Khutbah I
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ
اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ
فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ
فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Kita
sebagai hamba Allah harus senantiasa meningkatkan keimanan dan berharap ampunan
dari Allah. Semoga segala amal ibadah yang kita perbuat dapat diterima Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi
Muhammad SAW, teladan umat Islam yang senantiasa menjunjung kemanusiaan, yang
perangai-perangainya dapat dijadikan kompas moral kehidupan, sikapnya yang
sidik, amanah, tabligh, dan fathanah dapat menjadi mata air keteladanan yang
mencerahkan semesta.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari-hari ini kehidupan beragama hadir tanpa spiritualitas.
Karena kehidupan beragama kita hanya berisi pengulangan tanpa penghayatan
mendalam atas ajaran-ajaran Islam sehingga tidak menyentuh kedalaman kalbu
manusia. Terkadang shalat yang kita kerjakan seperti hanya sebatas yang
bersangkut paut dengan hukum-hukum tentang syaratnya, rukunnya, sah dan
batalnya saja. Kita tidak lebih laiknya mesin yang diprogram untuk menegakan
sholat tanpa merasakan kesan setelahnya.
Karenanya, dalam menjalankan agama, jangan sampai
didasarkan atas suatu konstruksi pemikiran yang sempit dan koridor-koridor
normatif yang serba membatasi. Melainkan harus diisi dengan nilai-nilai agama
yang universal dan merespon tantangan terkini. Terdapat empat nilai yang paling
esensial dalam beragama.
Pertama, al-Tawhid (tauhid). Nilai dasar tauhid
mengajarkan kepada kita bahwa satu-satunya Wujud Mutlak adalah Allah, Dia-lah
satu-satunya entitas yang tidak bermula dan tidak berakhir (qadim dan baqa).
Sedangkan manusia dan segala makhluk-Nya adalah kenyataan yang masa
kehidupannya tak lebih dari dua atom perjalanan waktu karena keberadaan mereka
yang senantiasa hancur (fana). Yang fana adalah semesta, Allah SWT abadi.
Nilai tauhid pula menjadi dasar seluruh konsep dan
aktivitas umat Islam, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Hakikat
tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik menyangkut
ibadah maupun muamalah, dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai
kehendak Allah. Jadi salat, hidup, mati, itu semuanya kita orientasikan hanya
kepada Allah dan karena Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ
لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (QS. Al-An'am:
162)
Tauhid tidaklah dimaksudkan sebagai doktrin keagamaan
dalam pengertian kepercayaan (belief), kewajiban (obligation), atau larangan
(prohibition). Tapi pembentuk prisma pandangan hidup yang menurunkan
gagasan-gagasan mulai dari etika, moral, pendidikan, maupun politik.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Yang Kedua, al-Ittiba' (mengikuti). Nilai dasar beragama
ini mengemukakan tentang pentingnya setiap muslim selalu menaati seluruh
larangan dan perintah Allah SWT sekaligus meneladani dan mengikuti Rasulullah
SAW. Di dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan kaum muslim
untuk ittiba Nabi SAW agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat. Allah SWT
berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ
اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(An-Nisa' Ayat 59).
Yang ketiga, al-Taysir (kemudahan). Nilai dasar yang
ketiga ini merupakan salah satu prinsip penting dalam Islam yang diberikan
Allah agar manusia tetap bersemangat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama,
terutama dalam situasi sulit. Dalam kaidah ushul fiqih dinyatakan setiap
kesulitan, pada dasarnya, menuntut kemudahan (al-masyaqqah tajlib al-taysir).
Salah satu contoh kemudahan dalam beragama disebut dalam QS. Al-Baqarah: 185,
yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى
وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ
ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ
عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur (QS. Al-Baqarah: 185).
Dengan prinsip kemudahan ini pula, tidak semua orang
diwajibkan berpuasa. Namun secara umum terdapat dua cara menebus utang puasa,
yaitu: qadla dan fidyah (QS. Al Baqarah: 184). Adanya berbagai kemudahan dalam
ajaran Islam ini agar memastikan umat Islam dapat menjalankan agama tanpa susah
payah dalam dimensi ruang dan waktu, dan mendorong agar rajin menjalankan
agama, lantaran bisa dilakukan dengan mudah dan tanpa kesulitan. Tidak heran
pula bila sekelas ulama besar kontemporer Yusuf Qaradlawi dalam kitab
Al-Ijtihad fi al-Syariati al-Islamiyyah menegaskan bahwa prinsip yang melandasi
hukum Islam adalah taysir atau kemudahan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keempat, nilai maslahat. Selain taysir, prinsip utama
lainnya dalam Islam adalah maslahat. Lawan sepadan dari maslahat adalah
mudharat. Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan Ahmad menyebut
bahwa laa dlirara wa laa dlirara¸ tidak mudlarat dan memudaratkan. Al-Ghazali
dalam kitab Mushtasfa min Ilm al-Usul berpendapat bahwa relasi yang terbangun
antara syariat dengan istislah (kemaslahatan) sangat erat sekali. Maslahat
menurut al-Ghazali adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Adanya kemaslahatan dalam prinsip ajaran Islam menandakan
bahwa penderitaan merupakan sesuatu yang harus ditinggalkan. Sebab Islam tidak
mengajarkan pencapaian prestasi spiritual melalui penderitaan. Allah memang
memberikan penderitaan berupa sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan
harta, akan tetapi hal itu untuk mengangkat derajat manusia, sebagaimana dalam
QS. Al Baqarah ayat 155 yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah: 155).
Demikianlah, khutbah singkat pada siang hari ini, marilah
kita menyelami relung nilai-nilai beragama ini agar senantiasa hidup bahagia di
dunia dan akhirat. Semoga dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita senantiasa
dalam kasih sayang Allah SWT. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: RUMAH MASA DEPAN; AKHIRAT
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا
اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ
الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
Semoga kita semua mampu menjadikan diri kita sebagai
hamba yang bertakwa, mengamalkan prilaku orang-orang yang bertakwa dan kelak
dipanggil menghadap kepada Allah dengan ketakwaan yang melekat di hati kita
masing-masing. Amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ