Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ
نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ
لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Tiada kata yang paling tepat untuk diungkapkan pada
kesempatan kali ini selain rasa syukur kepada Allah swt yang telah
menganugerahkan kita kesehatan dan kesempatan serta umur panjang sehingga kita
masih bisa menjalankan amal ibadah di muka bumi ini. Segala aktivitas
sehari-hari ini juga tidak bisa kita lakukan, jika tidak ada karunia perdamaian
dan kerukunan. Akan sulit bagi kita untuk membangun peradaban yang cerah tanpa
adanya kemerdekaan dan masih dalam konflik dan peperangan.
Oleh karena itu, sebagai bangsa yang telah dikaruniai
kemerdekaan dan perdamaian, kita harus bersyukur sekaligus wajib untuk menjaga
dan mengisinya sehingga segala visi dan harapan kita bisa terwujud. Allah
berfirman:
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Artinya: “Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu
dustakan?” (QS Ar-Rahman: 13).
Pada kesempatan kali ini, khatib juga mengajak kepada
seluruh jamaah untuk senantiasa menguatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
swt dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala yang dilarang
oleh Allah swt. Di antara wujud nyata menjalankan perintah Allah adalah dengan
melakukan ikhtiar sungguh-sungguh untuk mewujudkan kemaslahatan umat dengan
Jihad. Allah berfirman:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ
سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ
Artinya: “Orang-orang yang berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-Ankabut: 69)
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan kali ini, khatib akan menyampaikan materi
khutbah yang berjudul: Jihad Santri, Jayakan Negeri. Materi ini menjadi sangat
penting sebagai upaya kita dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui
ikhtiar sungguh-sungguh. Jika santri zaman dulu berjuang dengan mengorbankan
jiwa dan raga untuk mengusir penjajah dari Nusantara sehingga mampu membawa
kemerdekaan Indonesia, maka tentunya di zaman modern saat ini, para santri dan
seluruh elemen masyarakat berkewajiban mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
dengan kompetensi masing-masing dan memberi kontribusi positif bagi sesama
untuk mewujudkan kejayaan negeri.
Sejarah telah menunjukkan bahwa santri memiliki peran dan
kontribusi penting terhadap kemerdekaan Indonesia. Melalui Resolusi Jihad yang
dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, para santri dan elemen
masyarakat kala itu terbakar semangatnya dalam mengusir penjajah yang masuk
kembali setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Puncak dari perjuangan tersebut adalah meletusnya peperangan 10 November 1945
di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Untuk mengenang sejarah ini, pemerintah menjadikan
tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri dengan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015.
Keputusan ini didasari oleh peran besar santri, kiai, dan pesantren dalam
perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dan mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta mengisi kemerdekaan. Keputusan ini juga
sebagai upaya mengenang, meneladani, dan melanjutkan peran ulama dan santri
dalam membela dan mempertahankan NKRI.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Melalui ikhtiar dan kesungguhan yang dilakukan para
santri dan kiai, terbukti mampu membawa bangsa Indonesia merdeka. Dan ikhtiar
sungguh-sungguh itu bernama jihad. Namun diksi ‘Jihad’ kekinian tak boleh
diartikan dalam bentuk perang atau upaya yang identik dengan kekerasan dalam
mewujudkan sebuah keinginan. Jihad mengisi kemerdekaan harus dimaknai sebagai
usaha untuk mencapai kebaikan dan kemaslahatan bangsa sesuai dengan kapasitas
dan kemampuan setiap warga bangsa. Inilah yang saat ini menjadi tema besar Hari
Santri 2023 yakni “Jihad Santri, Jayakan Negeri”.
Tantangan jihad di zaman modern seperti ini tentu berbeda
dengan zaman-zaman sebelumnya. Saat ini, jihad bisa dilakukan dengan banyak
cara seperti jihad menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan. Dari Anas bin
Malik, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ
اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya: "Barang siapa keluar dalam rangka menuntut
ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali." (HR Imam
Tirmidzi)
Berdasarkan hal ini, kita bisa memahami bahwa jihad
santri secara kontekstual saat ini adalah jihad intelektual dengan buku sebagai
senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan. Generasi muda berjihad dengan
mengisi ruang-ruang digital untuk penguatan literasi keagamaan yang moderat
berdasarkan prinsip Islam rahmatan lil alamin.
Termasuk di dalamnya adalah jihad digital. Ini penting
karena berdasarkan fakta, para generasi muda dan masyarakat modern saat ini
sudah hidup di dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya atau dunia digital.
Manusia modern sudah tidak bisa terlepas dari handphone atau smartphone dan
menjadikan dunia dalam genggaman.
Jihad digital saat ini bisa dilakukan dengan mengisi
internet dan media sosial dengan konten-konten positif dan inspiratif sehingga
bisa menebarkan aura positif dan optimisme pada orang lain yang berujung kepada
semangat untuk memperbaiki kehidupan dan mewujudkan kemaslahatan. Strategi
dalam jihad digital di antaranya bisa dilakukan dengan tidak menyebarkan berita
bohong di media sosial, tidak menghina, tidak menjelekkan, tidak menyebarkan
aib (keburukan), dan mengajak pengguna media sosial kepada kebaikan. Allah
berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran:
104)
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Demikian beberapa poin penting pemaknaan jihad yang bisa
kita lakukan di era modern saat ini. Semoga kita mampu melakukan jihad-jihad
sesuai dengan kemampuan dan kompetensi kita masing-masing demi terwujudnya
kemaslahatan bagi agama, bangsa, dan negara. Allah swt berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ
“Allah tidak membebani seseorang,
kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan)
yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan)
yang diperbuatnya.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ
عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِنَا ۚ
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau
bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami.
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا
بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
" Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami,
dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam
menghadapi kaum kafir.”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ
اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ
وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا
وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ
بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ
بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ
الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ