إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
للهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى
آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…
Marilah kita memanjatkan segala Puji dan Syukur atas
kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini
menunaikan sholat Jumat berjamaah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang
sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang
selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.
Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…
Jika menelaah fenomena yang terjadi sekarang nampak
secara terang berbagai kerancuan dalam kehidupan manusia. Seakan manusia telah
kehilangan arah dan orientasinya Siapa yang menciptakan?, untuk apa ia
diciptakan?, dan kemana ia akan kembali?. Benar yang diakatan seorang filsuf
Islam Syed Muhammad Naquib al-Attas, masalah umat sekarang adalah loss of adab
atau hilangnya adab manusia, hilang adab kepada Allah, hilang adab terhadap
sesamanya dan hilang adab kepada dirinya sendiri. Permasalahan yang terjadi
sekarang bisa diurai secara perlahan, jika meresapi kembali pertanyaan diatas
maka yang akan terjadi adalah kesadaran manusia yang penuh dalam menginsafi
hidupnya sehingga akan memberikan ketenangan jiwa pada dirinya bukan kerancuan
yang melanda jiwanya.
Pada khutbah Jum’at kali ini khotib akan menjawab satu
persatu dari pertanyaan diatas, “siapakah pencipta manusia?” Allah berfirman:
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Q.S:
Az-Zumar: 62)
Jika manusia sadar dan menginsafi kembali siapa yang
menciptakannya, maka ia akan mengakui bahwa Allah adalah pemilik semua yang dia
punya kemudian dia merasa bahwa Allah hanyalah satu-satunya penolong baginya.
Secara lisan mungkin kita mengakui itu semua sebagai hal yang mutlak, tetapi
apakah dalam penerapan kehidupan kita semua sudah bersandar bahwa Allah
satu-satunya pencipta?, satu-satunya penolong? dan satu-satunya yang pantas
di-tauhid-kan?, marilah kita sejenak merenungi ini.
Kemudian jika rasa kesadaran ini dibangun kembali dalam
benak pikiran dan hati manusia niscaya akan tumbuh kembali dan menguat kembali
rasa ke-tauhid-an kepada Allah. Ia sadar dan mengakui dirinya adalah lemah dan
tiada sekutu baginya. Dan menanamkan kembali rasa Tauhidullah dalam hati.
Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…
Kemudian Khotib melanjutkan pada pertanyaan kedua yaitu
“untuk apa manusia diciptakan didunia ini?”. Allah berfirman: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S: Adz-dzariyat:56)
Ayat ini adalah jawaban yang sangat telak kepada manusia
bahwa tidaklah Allah ciptakan manusia kecuali hanya untuk beribadah, berarti
tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.
Dalam membahas mengenai Ibadah, diartikan sebagai
menghamba atau mempersembahkan segala sesuatu hanya kepada Allah, itulah
ibadah. Ibadah bukan terbatas di masjid saja, terbatas ibadah ritual saja,
tetapi Ibadah adalah totalitas kehidupan dalam segala aspek selama itu
mengerjakan yang baik dan diniatkan hanya untuk Allah semata.
Bukan berarti Ibadah itu hanya sholat, zakat, puasa haji
saja, tetapi segala aspek dalam kehidupan adalah ibadah jika diniatkan kepada
Allah. Seorang suami berangkat ke tempat kerja untuk menafkahi keluarganya
dibarengi dengan niat tulus karena Allah itu adalah Ibadah. Seorang murid yang
berangkat sekolah dan menuntut ilmu itulah Ibadah, seorang pedagang yang
berangkat dari rumah menuju pasar untuk menjajakan dagangannya dengan jujur dan
niat tulus karena Allah itulah Ibadah; dsb. Maka dari itu jangan sampai kita
membatasi diri dalam membahas Ibadah hanya dalam ritual saja tetapi Ibadah
adalah seluruh totalitas dalam kehidupan jika menggunakan cara yang baik dan
niat karena Allah.
Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…
Mengapa Allah menggariskan penciptaan manusia hanya untuk
beribadah kepada-Nya?, karena Allah menginginkan manusia selalu menjaga fitrah
kesuciannya.
Kullu Mauludin Yuladu ‘Alal Fitrah. Setiap yang berasal
dari Allah adalah fitrah, jika kita mengingat kembali perjanjian agung kita
kepada Allah ketika Allah menanyakan “alastu birobbikum?, kita seraya menjawab
“balaa..syahidna”, inilah perjanjian yang boleh disebut “mitsaqon gholizho”.
Kita mengakui Allah sebagai Tuhan kita dan kita menjawab
seraya dengan tegas “kami setuju dan menjadi saksi”. Disinilah seluruh manusia
diberikan fitrah dengan mengakui Allah sebagai pencipta.
Kemudian setelah persaksian tersebut manusia dilahirkan
ke dalam dunia ini, dan setiap manusia pasti mempunyai salah atau silap dan
disinilah fungsi Ibadah agar selalu menjadi “Tazkiyatun Nafs”atau pembersihan
jiwa. Apabila manusia selalu membersihkan dirinya, jiwanya dan hatinya maka
dalam proses ini akan membentuk hati yang selamat yaitu “Qolbun Salim”.
Selanjutnya implikasi dari hati yang selamat ini akan
memberikan ketenangan jiwa yaitu “Nafsul Muthmainnah” jiwa yang tenang karena
telah terproses dengan ibadah, tazkiyatun nafs, mempunyai qolbun salim kemudian
mencapai pada jiwa yang tenang Nafsul Muthmainnah.
Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…
Kemudian melanjutkan pada pertanyaan yang ketiga, “kepada
siapa kita akan kembali?”. Apabila manusia sudah merasakan ketenangan jiwa
karena tertanam “nafsul muthmainnah”, ingatlah Allah telah menyiapkan panggilan
dengan panggilan spesial, panggilan kembali dengan panggilan “Yaa Ayyatuhan nafsul
muthmainnah ‘irji’i ila robbiki rodhiyatan mardhiyah fadkhulii fii ‘ibaadii
wadkhulii jannatii” (Q.S. Al-Fajr: 27-30).
27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 30.
masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S. Al-Fajr: 27-30)
Inilah ayat yang menjawab pertanyaan ketiga. Semua
manusia akan kembali pada Allah tetapi kita akan kembali dalam keadaan
bagaimana?, sedangkan Allah telah memerintahkan kepada jiwa yang tenang untuk
memasuki surganya, adakah pilihan kembali lebih baik selain surga?, marilah
kita renungkan bersama.
Penjelasan di atas jika dikaitkan dengan kalimat
“Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun” mempunyai keterikatan yang sangat erat.
Singkatnya manusia itu milik Allah dari Allah dan manusia akan kembali
seluruhnya kepada Allah. Manusia tercipta karena Allah, manusia hidup di dunia
beribadah kepada Allah dan manusia kembali setelah menjalani kehidupan kepada
Allah. Dari Allah, milik Allah dan kembali kepada Allah.
Inilah konsep dasar manusia yang perlu kita insyafi
kembali agar hidup kita sesuai dengan orientasi dari islam yang telah Allah
gariskan, supaya manusia terbebas dari kerancuan dunia dan menjalani hidup
dengan hati yang selamat dan kembali kepada Allah dengan keadaan jiwa yang
tenang.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: 100+ soal jawab penguat keimanan
Khutbah Kedua
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا
محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ
محمّداً عبده ورسولهُ
اَمَّا بَعْدُ
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمِ الَّذِيْ لَااِلَهَ
اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ
فِي دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا،
وآمِنْ رَوْعَاتِنَا، اللَّهُمَّ احْفَظْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا، ومِنْ خَلْفِنَا،
وَعَنْ يَمِيْنِنَا، وَعَنْ شِمَالِنَا، وَمِنْ تَحْتِنَا، وَمِنْ فَوْقِنَا، وَ نَعُوذُ
بِعَظَمَتِكَ أنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ،
وَالجُنُوْنِ، وَالْجُذَامِ، وَسَيِّئِ الأَسْقَامِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَأَصْلِحْ وُلاَةَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ
بِمَا فِيْهِ صَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
رَبَنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكِ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.