Khutbah Jum’at; Berikhtiar Dalam Lingkaran Takdir

 


الحمد لله الذي ألف بالإسلام بين قلوب المؤمنين، والذي أوجب بالاتحاد، وحرم التفرق في كتابه المبين. وأشهد أن لا إله إلا الله هدى من شاء إلى الصراط المستقيم، وأشهد أن محمدا رسول الله خير داع إلى طريقه القويم. اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وصحبه ومن تهذبت نفوسهم بالقرآن الكريم فكانوا السادة المنصورين. أما بعد: فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله تعالى وطاعته. لعلكم تفلحون

Kita sekarang sudah berada di bulan Rabiul Awal, bulan di mana pernah dilahirkan seorang anak manusia yang bernama Muhammad, yang mana kelak dia diangkat menjadi Rasul Allah yang dicatat dalam sejarah sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam merubah sejarah kemanusiaan di muka bumi.

Micheal Hart memposisikan Muhammad SAW sebagai tokoh yang paling berpengaruh dari seratus orang yang memiliki kontribusi bagi kehidupan kemanusiaan.

Dalam konteks peristiwa sejarah, Rasulullah pernah menyatakan: “Aku dan para nabi sebelum aku, ibarat seorang membangun rumah, kemudian dibikin sedemikian baik dan indah, tetapi ada sebuah batu bata di salah satu sudutnya yang tidak terpasang, sehingga banyak orang berkeliling mengitarinya dengan rasa kagum dan heran. Mereka bertanya-tanya: “Tidakkah perlu dipasang bata di sini?” (beliau menjawab): “Akulah bata itu dan aku adalah penutup para nabi.” (Riwayat Imam Bukhari, VI: 436, Imam Muslim, VII: 64-65 dari Abu Hurairah)

Berbahagialah kita menjadi umat Nabi Muhammad, hal itu karena umat Nabi Muhammad merupakan umat yang mulia dan dimuliakan oleh Allah dengan sebab dan sikap yang dimilikinya. Maka salah satu ajaran yang dibawa oleh Rasul kita adalah Ajaran tentang Takdir, maka bagaimana kita memahami Takdir Allah agar tidak terperosok dalam tawakkal pasif dan pesimistis terhadap orientasi ke depan!

Memahami takdir Allah

Allah dan Rasul-Nya Muhammad menegaskan bahwa salah satu rukun Iman adalah percaya pada Takdir Allah (Qadha’ dan Qadar). Takdir Allah yang terkait dengan peristiwa alam, tidak bisa diotak-atik oleh manusia. Misalnya, bagaimana peredaran cakrawala, bulan yang berputar mengelilingi bumi, dan bumi mengelilingi matahari. Soal rizqi, jodoh, dan mati, diyakini Allah yang menentukan. Meskipun dalam soal rizqi, manusia harus dapat memahami taqdir Allah secara cerdas, agar tidak salah dalam usaha merubah nasib dan kehidupan.

Nasib manusia memang ada di dalam genggaman Allah, namun Allah menghendaki hamba-hambanya untuk berjuang dan bekerja keras. Manusia melakukan usaha dan kerja keras, dan Allah yang menentukan. Di sinilah perlunya manusia memiliki sikap tawakkal kepada Allah, agar manusia tidak terjebak dalam sikap frustasi dan penyesalan secara berlebihan, manakala mengalami kegagalan dalam usaha dan ikhtiarnya.

Nasib dan Ikhtiar

Manusia diciptakan oleh Allah dalam ciptaan yang terbaik. Sebagaimana firman-Nya:

لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فىِ أَحْسَنِ تَقْوِيْم، ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِيْنَ، إِلَّا الّذِيْنِ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْن (التين 4-6(

Artinya:

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi merkeka pahala yang tiada putus-putusnya.

Pada ayat ini ditegaskan bahwa prestasi manusia dapat diraih oleh mereka yang beriman dan mengerjakan amal sholeh. Amal sholeh adalah usaha dan kerja keras yang serasi dan sejalan dengan hukum Allah, Sunnah Rasul, dan hukum kepatutan dan kepantasan dalam masyarakat (ma’ruf). Dari hasil kerja keras dan ikhtiar, dijanjikan kepada mereka imbalan pahala yang tiada putus-putusnya.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa nasib manusia sebagian besar berada di tangan manusia sendiri, seberapa dia memaknai iman dan takwanya dalam kehidupan nyata berupa usaha (Ikhtiar) dan kerja kerasnya untuk merubah nasibnya, karena Allah sudah memberikan sebagian kewenangan untuk merubah diri mereka.

Allah menegaskan:

وَابْتَغِ فِيْمَا آتَاكَ الله الدَّار الأَخِرَة وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ الله إِلَيْكَ (القصص: 77(

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kabahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.

Antara Kewajiban dan Hak

Dalam setiap amalan ibadah, kita diajari untuk melaksanakan kewajiban terlebih dahulu baru menuntut hak. Allah berfirman:

إَيّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَاكَ نَسْتَعِيْنَ ( الفاتحة: 5(

Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami meminta pertolongan.

Orang yang rajin beribadah baik mahdhah (vertikal), maupun sosial (horizontal), maka Allah akan menolongnya dengan tanpa prediksi. Apakah itu kehidupan yang mudah, rizqi tak terduga, dan diberi jalan keluar atau solusi setiap kali menghadapi kesulitan.

Dengan memahami bahwa nasib manusia sebagian diserahkan kepada manusia, dan Takdir Allah terus ditorehkan tintanya, maka sebagai manusia harus menyerahkan semuanya kepada Allah, agar tidak ditindas oleh bala tentara kebencian, penyesalan, dan kebinasaan atau frustasi. Percayalah kepada kebenaran Qadha Allah, bila tidak percaya akan dilandas banjir penyesalan.

Dengan demikian jiwa kita akan tetap tenang menjalani segala perjuangan dan usaha untuk mengubah nasib dengan cara-cara yang diperintahkan oleh Allah. Karena untuk merubah nasib dan keadaan, Allah memberi kesempatan dan “kewajiban” kepada kita untuk melakukannya. Bila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, maka itu merupakan bagian ketentuan yang harus kita terima dengan lapang dada dan ikhlas.

Perjuangan dan kerja keras dalam berusaha untuk merubah nasib adalah merupakan amal yang shaleh yang akan bermanfaant untuk mewarisi bumi ini.

Firman Allah:

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فىِ الِّزبُوْرِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ ( الأنبياء: 105(

Artinya:

Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasannya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.

Semoga kita termasuk hamba Allah yang beriman terhadap takdir-Nya, sehingga memahami posisi takdir Allah dan kewajiban manusia untuk berjuang dan bekerja keras, sehingga memiliki sikap tawakkal (pasrah diri) dan menerima (qana’ah) pemberian Allah, jauh dari sifat putus asa (frustasi) dan tindakan lainnya yang negatif.

Semoga dengan menambah ibadah mahdhah dan sosial dapat membawa kita menuju Takdir Allah yang Radhiyan mardhiyah. Amien.

بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم.


Baca juga: Setiap Diri Akan Merasakan Mati


الخطبة الثانية

الحمد لله الذي بين لعباده ما لهم من حقوق وما عليهم من الواجبات. أشهد أن لا إله إلا الله شرع نظام المعاملات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أمر بالإخلاص فى العبادات. اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وصحبه الذين تورعوا عن الشبهات وجانبوا المنكرات

أما بعد فيا عباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. فقال تعالى فى كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم من يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب. وأن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملائكة بقدسه، إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسلميا

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد وسلم ورضي الله تبارك وتعالى عن كل صحابة رسول الله أجمعين والحمد لله رب العالمين، حمدا شاكرين حمدا ناعمين حمدا يوافى نعمه ويكافئ مزيده يا ربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. ربنا فاغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا وتوفنا مع الأبرار. ربنا وآتنا ما وعدتنا على رسلك ولا تحزنا يوم القيامة إنك لا تخلف الميعاد. ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama