الحمد لله المنفرد بالوحدانية, فلا شريك له
ولا منازع, المنزه عن الشركاء والأضداد, فلا راد لما قضان ولا منافع. أحمده سبحانه
وتعالى حمدا يليق بجلاله ولا ينحصر ولا ينقطع دائما متتابع, حمد من عرف الله
واعترف بنعمه التتابعة شاكرا لها طالبا من الله تعالى من فضله الواسع.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا
ند ولا منازع شهادة خالصة تنجي قائلها يوم الفزع الأكبر وكل لله خاشع. وأشهد أن
سيدنا محمدا عبده ورسوله الذي نسخت شريعته جميع الشرائع.
اللهم صل على عبدك ورسولك محمد وعلى آله
وأصحابه الذين جاهدوا بأموالهم وأنفسهم, وسلم تسليما كثيرا. أما بعد.
فيا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا
تموتن إلا وأنتم مسلمون.
فقال تعالى في كتابه العظيم: فأعوذ بالله من
الشيطان الرجيم: وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة
ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة. الآية البيتة : 5
Para hadirin Jamaah Jum'at yang berbahagia.
Ayat yang baru saja disebutkan di atas mengandung
pengertian, bahwa kehadiran kita di dunia ini tidak lain hanyalah untuk
beribadah/berbakti menyembah Allah, memang kita tidak diperintahkan kecuali
untuk itu. Ini sudah . ini sudah jelas:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون.
Jadi segala amal kebaikan yang kita kerjakan di dunia ini
adalah ibadah, jika itu duniatkan untuk Allah dan mengharap ridha Allah.
Kemudian ibadah yang bagaimana yang dinamakan "ibadah kepada Allah"
dan ibadah ayng diterima oleh Allah? Maka ayat tadi menegaskan:
وما أمروا إلا ليعلدوا الله مخلصين له الدين.
"Padahal mereka hanya disuruh berbakti menyembah
Allah dengan "memurnikan ketaatan" kepada-Nya dalam menjalankan agama
dengan lurus".
Itulah sifat yang harus menyatu dalam perbuatan ibadah
kita yaitu: dengan "ikhlas" = مخلصين
Ikhlas secara harfiyyah artinya: "memurnikan".
Kalau dikatakan: Air itu murni, berrarti air itu tanpa campuran zat kimia
lainnya walaupun hanya satu molekul di antara berjuta-juta molekul lainya air
itu. Kalau di antara molekul air sebanyak itu terdapat satu saja yang bukan
molekul air, maka artinya air ini tidak murni lagi. Maka jadila ia air yang
isyrak, air yang sudah tercampur. Asyraka artinya mencampur niatnya dalam
beramal dengan mengharap pamprih yang lain dari Allah, ia dinamakan
"musyrik", sebagi lawan dari sikap bertauhid.
Ikhlas dalam beramal artinya: memurnikan niat dalam
mengerjakan perbuatan/amal hanya mengharap pamrih dan ridha dari Allah semata.
Kalau ada sedikit saja pamrih dan ridha dari Allah semata. Kalau ada sedikit
saja pamrih atau keinginan lain, itu sudah tidak ikhlas lagi namanya.
Ini memang berat sekali dan tidaklah mudah. Sebagaimana
para psycholog mengambil kesimpulan bahwa motivasi utama dalam pekerjaan
manusia adalah dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Dengan kata lain : mengharapkan pujian pujian
dan menolak cacian. Bagi orang Islam yang sungguh-sungguh mentauhidkan Allah,
maka harapan akan pamrih itu hanya dari Allah semata. Itulah ridha Allah. Dan
dia tidak akan mengharap kutukan Allah.
Bagaimana pula dengan pahala dunia bagi yang ikhlas itu?
Amal yang diikhlaskan akan menimbulkan rasa cemas dan prustasi. Kalau ada orang
bekarja atau berusaha, dengan harapan memmperoleh pamrih duniawi saja, ya kalau
itu dapat dicapai, kalau tidak, ia akan merasa sudah tidak ada harapan lain
yang akan diperolehnya, maka hancurlah segala rencana dan harapannya itu.
Jiwanya pun jadi kecil.
Kalaulah berhasil, beranggapan bahwa ia lebih dari yang
lain, lebih mampu, teman-temannya menghormat kepadanya, ini artinya. Orang
seperti itu, apabila kegagalan menimpanya, merasa dirinya tidak berdaya dan
tidak mampu mengejar apa yang diharapkan.
Lain halnya dengan orang yang beramal semata-mata
mengharap ridha Allah, dia akan selalu bahagia dalam hidupnya, karena yakin
apapun yang akan terjadi dari usahanya itu adalah kehendak Allah pula. Serta
yakin bahwa Allah senantiasa melihat dan mengetahui amalnya bahkan
melimpahgandakan pahala baginya. Sebagaimana firman Allah:
فقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنوا
وستردون إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون. التوبة: 1-5.
"Katakanlah: bekerjalah kamu, niscaya Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengatakan yang ghaib dan yang nyata, lalu
deberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kemu kerjakan". Taubah, 105.
Hadirin siding Jum'at yan berbahagia.
Hanya amal yang semata-mata untuk mencari ridha Allah
yang akan mendatangkan kebahagiaan. Sebab bagaimanapun akhirnya suatu pekerjaan
itu sukses atau gagal Dia pasti akan ikhlas menerimanya. Kalau tidak demikian,
maka amal itu akan menimbulkan frustasi. Padahal frustasi itu kalau tidak
dikeluarkan melalui air mata, maka bagian tubuh yang lainnya akan menangis.
Seseorang menahan air mata itu bisa saja demi mempertahankan gengsi, martabat,
wibawa dan lain sebagainya. Tetapi akibatnya buruk bagi bagian lain dari tubuh
kita, satu akibat dari ketidak-ikhlasan beramal itu.
Maka dari itu hendaknya kita berusaha bahwa segala amal
perbuatan itu tidaklah karena pamrih-pamrih duniawi, tetapi hendaklah semata-mata
karena himbauan Allah dalam Al-Qur'an:
فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا
يشرك بعبادة ربه أحدا. الكهف 11.
"Barang siapa yang mengharap akan bertemu dengan
Tuhannya hendaklah beramal sholeh dan janganlah mempersekutukan seseorang pun
dalam beribadat kepada Tuhannya". Al-Kahfi, 110.
Mempersekutukan peribadatan kepada Tuhan ini ialah
mengharapkan pemrih dari sesuatu selain Allah SWT. Dalam bentuk yan gpaling
kecila adalah "ria", yaitu mengharapkan pujian dari orang lain,
atasan, masyarakat, atau dengan kata lain; pamer.
إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر، قالوا:
يا رسول الله وما الشرك الأصغر؟ قال: الرياء، يقول الله يوم القيامة إذا جزى الناس
بأعمالهم: اذهبوا إلا الذين كنتم تراؤوان في الدنيا فانظروا يجدون عندهم جزاء.
رواه أحمد.
”Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan akan
menimpa kamu sekalian ialah penyakit syirik kecil "asyirku-l-asghar".
Para sahabat bertanya: Apakah Syirik kecil itu yang Rasulahhah? Beliau
menjawab: yaitu ria. Apabila seseorang pada hari kiamat minta balasan (pahala)
dari amal yang dikerjakannya, maka Tuhan berkata kepadanya: pergilah kamu
menghadap orang-orang kepada siapa kamu menyangkutkan amal di dunia itu. Nanti
akan akmu persaksikan sendiri apakah kamu temui pada sisi mereka sesuatu
balasan yang akan kamu terima". H.R. Ahmad.
Amal shaleh tanpa syirik ialah setiap karya yang
dilakukan karena kebaikan, kebenaran dan keindahan yang dikandung oleh karya
itu sendiri tanpa keinginan memperoleh sesuatu yang lain dari itu. Inilah yang
dinamakan amal yang khalis dan inilah yang mampu menumbuhkan kebahagiaan di
dalam hati manusia.
Kalimat ini tentu meyakinkan kita, bahwa memang tidak ada
amal yang lebih baik dari dakwah. Tetapi
hendaklah kita waspada pula kepada bisikan syetan mempergunakan seluruh
kemampuannya menggoda orang yang berdakwah agar bisa jatuh terjerembab ke
lembah kehinaan. Setan pun tahu betul, bahwa mereka yang sudah mampu bertabligh
menghimbau manusia ke jalan Allah, meyakinkan manusia akan ketinggian risalah
Muhammad, sudah tidak mampu lagi jika diajak dan digoda membuat maksiat. Maka
teknik setan pun diperhalus, mereka tidak diajak korupsi atau perbuatan maksiat
yang lain. Setan berbisik merayu. Apa yang dirayukan setan? Suatu pujian?
"Memang hebat engkau, wahai muballigh yang soleh, lihatlah semua orang
terharu medengarkan pidatomu. Semua tergantung kepada gerakan lidah dan
bibirmu". Kalau kita akui bisikan setan ini, tumbuhlah sifat ujub (kagum
akan diri) dalam hati, padalah ujub ini bunganya, yang kalau tidak segera
ditindas akan tumbuh menjadi buah yang bernama "takabbur" (sombong).
Karena itulah sesudah Allah memujikan amal orang yang
berdakwah, ia memperingatkan kita denga ayat:
وإما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله إنه
هو السميع العليم. السجدة 36.
"Jika bisikan setan sempat menggembirakamu segeralah
berlindung kepada Allah, Yang Maha Mendengar dan maha Mengetahui."
As-Sajdah, 36.
Kalau saja sampai terjawab dan terdengar hati kita oleh
bisikan itu, hancurlah segala amal kita itu kit adituntut untuk senantiasa
berlindung kepada Allah dari bisikan setan itu. Pernah pula Ali bi Abi Thalib
terbujuk. Selesai beliau berpidato, beliau bertanya kepada salah seorang yang
hadir bagaimana pendapatnya tentang pidato yang baru saja disampaikannya, apaka
ada kurangnya. Yang ditanya adalah seorang yang arif. Dia menjawab, "Ada
kekurangan", katanya. "Itulah pertanyaan anda sendiri". Maka
sadarlah Ali bahwa apa yang telah dilakukannya itu bersifat membesarkan diri,
seakan-akan mengharap pujian orang. Kalaulah sayyidina Ali, seoran Khalifah,
bisa slip dan silap, apakah artinya kita ini? Demikianlah peliknya masalah
ikhlas itu sehingga memmang sangat membutuhkan latihan yang terus-menerus.
Dimulai sejak kecil, karena apabila sudah dewasa maka akan banyak motif-motif
yang bisa mencemari keikhlasan beramal
itu.
Hadirin sidang
Jum'ah yang berbahagia.
Tempat ikhlas dan isyrak adalah hati, bilamana seseorang
berniat mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka mulai melangkah sudah dapat
ditentukan ke mana tujuan dan bagaimana dasar. Misalnya seorang mengerjakan
upahan, semata-mata hanya mengharapkan puji majikannya, maka ikhlas amalnya itu
kepada majikannya, atau bekerja memburu harta dari pagi sampai sore dengan
tidak bosan-bosan, karena semata-mata memikirkan perut, maka ikhlaslah dia
kepada perutnya, tidak kepada Tuhannya, maka perutnyalah yan gmemberikan
kepuasan dan kebahagiaan kepadanya. Dan hanya sampai kepada terpenuhinya
kebutuhan perut itu kepada kepuasan itu pula kepuasan dan kebahagiaan yang
dicapai, yang lebih dari itu tidak! Oran
gseperti itu hanya akan mendapatkan pahala di dunia saja, sedang di akherat
sebagai tempat yang hakiki dan abadi tidak mendapa tbagia apa-apa. Sebagimana
digambarkan dalam Al-Qur'an":
فمن الناس من يقول ربنا آتنا في الدنيا، وما
له في الآخرة من خلاق. البقرة 200
"Di antara manusia ada orang yang mendo'a: Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya kebahagiaan
(yang menyenangkan) di akherat." Al-Baqarah, 200.
Itulah tamsilnya orang-orang yang berbuat sesuatu hanya
untuk memburu kebutuhan-kebutuhan duniawi saja, sedang Tuhannya yang memberikan
segala nikmat-Nya yang diharap-harapkan justru dilupakan.
Orang yang berniat menuntut ilmu, ujud pekerjaan menuntut
ilmu, adalah baik, tetapi belum tentu baik jika dasarnya tidak subur.
Kalau belajar hanya diniatkan hanya untuk mendapatkan
ilmu saja, niat ini masih sangat sempit, belum pada tempatnya. Tetapi kalau
diniatkan ibadah kepada Allah, untuk memenuhi panggilan Allah, maka niat untuk
mendapatkan ilmu tentu akan tercapai dengan sendirinya; bahkan Allah akan
memberkahi ilmu kita sehingga dapat mengamalkannya di jalan Allah demi
menegakkan kalimat-Nya insya-Allah.
Demikian halnya dengan orang yang berniat hendak menolong
fakir miskin. Zat pekerjaanya baik, tetapi itu belum tentu baik kecuali
didasarkan pada ikhlas: yaitu menolong fakir atau miskin karena Allah, bukan
karena semata mengharap puji dan sanjungan manusia. Oleh sebab itu, terpakailah
ikhlas itu terhadap Allah semata.
Ikhlas tidak dapat dipisahkan dengan shiddiq (benar),
tulus. Lurus dan benar niat dan sengaja karena Allah belaka, tidak mendustai
diri dengan perkataan "karena Allah", padahal mendustai di dalam hati
bersarang karena puji, karena mencari nama, dan lain-lain. Orang yang
menurutnya mengaku benar, tetapi golongan pendusta. Untuk jadi perbandingan, di
sini kita salinkan hadits Rasulullah SAW.:
"Manusia yang mula-mula akan kena pertanyaan di hari
kiamat ialah 3 orang: seorang ialah orang yang diberi Allah ilmu pengetahuan.
Pada waktu itu berfirmanlah Allah: apakah yang sudah engkau perbuat dengan ilmu
yang engkau ketahui itu? Ia menjawab: Ya Rabi, dengan ilmu hamba itu, hamba
bangun tengah malam (untuk shalat), dan hamba menyiarkannya kepada orang yang perlu
menerimanya di siang hari. Tuhan bersbda: Engkau dusta! Malaikat adapun
berkata: engkau dusta! Meksud engkau hanyalah supaya disebut orang bahwa engkau
alim. Memang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Seseorang lagi ialah laki-laki yang dibri Allah harta
benda. Maka Allah berfirman: Engkau telah kami beri ni'mat, apakah yang sudah
engkau perbuat dengan ni'mat Kami itu? Dia menjawab: Ya Rabbi, harta benda itu
telah hamba sedekahkan tengah malam dan siang hari". Tuhan pun berfirman : Engkau dusta! Malaikat pula: engkau dusta,
maksud engkau hanyalah seupaya engkau dikatakan orang seorang dermawan".
Emang demikianlah yang telah dikatakan orang terhadap dirinya.
Seorang-laki-laki yang terbunuh dalam perang
mempertahankan agama Allah, maka Tuhan berfirman kepadanya: "Apakah yang
engkau perbuat? Dia menjawab: "Ya Rabbi, Engkau suruh hamba berjihad,
pergilah hamba ke medan perang, dan hamba mati terbunuh". Tuhan berfirman:
Engkau dusta! Dan malaikat yang berkata pula: engkau dusta, maksud engkau hanyalah
supaya dikatakan orang bahwa engkau gagah berani". Memang demikianlah
perkataan orang terhadap dirinya.
Setelah berkata demikian, nabi bersabda: "Hai Abu
Hurairah, mereka itulah makhluk yang mula-mula sekali akan menderita api neraka
jahannam di hari kiamat".
Dari salinan hadits itu terbuktilah perkataan kita di
atas, bukan zat perbuatan itu yang dusta, tetapi dasar tempat tegaknya, yaitu
ikhlas tidak menjadi pangkal perbuatannya.
Jadi kesimpulannya, bahwa
orang yang ikhlas dalam beribadah ialah orang yang menyengajakan semua
amal ibadah, ketaatan dan perbuatannya semata-mata kepada Allah SWT. Untuk
mendekatkan diri dan memperoleh keridhaan-Nya. Bukan untuk tujuan-tujuan lain
seperti, berpura-pura taat, mengharapkan pujian orang, atau tamak untuk mendapatkan
semua pemberian.
Para ulama telah meneliti Surat Al-Ikhlas, sedang mereka
tidak menemukan makna yang lebih tegas dan pantas dari berikut ini, yakni:
Mengarahkan segala gerak dan diamnya, baik lahir maupun batin, hanya kepada
Allah semata, tidak dicampuri oleh sesuatu pun, baik jiwa, hawa nafsu maupun
dunia. Orang
yang ikhlas adalah, orang yang….
Menyengajakan amalannya hanya untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT., mencari keridhaan-Nya. Sedangkan orang yang ria', ia;ah
orang yang menyengajakan amalannya untuk menonjolkan dirinya kepad orang ramai
agar mereka melihatnya, sedang amalannya tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Kita berlindung kepada Allah dari amalan serupa itu, dan
memohon kepada-Nya agar menyelamatkan kita dari segala macam bencana.
جعلني الله وإياكم من المؤمنين الكاملين
المؤدين لواجباتهم مع المخلصين السائلين. وبارك لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني
وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني تلاوته إنه هو السميع العليم.
وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل
ذنب فاستغفروه إنه هوالغفور الرحيم.
Baca juga: Tujuan Pokok Al Quran dan Sejarah Turunnya
الحمد لله مؤيد الصابرين بعزيز نصره وميسر
الساركين بحميد شكره، وموفق المختارين للقيام بأمره.
أحمده على ما أنعم وأسلم لأمره فيما حكم
وأبرم. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد وسلم تسليما كثيرا.
أما بعد، فيا أيها الناس اتقوا الله، وإن الله
أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده.
فقال عز وجل من قائل: إن الله وملا ئكته يصلون
على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد،
اللهم صل على ملائكتك المقربين وأنبيائك والمرسلين. واهل طاعتك أجمعين واجعلنا
منهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين
والمسلمات الأحياء منهم والأموات.الله اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان
ولا تجعلنا في قلوبنا غلا للذين آمنوا. ربنا إنك لرؤوف غفور.
اللهم سلمنا من آفة الدنيا ومن عذاب الآخرة
وبليتهما وقضيحتهما وفتنتهما إنك على كل شئ قدير.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأصلح ولاة
المسلمين والف بين قلوبهم وأصلح ذات بينهم وانصرهم على عدوك وعدوهم ووفقهم للعمل
بما فيه صلاح الإسلام والمسلمين.
ربنا أتنا من لدنك رحمة وهئ لنا من أمرنا رشدا.
اللهم اجعل أعمالنا خالصة لوجهك الكريم.
اللهم اغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا
وتوفنا مع الأبرار.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة
وقنا عذاب النار.