الحمد الله الّذى أمرنا بالتّعاون والا
تّحاد.ونهاناعن التّخالف والانفراد أشهد انّ لا اله إلا الله وحده لا شريك له
شهادة ادّخرها ليوم المعاد.وأشهد انّ سيّدنا محمّدعبده ورسوله الدّعى الى الهدى
والرشّاد. صلى الله على سيّدنا محمّد وعلى اله وأصحابه كالنّجوم النّبيرات. صلاة
وسلام مادائمين ومتلازمين الى يوم الأ هوال والحسراتْ.
(أمّا بعْد) فياأ
يّهاالحاضــرون رحمكم الله. إتّــقو الله تــعالى فى جمـيْع الحـالات .
HADIRIN JAMAAH JUMAT YANG SAYA MULIAKAN
Marilah kita semua bertaqwa dalam arti menumbuhkan rasa
takut kita kepada Allah Swt, dalam segala tingkah, situasi dan kondisi apapun,
juga dimanapun kita berada. Sebab dengan berbekal ketaqwaan, Allah Azza wa
zalla akan senantiasa membimbing kita
dan mencarikan kita solusi / jalan keluar bagi setiap problem dan
kesulitan hidup yang kita hadapi. Allah juga akan menjadikan segala urusan yang
rumit menjadi gampang, dan segala perkara yang rupek / sempit menjadi longgar.
Dan ketahuilah bahwa untuk memperoleh semuanya itu
kuncinya adalah tetap berada pada diri kita sendiri. sebagai mahluk sosial
kitapun menyadari bahwa bagaimanapun kita
tidak pernah ada yang terbebas sama sekali dan tidak tersentuh oleh
problematika kehidupan. Karena telah menjadi keniscayaan kita harus
berinteraksi / berhubungan dengan semua pihak yang tentunya syarat dengan
perbedaan. Lalu harus bagaimanakah kita menyikapi perbedaan-perbedaan itu ?
HADIRIN JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH
“Persatuan dan tolong menolong” merupakan satu inti
ajaran terpenting dari agama Islam yang suci, sedangkan “perselisihan,
perpisahan dan bercerai berai” adalah sikap buruk yang dibenci agama. Allah Swt
berfirman :
وتعاونوا على البرّ والتقوى ولا تعاونوا على الإ
ثم والعـدوان
Artinya : “Tolong menolonglah kamu sekalian semua dalam
hal kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong atas pekerjaan dosa
dan permusuhan”
Dalam kaitan ini pula, Rasulullah Saw bersabda :
عن أنس رضى الله عنه. أنّ النّبى صلى الله
عليه وسلّم قال : لا تباغضوا ولا تحاسدوا ولا تدابروا ولا تقاطعوا وكونوا عباد
الله اخوانا ولا يحل لمسلم أنّ يهجر أخاه فوق ثلاث .
Artinya : Dari sahabat Anas RA sesungguhnya nabi Muhammad
Saw bersabda : “Janganlah kalian semua saling benci-membenci, menghasut, saling
bertolak belakang, dan janganlah pula saling memutuskan (tali persaudaraan).
Jadilah kalian semua hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah halal bagi
seorang Muslim menyateru / mendiamkan saudaranya hingga melebihi tiga hari”.
HADIRIN JAMAAH JUMAT YANG DIMULIAKAN ALLAH . . .
Waktu kita yang jumlahnya 24 jam dalam sehari semalam,
hampir semuanya habis untuk kesibukan urusan kepentingan kita sendiri. Pada
umumnya, kitapun tidak cukup punya waktu untuk njelimeti persoalan-persoalan
yang tidak secara langsung ada kaitannya dengan kepentingan diri kita sendiri.
Sehingga ketika muncul masalah agama, entah karena terdorong oleh Ghirah,
semangat dan kepedulian, kadangkala bahkan seringkali kita segera menanggapi
persoalan tersebut dengan tanpa menyempatkan diri untuk sekedar menengok
sejauhmana tuntutan agama mereka sendiri, mengenai bagaimana seharusnya ia
menanggapi persoalan itu.
Terlebih lagi dalam menanggapi persoalan yang menyangkut
agama, kalaupun ada “konsultasi” sebelumnya, paling banter yaa hanya kepada
akal pikiran kita sendiri dan emosi atau i’tiqad kelompok sendiri. hingga
jarang sekali yang sampai kepada Allah Ta’ala, untuk dan demi siapa mereka
hidup dan beragama.
Ambil saja contoh-contoh
persoalan-persoalan yang menyangkut ukhuwah Islamiyah dan Mu’amalah
bainan Nash ; kalaupun merujuk misalnya kepada firman Allah Ta’ala atau rasul –
Nya, biasanya terlebih dahulu kita kenakan “kaca mata hitam – putih” kita
sendiri atau kelompok kita sendiri. Kita benci dahulu kepada teman kita,
misalnya. Lalu kita cari dalil-dalil yang bisa mengaitkannya dengan hal-hal
yang tidak disukai oleh Allah ; dengan demikian akan mudah kita mengambil
keputusan :”saudara kita itu dibenci Allah”; karenanya perlu kita ganyang. Kita
curiga dulu terhadap kelompok, setelah itu dengan mudahnya kita mencari Hujjah
atau argumentasi untuk membabat setiap gagasan, atau bahkan sekedar pendapat
dari kelompok tersebut.
Mereka menganggap cara ini lebih jauh lebih mudah. Tidak
banyak menyita waktu dan energi, ketimbang harus capek-capek mengatur strategi
diri agar obyektif ; mengkaji masalah lebih jernih, utuh dan komperehensip /
menyeluruh ; dan dengan lurus merujuk firman Allah dan atau sabda nabi dan
rasull - Nya.
Tidakkah Allah menyuruh kita kaum Mu’minin untuk
menegakkan kebenaran dan menjaga kesucian agama
?
Allah berfirman dalam ayat suci Al-Qur'an :
ياأيها الّذين أمنو كونوا قوّميّن لله شهدآء
بالقسط. ولا يجر منّكم شـنئآن قوم على أن لا تعدلوا. اعدلوا هو أقرب للتــّقوى .
واتّقوا الله.ان الله خبير بّـماتعــملون. (المائدة : 8)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk berperilaku tidak adil. Berlaku adillah karena pada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al – Maidah :
8)
Dan bukankah Allah sendir, melalui lisan Rasulnya
menyuruh kita kaum Mu’minin untuk menjauhi prasangka-prasangka, mencari-cari kesalahan
orang lain, dan mengunjing sesama?
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Hujaraat ayat 12
:
يـاأ يـّها الّذين اجتنـبوا كثير ا من الظن إن
بعض الظّن إثم. ولا تجسسوا و لا يغتب بعضكم بعضا. أيحب أحدكم ان يأكل لحم أخيه
ميتا فكرهتموه. واتقوا الله. إنّ الله توّاب رحيم . (الحجرات : 12)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakanmu dari berprasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah
dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. 49 : 12)
Ataukah, lagi-lagi tetap dengan alasan tidak cukup waktu
atau memang kita terlalu angkuh dan merasa tidak perlu untuk mendengarkan
firman Allah tentang sikap dan perilaku yang harus kita ambil dan meski kita
jalani ? Na’udzubillahi Min Dzalik.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG BUDIMAN
Lalu ketika setiap kali muncul tanggapan atas berbagai
persoalan kemasyarakatan, masalah bangsa, atau bahkan agama yang kemudian
nampak adalah budaya saling mendiskriditkan” saling “mengkambinghitamkan” atau
mencari-cari pembenaran dan pembelaan atas “kepentingan” kelompok
masing-masing. Maka siapakah yang paling bertanggung jawab untuk
meluruskan semuanya itu ?
Menurut hemat kami, kita semua harus merasa punya
tanggung jawab untuk itu. kalau dituntut skala proritasnya tentu yang paling
punya tanggung jawab besar adalah mereka yang mengaku menjadi “pewaris para
nabi / ulama atau para intelektual”, kemudian para pemimpin atau Umara’, para
pengamat masalah agama, sosial, budaya, politik, dan ekonomi sampai akhirnya
pada kita semuanya juga.
Berbicara tentang khilaf, “perbedaan” atau katakanlah
pertikaian dikalangan umat Islam – termasuk sebagian besar para tokoh
pemimpinnya – lagi-lagi kita masih melihat sikap yang belum cukup dewasa (dan
entah harus menunggu sampai kapan) dalam menerima perbedaan. Dan sebagai
pelerai kebingungan masyarakat yang diakibatkan oleh pertikaian dikalangan
“Atas” atau “elit pemimpinnya” dimana mereka sendiri tidak dapat
menjelaskannya, lalu merekapun berlindung dan menyitir dawuhnya para pini sepuh
“Ikhtilafu al-immah rahmah” ; perbedaan pra imam / pemimpin itu suatu rahmah”.
Itu benar, tetapi saya khawatir, jangan-jangan dimaksudkan untuk satu tujuan
yang bathil. “Kalimatul haqqin uriida bihal baathil” karena pada kenyataannya
banyak diantara kita yang belum bisa menangkap rahmat Allah itu, bahkan
sebaliknya, justru tidak sedikit yang malah mengambil kesempatan untuk pamer
ketidakmampuan dalam berbeda, sehingga perbedaan apa saja yang mempunyai
potensi kontrofersial pada akhirnya hanyalah merupakan “kendaraan” yang dengan
mudah dapat dikendarai “sentimen” yang sudah subur karena terus dipupuk.
Oleh karenanya, para pemimpin dan orang-orang panutan
kita harus mampu mengaplikasikan fatwa-fatwa yang terus mereka anjurkan seperti
mawas diri, bersikap adil, pengendalian diri, menjaga persatuan, saling
tolong-menolong dan seterusnya dan sebagainya, termasuk sikap dewasa dalam
menerima perbedaan. Sebab ada ungkapan Arab yang menyatakan : “An-Naasu ‘Alaa
diini Muluukihim”, manusia itu tergantung pada (moral) agama para pemimpinnya”.
Kalau panutannya ngawur pengikutnyapun nabrak-nabrak juga. Kalau pemimpinnya
kekanak-kanakan bagaimana bisa diharapkan orang yang dipimpinnya menjadi
dewasa. Kalau memang benar, hal disebut terakhir terjadi, maka apakah yang bisa
kita lakukan ? kira-kira hanya tinggal do’a : “Allahummahdina wa Iyyahum”.
“Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada kita dan mereka semuanya”.
جعلنا الله
وإيّاكم من المتعاونـين والمتّحدين.وحشرنا وايّاكم فى زمرة
المتّقين.وأدخلنا وايّاكم فى جنّات النّعيم. آمين ياربّ العالمين. واذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون.
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرّقوا واذكروانعمة الله عليكم اذكنتم اعدآء فألف
بين قلوبـكم فاصبحتم بنعمته اخوانا وكنتم
على شفا حفرة من الـنّار فأنقذكم مـنها. كذالك يبيّن الله لكم ايـته لعلّكـم
تهتدون.
وقل ربّ اغفر وارحـم وأنت خــير ر احمـين.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.