الحمد لله الذي جعل الجمعةَ أفضلَ الأيَّامِ
فِىالأُسْبُوع واخْتَصَّه بساعة فيها دعاء مسموع، وقال تعالى (إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ). واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة انجُو بها من عذاب
النار، واشهد ان محمدا عبدُه ورسولُه افضلُ منْ صلَّى ونحَر وحجَّ واعتمَر، نبيٌّ
غفَرَ اللهُ ما تقدم من ذنبه وما تأخر. اللهم صلِّ وسلِّمْ على سيدنا محمدٍ عبدِك
ورسولِك وعلى الِه واصحَابِه الذين اذْهَب اللهُ عنهم الرِّجْسَ وطهَّر، فيا أيها
المسلمون اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون، اما بعد.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ
عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ، اِتَّقُوْهُ وَرَاقِبُوْهُ
مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ
.
Ma’asyiral muslimin, Jamaah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan nilai ketaqwaan
kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan segala upaya dan usaha yang
sungguh-sungguh, agar kita benar-benar menjadi bagian dari golongan al
muttaqin.
Ma’asyiral muslimin, rohimakumullah.
Hari ini kita sudah memasuki bulan Dzul Hijjah, bulan
yang dimuliakan Allah dan Rasul-Nya. Bulan menunaikan ibadah haji sebagai rukun
Islam yang kelima. Bulan dikabulkannya doa dan hajat kita. Bulan Dzul Hijjah
ini adalah salah satu dari empat bulan yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai
bulan-bulan mulia.
Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ
اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا
تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At
Taubah:36).
Ma’asyiral muslimin, Jamaah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Salah satu hal yang meneguhkan kemulian bulan Dzul Hijjah
adalah di samping sebagai bulan menunaikan ibadah haji, dalam bulan ini ada
serangkaian ibadah yang antara lain adalah:
Pertama, puasa sunnah Arafah tanggal 9 Dzul
Hijjah. Rasulullah SAW. bersabda:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ
مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً
“Puasa hari Arafah itu menghapus dosa-dosa dua tahun yang
telah lewat dan yang akan datang.” (HR. Imam Ahmad).
Kedua, Menunaikan sholat Idul adha pada
tanggal 10 Dzul Hijjah. Adapun waktunya adalah mulai munculnya matahari sampai
dengan condongnya matahari ke barat (zawal). Namun sholat Idul Adha ini
disunatkan untuk tidak diakhirkan, agar masyarakat bisa secepatnya melakukan
penyembelihan binatang qurban.
Ketiga, membaca
takbir dari mulai terbenamnya matahari pada malam hari raya Idul Adha sampai
naiknya imam ke mimbar untuk melakukan khutbah. Takbir ini
sunnah dilakukan di mana saja, baik di masjid, jalan raya, rumah, pasar dan di
tempat-tempat lainnya. Dan takbir ini biasa disebut takbir mursal.
Keempat, membaca takbir setiap kali sehabis
sholat maktubah dan sholat sunnah, mulai dari habis melakukan sholat ‘Id sampai
dengan sholat Ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan takbir ini biasa disebut
takbir muqayyad.
Kelima, Menyembelih binatang qurban
seperti kambing, sapi, atau unta, mulai tanggal 10 Dzulhijjah sesudah khutbah
shalat Idul Adha sampai dengan 3 hari berikutnya yang disebut hari-hari Tasyriq
(tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah).
Allah SWT. berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar: 1-3).
Ma’asyiral muslimin, Jamaah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Hari raya Idul Adha atau Idul Qurban yang enam hari lagi
kita jumpai adalah hari penuh hikmah dan pelajaran bahwa hidup adalah
pengorbanan yang mendekatkan manusia kepada Tuhannya, sesuai dengan makna
harfiyah qurban itu sendiri, yaitu dekat (qoruba – yaqrubu – qurbanan).
Tujuan hidup manusia adalah kebahagian, yaitu kebahagiaan
lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tentu saja kebahagiaan manusia tidak
terwujud begitu saja. Kebahagiaan tidak diberikan Allah SWT. kepada manusia
secara gratis. Kebahagiaan hanya bisa diperoleh melalui perjuangan. Tidak ada
usaha, tidak ada pahala. Dan memang manusia tidak akan mendapat apa-apa kecuali
yang ia usahakan. Allah SWT. mengajarkan kita dalam kitab suci:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى،
وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى، أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى، وَأَنْ
لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى، وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى، ثُمَّ
يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى،
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran-lembaran Musa?, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji?, (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan
balasan yang paling sempurna.” (QS. An Najm: 36-41).
Itulah ajaran Allah, Tuhan yang Maha Esa, Pencipta alam
raya dan umat manusia. Ajaran untuk semua manusia di mana saja dan kapan saja.
Ajaran yang disampaikan kepada Rasul dan para Nabi. Yaitu manusia harus
berusaha. Tidak bakal ada perolehan tanpa kerja dan perbuatan. Tidak ada
kebahagiaan tanpa derita usaha dan pengorbanan. Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Di
sinilah Nabiyullah Ibrahim memberikan suri tauladan yang tiada bandingan. Di
sinilah Nabi Ibrahim memberikan teladan bagaimana berkorban.
Nabi Ibrahim AS. rela mengorbankan putranya, Isma’il demi
mengikuti perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim teladan umat manusia dalam semangat
berkorban. Ia pasrah kepada Allah SWT. Ia yakin Tuhannya hanya menghendaki
kebaikan. Ia percaya bahwa Allah tidak mungkin menghendaki keburukan. Maka Nabi
Ibrahim bersedia melaksanakan perintah Allah, mengorbankan anaknya, Isma’il,
lambang kasih sayangnya kepada keturunan.
Isma’il, putra dambaan dalam lanjut usia dan ketuaan.
Namun Allah SWT. menghendaki lain. Allah mengujinya melalui percobaan
pengorbanan. Allah penentu kebahagiaan dan kesengsaraan. Dan Nabi Ibrahim
pasrah dan taat kepada Tuhan. Ia ingkari kesenangan dirinya, demi ridla Sang
Maha Pencipta, Ridla ilahi, pangkal kebagiaan abadi.
Ma’asyiral muslimin, Jamaah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Dalam meneladani semangat pengorbanan Nabiyullah Ibrahim
ini tentu saja kita tidak akan mengorbankan anak kita dan keturunan kita. Kita
tidak akan serahkan nyawanya kepada upacara berdarah. Memang bukan itu yang
dikehendaki Allah dari hamba-Nya.
Bukanlah Allah ingin menyaksikan bagaimana ayah tega
memotong leher anak kandungnya sendiri, keturunan yang menjadi tumpuan kasih
sayang. Allah tidaklah berkehendak untuk melihat darah bertumpah dan jiwa
seorang manusia melayang. Allah SWT. hanya ingin menguji kesetiaan seorang
hamba dan kesungguhannya dalam mencari kebenaran dan ridla Allah SWT. Cukuplah
bagi Allah Ta’ala, bahwa Dia telah menyaksikan bagaimana hamba-Nya, Nabi
Ibrahim benar-benar hendak melaksanakan perintah-Nya. Dan Allah SWT. pun
mencegah Nabi Ibrahim menumpahkan darah anaknya sendiri, Isma’il, kemudian
diganti dengan binatang sembelihan yang besar.
Yang penting bukanlah darah yang tertumpah. Maha Suci
Allah SWT. dari keinginan dan kehendak melihat kekejaman seorang ayah memotong
leher anaknya sendiri. Maha Suci Allah dari keinginan melihat perbuatan sadis
dan tak kenal perikemanusiaan seperti praktik pengorbanan manusia masa silam.
Ismail memang diganti dengan binatang sembelihan yang
besar, namun nilai pengorbanan beliau tidak berkurang karenanya. Sebab yang
penting adalah taqwa yang ada dalam dada Nabi Ibrahim. Yang penting adalah jiwa
dan semangat taat kepada Allah SWT. pada diri Nabi Ibrahim. Yang penting adalah
sikap tunduk, patuh dan pasrah kepada Allah SWT. pada Nabi Ibrahim.
Ma’asyiral muslimin, Jamaah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Kita tentu ingin mengikuti semangat pengorbanan Nabi
Ibrahim. Dan semangat pengorbanan itu kita lambangkan dalam ibadah berqurban.
Berqurban dengan menyembelih binatang qurban. Bukan untuk sesajen kepada Allah
SWT. Berqurban adalah untuk menanamkan rasa taqwa dalam dada kita. Dan memang
taqwa itulah yang akan sampai kepada Allah SWT., yang akan diterima sebagai
amal kebaikan kita, bukan daging atau darah hewan qurban kita.
Bila semangat ketundukan kepada Allah telah menancap
dalam dada, kita akan sanggup menghadapi masa depan dengan keberanian
berkorban, berani mengesampingkan kesenangan sesaat, kebahagiaan sementara dan
jangka pendek, demi meraih kebahagiaan selamanya, kebahagiaan abadi dan jangka
panjang.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ ، بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر
الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير
الراحمين
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ
وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ
عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا خَيْرُ
زَادٍ ، وَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي أَثْنَاءِ آيَاتِ الحَجِّ :
﴿وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي
الْأَلْبَابِ ﴾ [البقرة:١٩٧]
Ibadallah,
Barangsiapa yang menyadari bahwa dia akan berdiri di
hadapan Allah pada hari kiamat, maka ia juga harus menyadari bahwa Allah akan
menghisab amalannya. Barangsiapa yang tahu kalau Allah akan menghisabnya dengan
mempertanyakan semua perbuatannya, maka hendaknya ia menyiapkan jawaban dari
pertanyaan tersebut. Siapkanlah jawaban yang benar.
Orang yang cerdas adalah mereka yang menundukkan hawa
nafsunya, dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Dan orang yang lemah
adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan panjang angan-angannya.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ
عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي
كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56]
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ .وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ
ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ
الأَكْرَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّيْنَ, وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ
انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ
الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ ، اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ
الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي
نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ مَنْ
أَرَادَنَا أَوْ أَرَادَ دِيَارَنَا أَوْ أَرَادَ دِيْنَنَا بِسُوْءٍ فَأَشْغِلْهُ
فِي نَفْسِهْ ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ تَدْبِيْرَهُ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا
وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا , وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ
وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ
أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ ، وَارْزُقْهُ البِطَانَةً
الصَالِحَةً النَاصِحَةً يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ
جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَتَحْكِيْمِ
شَرْعِكَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَناَ تَقْوَاهَا ،
زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ،
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالغِنَى ،
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا
وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا . اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلَى أَنْ تَجْعَلْ قُوَّتَنَا حَلَالًا
وَأَنْ تَجَنِّبْنَا الحَرَامَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ ،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ
وَآخِرَهُ سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ .
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبَّ العَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَباَرَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِ
اللهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.