اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا
اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin jamaah JUMAT yang berbahagia rahimakumullah
Ada dua hal
yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan
(al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Hanya saja
masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat
keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup
manusia.
Dalam
pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahili.
Gaya hidup
Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya hidup
orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan
rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap
Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam
menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut
ini:
Artinya: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya
wajib atas setiap Muslim, dan gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya
saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin dan sangat menyesal,
sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi
sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir
oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam . Beliau bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ
أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ.
فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَفَارِسَ وَالرُّوْمِ. فَقَالَ: وَمَنِ النَّاسُ
إِلاَّ أُولَـئِكَ. (رواه البخاري عن أبي هريرة، صحيح)
Artinya: “Tidak akan terjadi kiamat sebelum
umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal
dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti
orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR.
Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).
لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ
تَبِعْتُمُوْهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى.
قَالَ: فَمَنْ. (رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري، صحيح)
Artinya:
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu,
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke
lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah,
orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu
Sa’id Al-Khudri z, shahih).
Hadirin jamaah JUMAT rahimakumullah.
Hadits
tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah
kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mere-ka telah terisi oleh jenis
kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah
mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut
ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab
apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami
malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.
(رواه أبو داود وأحمد عن ابن عباس)
Artinya:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu
Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut
hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh)
hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh itu?
Al-Munawi
berkata: “Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian
mereka, berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat
mereka”.
Tentu saja
lingkup pembicaraan tentang tasyabbuh itu masih cukup luas, namun dalam
kesempatan yang singkat ini, tetap mewajibkan diri kita agar memprihatinkan
kondisi umat kita saat ini.
Hadirin jamaah JUMAT rahimakumullah
Satu di
antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan mengakar di
masyarakat kita adalah pakaian Muslimah. Mungkin kita boleh bersenang hati bila
melihat berbagai mode busana Muslimah telah mulai bersaing dengan mode-mode
busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita menjumpai busana Muslimah yang
tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syari’at. Busana-busana itu
masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah. Adapun yang
lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada umumnya, yang
mayoritas beragama Islam ini, nyaris tak kita jumpai mode pakaian umum tersebut
yang tidak mengekspose aurat. Kalau tidak memper-tontonkan aurat karena terbuka,
maka ekspose itu dengan menonjolkan keketatan pakaian. Bahkan malah ada yang
lengkap dengan dua bentuk itu; mempertontonkan dan menonjolkan aurat. Belum
lagi kejahilan ini secara otomatis dilengkapi dengan tingkah laku yang -kata
mereka- selaras dengan mode pakaian itu. Na’udzubillahi min dzalik.
Hadirin,
marilah kita takut pada ancaman akhirat dalam masalah ini. Tentu kita tidak
ingin ada dari keluarga kita yang disiksa di Neraka. Ingatlah, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا
النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ
رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا. (رواه
مسلم عن أبي هريرة، صحيح)
Artinya:
“Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu
suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia
dengan cambuk itu. (Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi
kenyataan-nya) telanjang (karena mengekspose aurat), jalannya
berlenggak-lenggok (berpenampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk
unta yang bergoyang. Mereka itu tak akan masuk Surga bahkan tak mendapatkan
baunya, padahal baunya Surga itu tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR.
Muslim, dari Abu Hurairah z, shahih).
Jika
tasyabbuh dari aspek busana wanita saja sudah sangat memporak-porandakan
kepribadian umat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal diam. Sebab di
luar sana sudah nyaris seluruh aspek kehidupan umat bertasyabbuh kepada
orang-orang kafir yang jelas-jelas bergaya hidup jahili.
Nah, hadirin rahimakumullah
Sebagai
penutup khutbah ini saya mengajak kepada kita semua untuk memperhatikan,
merenungi dan mentaati sebuah firman Allah yang artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(QS. At-Tahrim: 6).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.