sifat itu adalah bagian dari 99 asmaul husna. Ini sekaligus menunjukkan
keistimewaan derajat Nabi Muhammad. Dua nama indah Allah dilekatkan pada diri
beliau.
Rahmat atau kasih sayang tersebut mewujud dalam karakter
kepemimpinan Rasulullah yang tidak kasar menghadapi masyarakat. Beliau juga
gemar memaafkan dan memohonkan ampun ketika umatnya yang berlaku salah,
bersedia bermusyawarah, dan bertawakal kala tekad sudah bulat. Seperti yang
dituturkan Al-Qur’an:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka, berkat rahmat Allah engkau
(Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.
Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran: 159)
Demikianlah karakter Nabi Muhammad SAW yang kita yakini
sebagai teladan paling ideal bagi umat manusia. Keyakinan ini juga dibenarkan
oleh ayat suci bahwa di dalam diri Rasulullah ada contoh yang baik (al-Ahzab:
22). Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa besar kesadaran tentang hal itu
tertanam kuat dalam masing-masing diri kita lalu mengejawantah dalam kehidupan
sehari-hari?
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Semoga kita semua mampu menyerap pelajaran dari watak
pemimpin agung kita tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Beliaulah sosok yang paling pantas menjadi panutan ideal umat manusia di
seluruh dunia.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ
كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Baca juga: BEBERAPA RAHASIA AL QURAN #26; ALLAH MEMASUKKAN RASA CINTA KE DALAM HATI MANUSIA
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ
عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ