Khutbah Jumat: Guru Pilar Utama Peradaban Bangsa



Al-Quran mengisahkan bahwa diantara hal pertama yang diterima oleh Adam dan Hawa ketika mereka telah turun ke muka bumi adalah soal pengajaran pengetahuan tentang alam semesta dan kehidupan ini.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah/2: 31-33,

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣١ قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَا اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ ٣٢ قَالَ يٰاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّا اَنْبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّي اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ ٣٣

Artinya: Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah/2: 31-33)

Pelajaran selanjutnya untuk Adam dan Hawa adalah pengajaran antara yang boleh dan yang tak boleh; antara yang baik dan yang buruk. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah/2: 35,

وَقُلْنَا يٰاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦

Artinya: Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya17) sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah/2: 35)

Pendidikan dan ilmu pengetahuan menempati posisi penting dalam ajaran Islam. Orang yang mau belajar dan mengajarkan kebaikan ditempatkan pada derajat yang paling tinggi.

وعن أبي الدرداء - رضي الله عنه - قال سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول << من سلك طريقا يبتغي فيه علما سَهـَّل الله له طريقا إلى الجنة، وإنَّ الملا إكةَلَتَضَعُ أجنحتحالطالب العلم رضًا بما يَصنَع، وإنَالعالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الأرض حتى الحيتانُ في الماء، وفضلُ العالم على العابد كفضل القمر على سا إر الكواكب، وإنَّ العلماء ورثة الأنبياء لم يورِّثوا دينارا ولا درْهـَماً وإِنماوَرَّثُوا العلم، فَمَن أَجَذَهُ أَخَذَبحظٍّ وافِرٍ

Artinya : “Barangsiapa yang berjalan mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga. Sesungguhnya, para malaikat akan membentangkan sayapnya sebagai bentuk keridhaannya kepada orang yang sedang mencari ilmu, dan orang yang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, bahkan karang di dasar lautan. Keutamaan orang yang berilmu itu seperti keutamaan rembulan atas bintang-bintang. Sesungguhnya, para ulama adalah pewaris para nabi, karena para nabi itu tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, maka ia akan mendapatkan bagian terbanyak” (HR. At-Turmudzi).

Setiap muslim diwajibkan untuk belajar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa belajar hukumnya wajib. Bagaimana mungkin seseorang akan beriman kepada Allah tanpa ilmu? Beriman tanpa berilmu bisa keliru. Sama halnya beribadah tanpa ilmu, bagaimana ia melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Termasuk, bermuamalah pun ada tuntunan ilmunya. Ilmu tentang etika dan hubungan antar sesama, memahami hak dan kewajiban masing-masing dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Islam telah mengatur semuanya.

Pernah suatu ketika Rasulullah mendapati dua kelompok di dalam Masjid Nabawi. Kelompok pertama fokus pada ibadahnya masing-masing; sedangkan kelompok kedua berisi orang-orang yang sedang belajar. Ahli ibadah dan ahli ilmu. Menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ahli ilmu lebih utama. Karena ahli ibadah untuk dirinya sendiri, sedangkan ahli ilmu mereka belajar dan mengajarkan ilmu, mengajari yang bodoh menjadi pintar. Rasul sendiri menyatakan bahwa dirinya adalah seorang guru.

عن عبدالله بن عمرو، أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلّم مَرَّ بِمَجْلِسَينِ فِي مسجِدِه، فقال: كلاهـُما على خير، وأحَدُهـُما أفضلُ من صا حِبِهِ، أمَّا هـؤلاء فَيَدْ عُونَ الله وير غبونَ إليهِ، فإنْ شاءَ أعطا هـُمْ وإنْ شاءَ مَنَعَهـُم، وأمَّا هـؤلاءِ فيتعلَّمُونَ الفِقهَ والعِلْمَ، ويُعَلِّمُونَ الجا هـِلَ فَهـُمْ أفْضَلُ، وإنَّما بُعِثْتُ معلِّماً >> قال ثم جلسَ فيحم. (رواه الدارمى)

Artinya: “Ketika memasuki masjidnya, Rasul melewati dua majlis, kemudian Beliau bersabda: Keduanya baik, tetapi yang satu lebih utama dari yang lain. Yang satu berdoa kepada Allah dan menyukai doa itu, jika Allah berkenan maka Dia pun akan mengabulkannya, dan jika tidak berkenan akan dicegah. Sedangkan yang satu lagi mereka belajar agama dan ilmu pengetahuan dan mengajarkan orang-orang yang bodoh, mereka itu lebih utama, dan sesungguhnya saya ini diutus sebagai seorang guru. Kemudian beliau duduk di situ” (HR. Ad-Darimy)”.

عن أَبي أُمَامَةَالْبَاهـِليِّ، قالَ:  ذُكِرَ لِرَسُولِ الله رَجُلاَنِ أَحَدُهـُمَا: عَابِدٌ وَالآخَرُ عَالِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ الله: فَضْلُ الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ، ثُمَ قَالَ رَسُولُ الله: إِنَّ الله وَمَلاَ ءكَتَهُ وَأَهـْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ في جُحْرِهـَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه التر مذى)

Artinya : “Dari Abu Umamah al-Bahiliy ia berkata: Disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang dua orang, yang satu ahli ibadah yang satu lagi ahli ilmu. Lalu Rasulullah bersabda: Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah itu seperti keutamaanku atas orang-orang di bawahku (para sahabat). Kemudian Rasul menimpali lagi: Sesungguhnya Allah, malaikat dan para penghuni langit dan bumi, hingga semut yang di dalam liangnya, bahkan ikan dalam laitan, semuanya bershalawat atas orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR. Tirmidzi).

Siapa yang mengajarkan semua ilmu itu? Guru! Sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam: bahwa aku diutus sebagai seorang guru. Guru adalah faktor penting dalam proses pendidikan dan pembentukan kepribadian seseorang, bahkan dalam pembentukan keimanan seseorang. Guru pertama bagi setiap anak adalah kedua orang tuanya. Maka, para orang tua sebagai guru bagi anak-anaknya perlu memiliki bekal ilmu dan pengalaman serta wawasan yang baik. Jika sebuah rumah tangga baik, maka akan baiklah pertumbuhan anak-anaknya.

الأم مدرسة الأولى إذا أعددت شعبا طيب الأعراق

Artinya: “Ibu adalah sekolah pertama bagi keluarganya. Jika engkau menyiapkannya dengan baik, maka engkau telah menyiapkan generasi yang berakhlak mulia”.

Allah subhanahu wata'ala pun menyerukan kepada para orang tua pentingnya menyiapkan generasi yang tanggung.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩

Artinya: "Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)." (Qs. An-Nisa [4]: 9).

Generasi yang tangguh merupakan aset paling berharga bagi sebuah bangsa. Sekarang ini faktor keberhasilan suatu negara bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi, hukum, dan pertahanan negara saja, namun juga dari faktor pendidikannya. Alasannya, karena pendidikan merupakan penggerak sumber daya manusia yang dapat memajukan semua faktor keberhasilan suatu negara.

"Education is the most powerful weapon which you can use to change the world" kata Nelson Mandela. Artinya, pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Maka, perhatian kita kepada para guru sebagai pendidik yang akan mendidik, mengajar, melatih dan membina perkembangan ilmu, pengalaman, keterampilan dan wawasan anak-anak kita, perlu terus ditingkatkan. Jika gurunya baik, maka pendidikan akan baik. Dan jika pendidikan baik, maka akan menjadikan bangsa yang maju dan berperadaban.

Di negara-negara maju, penghormatan dan penghargaan kepada guru sedemikian tinggi, baik yang datang dari masyarakat maupun dari negara. Bahkan, dalam sebuah ungkapan pepatah Arab menyebutkan:

من علمني حرفا صرت له عبدا

Artinya: “Barangsiapa yang mengajariku satu huruf saja, maka aku telah menjadi budaknya.”

إن المعلم والطبيب كلا هـما # لا ينصحان إذا هـما لم يكرما واصبر لد اءك إن أهـنت طبيبه # واصبر لجهـلك إن جفوت معلما

Artinya: “Sesungguhnya guru dan dokter itu dua-duanya # tidak akan memberi nasehat jika keduanya tidak dihormati ... Maka, bersabarlah atas penyakitmu jika engkau menjauhi dokter # dan puaslah dengan kebodohanmu jika engkau menjauhi guru”


Baca juga: PAHALA ORANG BERIMAN


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama