Khutbah 1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الصَّوْمَ
حِصْنًا لِأَوْلِيَائِهِ وَ جُنَّةً، وَفَتَحَ لَهُمْ بِهِ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ، أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَائِدِ الْخَلْقِ وَمُمَهِّدِ السُّنَّةِ، وَعَلَى اٰلِهِ
وَأَصْحَابِهِ ذَوِيْ الْأَبْصَارِ الثَّاقِبَةِ وَالْعُقُوْلِ الْمُرَجِّحَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَ
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang
dilarang dan diharamkan.
Jamah yang dimuliakan Allah.
Alhamdulillah, tahun ini kita kembali dipertemukan dengan
bulan suci Ramadhan. Bulan yang di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan
keutamaan bagi umat Muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini
intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi
menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah
sunnah di dalamnya.
Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba
bulan Ramadhan umat Muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala
amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat. Dalam satu
hadits diriwayatkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ
مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ
لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصائم أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, ‘Rasulullah
saw bersabda, ‘Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal)
kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla
berfirman, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan
membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya
karena-Ku.’
Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan.
Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan
Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah
daripada wanginya kesturi.’” (HR Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat Muslim
saat Ramadhan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah
bersabda,
.أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ،
وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Artinya, “Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat,
pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” (Ibnu
Khuzaimah)
Pertama adalah rahmat. Rahmat merupakan kasih sayang
Allah kepada hamba-Nya. Berkat rahmat inilah kelak umat Muslim bisa mendapat
ampunan di akhirat dan memperoleh balasan surga. Bahkan dikatakan bahwa rahmat
merupakan penentu nasib seseorang kelak di hari akhir. Boleh jadi orang rajin
beribadah, tapi jika belum meraih rahmat Allah ia tidak mendapat jaminan masuk
surga.
Meski demikian, bukan berarti kita meremehkan ibadah
dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah
ketaatan seorang hamba kepada Allah.
Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang
hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk
surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah
ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan
mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.
Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita
kepada Nabi Muhammad saw, “Hai, Muhammad! demi Allah yang telah menugaskan
engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba
tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung.”
Ringkas kisah, hamba itu memohon kepada Allah untuk
mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari
kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya,
"Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku!"
Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang
membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat
Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal
ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukan dia ke
neraka.
Sebelum dimasukkan ke dalam neraka, hamba itu mau
mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun
tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul
Ghafilin, t.t, h. 63)
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Keutamaan Ramadhan berikutnya adalah maghfirah atau
ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak
dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan
fitrah manusia. Rasulullah saw bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ
التَّوَّابُوْنَ.
Artinya, “Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah,
dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR Tirmidzi).
Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak
bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang
awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa. Hanya, yang
membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan
bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan
ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Oleh karena ini, jangan sia-siakan
kesempatan emas yang hanya datang satu bulan dalam setahun ini.
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Keistimewaan yang Allah janjikan saat Ramadhan berikutnya
adalah balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ
Artinya, “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu
surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR Muslim)
Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh ‘Izzuddin bin
Abdissalam menjelaskan, maksud ‘dibukanya pintu surga’ merupakan simbol imbauan
bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadhan,
sementara ‘dibelengguhnya setan’ merupakan simbol untuk mencegah diri dari
perbuatan maksiat. (Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922:
12).
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Sekian khutbah yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita
bisa melalui Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan maksimal
sehingga bisa meraih ampunan, rahmat, dan balasan surga dari Allah swt.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: BEBERAPA RAHASIA AL QURAN #12; ORANG-ORANG YANG BERBUAT BAIK AKAN MEMPEROLEH KEBAIKAN
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ
الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ
بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ