اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا
سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ
أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ
وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ
إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ
اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ
الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا،
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ
العَظِيمْ
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Di tengah suasana yang kurang menentu utamanya saat
pandemi masih belum berakhir kita harus bersyukur karena diberikan kesempatan
menjalankan shalat Jumat berjamaah. Harapan dari ibadah ini semoga kian
meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Percayakah, dengan
menjaga takwallah, maka akan banyak yang bisa diraih di dunia ini. Baik
keuntungan materi, maupun kebahagiaan di akhirat nanti.
Hadirin Rahimakumullah
Di dalam Al-Qur’an, surah Luqman, ayat 14, Allah
Subhanahu Wa Taala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu-bapa); ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan susah dan lemah yang beratambah-tambah dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada bapk ibumu. Hanya kepada-Ku lah
kembalimu.
Ayat di atas terutama ditujukan kepada anak-anak, baik
mereka masih anak-anak maupun telah dewasa, agar berbakti kepada kedua orang
tuanya, khususnya ibu. Sebab seorang ibu sedemikian berat tugasnya dalam hidup
ini.
Uraian tentang kandungan ayat di atas sudah banyak
disampaikan oleh para kiai atau ustadz, baik dalam pengajian-pengajian maupun
khutbah-khutbah Jumat. Tetapi dalam kesempatan ini khatib ingin mengajak kepada
para suami atau bapak-bapak untuk memahami lebih dalam.
Ayat di atas memang secara langsung ditujukan kepada
anak, namun secara tidak langsung, Allah SWT sebenarnya juga mengingatkan
kepada para suami bahwa tugas seorang istri dalam rumah tangga sangatlah
berat.
Ayat yang berbunyi: حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ yakni ‘ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan susah payah’ sebenarnya tidak hanya mengingatkan kepada kita semua
bahwa ibu-ibu dahulu sewaktu mengandung kita selama kira-kira 9 bulan memikul
beban yang sangat berat. Tetapi juga mengingatkan bahwa ketika istri kita
mengandung anak-anak yang akan menjadi darah daging dan penerus kita. Istri
kita memikul beban yang sama beratnya dengan ibu-ibu kita.
Tentunya masih kuat dalam ingatan kita betapa beratnya
kondisi istri sewaktu mengandung anak. Berbagai risiko harus ditanggungnya
seperti keguguran, janin meninggal dalam kandungan, hamil di luar rahim, dan
sebagainya. Semua risiko itu berdampak langsung terhadap keselamatan baik fisik
maupun jiwanya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Kita sebagai laki-laki yang oleh Allah diberi kekuatan
fisik yang lebih besar, tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban istri
yang sedang mengadung. Ini karena tugas mengandung memang sepenuhnya menjadi
kodrat perempuan yang takkan mungkin bisa digantikan oleh laki-laki.
Setelah kira-kira 9 bulan mengandung, tugas istri
selanjutnya adalah melahirkan. Tugas ini berisiko tinggi karena secara langsung
berkaitan dengan keselamatan jiwa. Tentunya telah sering kita dengar beberapa
perempuan meninggal saat melahirkan. Dalam proses melahirkan ini, seorang suami
juga tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban istrinya. Beberapa suami
yang lain tak sanggup dan tak tega menyaksikan istri sedang berjuang melahirkan
karena penderitaan yang dialaminya sangat berat dengan nyawa sebagai
taruhannya.
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Setelah melahirkan, tugas istri berikutnya adalah
menyusui. Al-Qur’an memberitakan masa menyusui adalah dua tahun sebagaimana
bunyi ayat وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ ‘dan menyapihnya dalam dua tahun’. Dalam
masa menyusui, seorang istri harus berhati-hati dan selalu menjaga dirinya
sebaik mungkin karena apa yang terjadi pada dirinya bisa berdampak langsung
pada si bayi. Istri harus sanggup berjaga menahan kantuk, baik siang maupun
malam. Ketika si bayi haus dan lapar dan membutuhkan air susu ibu atau ASI,
seorang ibu harus selalu siap memberikannya. Dalam tugas ini, suami juga tidak
bisa berbuat banyak untuk meringankan beban istri.
Mengingat beratnya tugas perempuan terkait dengan
mengandung, melahirkan dan menyusui, maka Allah SWT memberikan keringanan
kepada perempuan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadlan dengan kompensasi
tertentu sebagaimana diatur dalam fiqih. Keringanan ini merupakan bentuk
pengakuan dan penghargaan Allah SWT kepada para perempuan atau ibu bahwa tugas
mereka memang sangat berat. Pengakuan dan penghargaan seperti ini tidak
diberikan kepada laki-laki karena faktanya tugas alamiahnya tidak seberat
perempuan.
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Nabi Muhammad SAW juga memberikan penghargaan yang besar
kepada perempuan. Lewat beberapa haditsnya menujukkan kedudukan perempuan yang
tinggi di mata Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ
الأُمَّهَاتِ
Artinya: Surga itu di bawah telapak kaki para ibu.
Kita semua tahu bahwa telapak kaki adalah bagian paling
bawah atau rendah dari organ manusia. Sedangkan surga berada di bawah telapak
kaki ibu-ibu. Namun, maksud hadits ini adalah tidak mungkin seorang anak bisa
masuk surga tanpa ketundukan kepada seorang ibu. Maka pertanyaannya adalah
bagaimana bisa seorang anak tunduk kepada ibunya jika ia tidak diajari, tidak
dididik dan tidak dilatih?
Untuk itu, seorang suami juga berkewajiban mendidik
anak-anaknya agar mereka tunduk dan menghormati ibunya, tanpa harus merasa disaingi
atau dikalahkan oleh mereka. Sebab Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa
seorang anak harus bersikap baik dan hormat kepada ibunya tiga kali lebih besar
daripada kepada ayahnya sebagai mana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah:
جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ
قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ اَبُوْكَ
Artinya: Suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada
Rasulullah SAW. Orang itu bertanya kepada Rasulullah, siapakah di antara
manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik. Nabi menjawab, ibumu. Orang
itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu
bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya
lagi. Nabi kemudian menjawab, kemudian ayahmu.
Memperhatikan hadits di atas, maka menjadi penting bagi
seorang suami untuk menciptakan suasana kondusif di dalam keluarga agar seluruh
anggota keluarga menaruh hormat kepada istrinya atau ibu bagi anak-anaknya.
Kondisi ini bisa mudah dicapai jika seorang suami senantiasa menunjukkan sikap
penghargaannya kepada istri dalam rangka memberikan contoh bagi anak-anaknya.
Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ
وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Artinya: Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya
terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap
keluargku. (HR Tirmidzi).
Berbicara tentang keluarga, maka dari sudut pandang
suami, istri adalah orang pertama yang kemudian diikuti anak-anak sehingga
hadits tersebut juga bermakna sebaik-baik suami adalah yang terbaik sikapnya
kepada istri.
Dari situ pulalah anak-anak mengikuti sikap baik ayahnya
untuk bersikap baik kepada ibunya. Selian itu, di dalam Al-Qur’an juga ditegaskan
dalam surah Annisa’, ayat 19:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ
Artinya: Pergaulilah istrimu dengan baik.
Dengan adanya ketegasan Al-Qur'an dan hadits seperti itu,
marilah lewat mimbar ini khatib mengajak kepada para suami atau bapak untuk
senantiasa menghargai istri dengan bersikap baik kepadanya. Jangan sampai istri
yang telah berjasa besar dan bersusah payah membantu kita menyelesaikan banyak
pekerjaan dari bangun tidur hingga bangun tidur lagi justru menjadi korban
kekerasan dalam rumah tangga atau sering disingkat KDRT. Naúdzu billahi min
dzalik.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم
مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ
: أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ
مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Baca juga: Ayat Tentang Perintah Menundukkan Pandangan Dan Memelihara Kemaluan
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ
اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ
وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمـُنـْكَرِ وَاْلبَغْي
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ