الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا
مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ
بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah
mengaruniakan kepada kita beragam nikmat dalam hidup kita. Meskipun banyak di
antara nikmat itu yang seringkali tidak kita sadari kehadirannya. Termasuk di
antaranya nikmat dalam bentuk ujian dan musibah yang ditakdirkanNya dalam
kehidupan kita.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Hidup kita yang singkat ini tidak mungkin akan terlepas
dari rangkaian ujian dan musibah. Mengapa? Karena tabiat dan karakter kehidupan
dunia ini memang seperti itu adanya. Dunia adalah Darul Ibtila’, sebuah negeri
dimana ujian dan musibah silih berganti kehadirannya. Apalagi jika kita telah
memilih komitmen untuk beriman kepada Allah dan RasulNya.
Allah Ta’ala mengatakan:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Terjemahnya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan menyatakan: ‘Kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji?
Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka niscaya Allah
pasti mengetahui orang-orang yang jujur (dengan komitmen imannya), dan Dia
pasti mengetahui orang-orang yang berdusta (dengan komitmen imannya).” (QS.
al-‘Ankabut ayat 2-3)
Karena itu, manusia yang paling berat ujiannya di dunia
ini adalah mereka yang berada di puncak penghambaan dan ketaatan pada Allah
Ta’ala. Itulah sebabnya, manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi
dan Rasul, kemudian yang paling mendekati dan mengikuti mereka. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ
الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي البَلَاءِ
Artinya: Manusia yang paling berat ujiannya adalah para
Nabi, kemudian para orang shalih, kemudian yang paling menyerupai mereka.
Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka jika agamanya kuat,
akan ditambah pula ujiannya. (HR. Tirmidzi).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Maka, kita takkan mungkin berlari dan menjauh dari ujian
dan musibah itu selama kita masih berada di dunia ini. Sehingga langkah yang
paling tepat bagi kita adalah bagaimana kita selalu belajar menikmati ujian dan
musibah itu sebagai sebuah karunia dari Allah Azza wa Jalla.
Untuk itu, kita harus merenungkan beragam hikmah dan
manfaat di balik kehadiran setiap ujian dan musibah itu. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
Pertama, ujian dan musibah itu akan selalu mengingatkan
kita tentang betapa Mahabesar dan Mahakuasanya Allah Ta’ala, serta betapa
mahalemah serta maha tidak berdayanya kita sebagai makhluk ciptaanNya. Karena
tanpa ujian dan musibah dalam hidupnya, manusia akan lupa bahwa ia adalah
makhluk yang payah dan lemah, lantaran pencapaian-pencapaian dunia yang ia
dapatkan.
Karena itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah ketika
menjelaskan tentang kekalahan kaum muslimin dalam Perang Uhud di zaman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjelaskan bahwa salah satu
“manfaat” dari kekalahan itu adalah bahwa Allah ingin agar para kekasihNya itu
dapat menunjukkan bulatnya penghambaan, ketundukan, kepasrahan dan ketaatan
mereka pada Allah; baik di kala senang maupun susah, di kala menang maupun saat
kalah!
Sebab seorang hamba yang sejati adalah yang memilih untuk
menghamba dan tunduk-taat pada Allah di seluruh kondisi dan episode hidupnya di
dunia. Hamba yang sejati tidak pernah memilih untuk tunduk beribadah pada Allah
saat senang dan lapang saja. Atau sebaliknya, hanya datang pada Allah saat
sempit dan terhimpit. Tapi saat berkelimpahan, ia menjauh dari Allah dan asyik
dengan dunianya.
Kedua, ketika Allah menimpakan ujian dan musibah pada
kita, maka itu artinya Allah masih memberikan kesempatan pada kita untuk
kembali padaNya dan memperbaiki jalan hidup kita. Karena kita tidak pernah ragu
bahwa penyebab utama hadirnya ujian dan musibah itu adalah dosa dan kesalahan
kita sendiri.
Maka, ujian dan musibah itu adalah kesempatan untuk
merenung diri dan bertaubat pada Allah Ta’ala. Sebagaimana yang Allah katakan:
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Terjemahnya: Dan Kami menguji mereka dengan karunia
kebaikan dan keburukan (musibah), agar mereka kembali (bertaubat pada Allah).
(QS. al-A’raf ayat 168)
Karena itu, bersyukurlah jika Allah Azza wa Jalla masih
mengaruniakan ujian dan musibah, karena itu adalah kesempatan satu kali lagi
untuk memperbaiki diri dan meruntuhkan keangkuhan hati atas capaian-capaian
duniawi kita.
Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa ujian
dan musibah itu akan menjadi penghapus dosa dan peninggi derajat kemuliaan kita
di sisi Allah Azza wa Jalla.
Siapa di antara kita yang tidak punya dosa?
Siapa di antara kita yang tidak pernah jatuh dalam
kesalahan?
Kita bahkan seringkali bingung: bagaimana caranya
menghapuskan dosa-dosa itu. Hingga akhirnya, Allah hadirkan ujian dan musibah
dalam hidup kita. Ujian dan musibah yang akan membasuh dosa-dosa itu.
Maka, seorang hamba yang bersabar dan menguatkan hati
saat musibah menimpanya, niscaya akan Allah hapuskan dosa dan salahnya. Bahkan
Allah akan muliakan ia dengan pahala yang besar dan kemuliaan di sisinya. Nabi
kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ،
وَلاَ هَمٍّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا،
إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya: Tidak ada satu pun kepayahan, kesusahan,
kegalauan, kesedihan, gangguan dan kegundahan yang menimpa seorang muslim;
bahkan meski itu adalah sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengan itu Allah
akan hapuskan kesalahan-kesalahannya. (HR. al-Bukhari)
Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan:
إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ،
وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا،
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya: Sesungguhnya besarnya balasan itu sebanding
dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah itu jika mencintai suatu kaum,
maka Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha (menerima ujian itu),
niscaya ia layak mendapatkan ridha Allah. Namun siapa yang marah (menerima
ujian itu), maka ia pun pantas menerima kemarahan (Allah). (HR. al-Tirmidzi)
Maka, kaum muslimin yang berbahagia...
Allah Ta’ala pasti akan selalu menguji kita. Ujian dan
musibah-kecil ataupun besar-akan selalu menjadi penghias utama jalan kehidupan
kita di dunia ini. Kita tinggal memilih akan menjadi sosok hamba yang bagaimana
saat ujian dan musibah itu hadir:
Apakah menjadi hamba yang mengeluh dan mengumbar kecewa,
atau menjadi hamba yang teguh bersabar sembari meresapi nikmat indah ujian dan
musibah dari Allah itu. Masing-masing ada konsekwensinya tersendiri dalam hidup
kita, di dunia dan akhirat.
Yang pasti, hamba yang mengeluh dan mengumbar kecewa akan
ditimpa 2 musibah sekaligus: musibah itu sendiri, lalu musibah kehilangan
balasan Allah yang nilainya jauh lebih besar dari ujian dan musibah yang
menimpa.
Sebaliknya, hamba yang bersabar meneguhkan hati, justru
akan mendapat 2 karunia: karunia kelapangan dan ketenangan jiwa, serta karunia
akhirat berupa pengampuan dosa dan kemuliaan derajat di sisi Allah Ta’ala.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: Daftar isi Kumpulan Terjemah Kitab Sullamut Taufiq (Sullam Al Taufiq)
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ
لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ
تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ
إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ
أيها الناس رحمكم الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ
بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Seorang muslim seharusnya selalu mempunyai cara pandang
yang baik dan benar dalam melihat ujian dan musibah dalam hidupnya. Tapi cara
pandang yang baik dan benar itu takkan mungkin terwujud, kecuali dengan
landasan ilmu syar’i atau ilmu agama yang benar pula.
Karena itu, dalam kesempatan ini pula, kami mengingatkan
jamaah sekalian agar tak lupa menyediakan waktu untuk mempelajari al-Qur’an,
mempelajari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari agama kita
ini. Karena ilmu agama adalah panglima dalam hidup. Panglima dalam meluruskan
perspektif dan cara pandang. Panglima dalam mengambil sikap dan keputusan. Dan
yang paling penting adalah bahwa ilmu syar’i itu menjadi panglima yang memandu
kita memasuki Surga Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari
ilmu syar’i (agama), maka dengan itu Allah akan memudahkannya menempuh jalan
menuju SurgaNya.” (HR. Muslim)
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa
tegar menghadapi segala ujian, dan istiqamah dalam ketaatan hingga ajal
menjemput, Aamiin...
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ
ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ
أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ
وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا
رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ