Khutbah Jum’at: Banyak Mengingat Kematian, Hidup Lebih Bermakna

 


Khutbah Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا

مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ

فإن خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

 

Peringatan Al-Quran Tentang Kematian

Hadirin jamaah Jumat arsyadakumullah

Allah Ta’ala sering mengingatkan orang-orang beriman tentang kematian di dalam Al-Quran Al-Karim. Tercatat, kata al-maut (kematian) disebut sebanyak 51 kali dalam Al-Quran. Bila ditambah dengan kata yang bermakna kematian di luar kata al-maut, jumlahnya akan lebih banyak.

Di antara ayat yang mengingatkan tentang kematian adalah ayat-ayat berikut ini:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali Imran: 185]

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-Jum’uah: 8]

Allah juga berfirman,

وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ ثُمَّ رُدُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ مَوْلَىٰهُمُ ٱلْحَقِّ ۚ أَلَا لَهُ ٱلْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ ٱلْحَٰسِبِينَ

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.

Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan yang paling cepat.” [Al-An’am: 61-62]

Begitu banyak firman Allah tentang kematian. Ini menunjukkan besarnya perhatian Allah tentang masalah kematian. Kematian adalah perkara besar. Ia menjadi pintu gerbang menuju akhirat.

Anjuran Rasulullah SAW Untuk Banyak Mengingat Kematian

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Rasulullah SAW juga memberikan perhatian besar terhadap masalah kematian. Beliau sering mengingatkan para sahabatnya tentang masalah kematian. Di antara sabda beliau yang memperingatkan tentang kematian adalah berikut ini:

وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ: إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ

Jangan pernah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang yang suka berbuat baik, semoga dia bisa menambah amal kebaikan. Dan jika dia orang yang biasa berbuat buruk, semoga bisa memohon untuk bertaubat.” [Hadits Riwayat al-Bukhari no. 567, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” [Hadits riwayat Ibnu Majah, no. 4.258; At-Tirmidzi; An-Nasai; Ahmad].

 

Manfaat Banyak Mengingat Kematian

Banyak mengingat kematian adalah sunnah yang mulia. Namun, pada masa sekarang ini, kelihatannya sudah banyak dilupakan orang. Padahal sunnah ini begitu besar manfaatnya bagi yang suka melaziminya.

Memang, yang biasa melazimi sunnah ini hanyalah mereka yang termasuk kategori orang-orang yang cerdik. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

Dari Ibnu Umar, dia berkata,”Aku pernah bersama Rasulullah SAW , lalu seorang laki-laki Anshar menghadap kepadanya. Dia mengucapkan salam kepada Nabi SAW . Setelah itu dia bertanya, ”Wahai, Rasulullah. Orang mukmin seperti apakah yang paling utama?”

Beliau menjawab, ”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi, ”Orang mukmin seperti apakah yang paling cerdik?” Beliau menjawab, ”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdik.”

[Hadits riwayat Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384].

Imam Al Qurthubi rahimahullah menukil pernyataan dari Imam Ad Daqqaq rahimahullah bahwa beliau berkata,”Siapa banyak mengingat kematian niscaya ia akan dimuliakan dengan 3 hal:

1.Bersegera untuk bertaubat

2.Hati menjadi qana’ah

3.Giat dalam beribadah

Imam Abu Ali Ad-Daqqaq adalah seorang ulama yang terkenal zuhud di masanya. Beliau meninggal pada tahun 405 H. Kesimpulan beliau tentang manfaat banyak mengingat kematian ini sangat menarik untuk dicermati.

Orang yang sering mengingat kematian dan berbagai kejadian setelahnya, biasanya tidak akan suka menunda taubat. Dia segera melakukan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Dia tidak akan menjadi orang yang suka berkubang di lumpur maksiat.

Hal ini logis, karena kesadaran akan kehidupan akhirat itu sangat mempengaruhi cara berpikir dan bersikap seseorang di dunia ini. Sebagai contoh kasus adalah adanya sahabat Nabi SAW yang melakukan zina, padahal tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Ketika mereka berzina, mereka dalam keadaan tidak ingat sama sekali tentang akibat perbuatan mereka di akhirat nanti.

Namun begitu mereka kembali teringat akan dahsyatnya sanksi di hari pembalasan (yaumul Jaza), maka saat itu juga mereka merasakan ketakutan yang sangat kuat.

Rasa takut ini menjadikannya berani mengambil resiko untuk dihukum mati dengan cara yang sangat berat, yaitu dirajam di hadapan banyak orang. Hukuman rajam diberlakukan bagi pezina yang sudah menikah.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah mengenai kisah taubatnya sahabat Nabi SAW bernama Ma’iz. Ma’iz secara sukarela mengaku kepada Nabi mereka bahwa dia telah berzina dan minta untuk dibersihkan dosanya meskipun dengan cara dirajam.

Taubat Ma’iz, kata Nabi SAW , adalah taubat yang diterima, hingga nilainya bila dibagi untuk seluruh penduduk Madinah saat itu akan mencukupi.

Jamaah Jumat rahimakumullah

Orang yang banyak mengingat kematian itu akan menjadi orang yang tidak memiliki obsesi keduniaan yang muluk-muluk.

Dia akan cenderung hidup sederhana, tidak bermewah-mewah. Ia akan mudah bersikap qana’ah.

Dia tidak akan mendahulukan dunia daripada tuntutan syariat ketika dua hal tersebut bebenturan pada satu waktu.

Gaya hidup materialistis dan hedonis yang banyak menjangkiti orang pada masa sekarang ini tidak akan menimpanya. Hal ini karena kematian senantiasa terbayang di benaknya.

Seolah, alam akhirat sudah sedemikian dekat dengannya. Daya tarik dunia menjadi melemah dalam dirinya.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim, bahwa Nabi SAW bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali hal itu akan melonggarkan kesempitan tersebut pada dirinya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu lapang (kehidupannya), kecuali hal itu akan menyempitkan keluasan hidup pada dirinya.” [Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 1.222; Shahih At Targhib, no. 3.333].

Manfaat yang ketiga dari melaksanakan sunnah banyak mengingat kematian adalah menjadikan seorang muslim giat dalam beribadah. Orang yang terbiasa memperbanyak ingat kepada kematian dan alam akhirat, akan memiliki semangat yang kuat untuk beribadah.

Semangat ini muncul dari dalam jiwanya. Semacam inner spirit. Ini yang menyebabkan generasi awal umat Islam ini, baik dari kalangan sahabat Nabi SAW , tabi’in maupun tabi’ut tabi’in, memiliki semangat yang seolah tak kenal redup dalam beribadah.

 

Bencana Akibat Melupakan Kematian

Jamaah Jumat rahimakumullah

Imam Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah melanjutkan pelajarannya. Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang melupakan kematian niscaya ia akan dihukum dengan 3 hal:

1. Suka menunda taubat

2. Hati tidak bisa bersikap qana’ah

3. Malas beribadah.

Suka menunda taubat dari kubangan dosa adalah ciri khas orang yang lupa kepada akhirat. Senantiasa merasa usia masih panjang. Padahal kematian bisa datang kapan saja. Ini jelas akibat logis dari melupakan kematian.

Akibat berikutnya dari melupakan kematian adalah sulitnya hati untuk bisa bersikap qana’ah. Hal ini bisa terjadi karena hatinya sudah dipenuhi dengan berbagai angan yang melambung tinggi tentang kemewahan dunia.

Penuhnya hati dengan ambisi duniawi ini karena akhirat sudah tidak lagi tergambar dengan jelas dalam hatinya.

Gambaran tentang akhirat menjadi kabur bahkan lenyap karena pintu gerbang menuju akhirat, yaitu kematian, sudah dilupakan sama sekali. Akibatnya dia lalai terhadap akhirat yang menjadi terminal akhir kehidupan seluruh umat manusia.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يَعْلَمُونَ ظَٰهِرًا مِّنَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ ٱلْءَاخِرَةِ هُمْ غَٰفِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” [Ar-Rum: 7]

Bila seorang muslim merasa malas untuk melakukan ibadah sunnah seperti shalat tahajjud, shiyam sunnah, membaca al-quran, shalat dhuha, dzikir pagi dan sore membaca istighfar, shalawat nabi dan seterusnya, itu bersumber dari jauhnya dirinya dari sunnah yang agung ini, yaitu banyak mengingat kematian.

Kemungkinan besar yang memenuhi memorinya adalah perkara-perkara dunia. Sebagai akibat logisnya, semangat untuk memperbanyak bekal pulang ke akhirat menjadi lemah.

Ini diperparah dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif. Sebagian masyarakat masa kini cenderung materialistis dan hedonis, sehingga kesadaran untuk banyak beribadah begitu lemah.

Cara Mengingat Kematian

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Bila demikian pentingnya sunnah banyak mengingat kematian (dzikrul maut) ini, lantas bagaimanakah cara memperbanyak mengingat kematian? Apakah seseorang harus sesering mungkin datang ke kuburan? Tentu saja tidak. Ini sangat merepotkan.

Untuk menjalankan sunnah memperbanyak mengingat kematian, kita bisa melakukan hal-hal berikut ini:

1.         Secara berkala melakukan ziarah kubur.

2.         Membaca ayat-ayat al-quran yang berbicara tentang akhirat, surga dan neraka beserta terjemahannya bila tidak mengetahui bahasa Arab. Apabila ditambah dengan membaca tafsirnya akan lebih baik lagi. Sekarang sudah banyak tersedia tafsir online yang merujuk kepada kitab para ulama terpercaya dalam bahasa Indonesia. Tinggal meluangkan sedikit waktu untuk membacanya.

3.         Selalu meluangkan waktu untuk membaca hadits-hadits Nabi SAW dan terjemahannya yang membahas tentang kematian, alam akhirat, surga dan neraka. Akan lebih baik bila ditambah dengan membaca penjelasan para ulama tentang hadits tersebut.

4.         Biasakan untuk mendengarkan ceramah para ustadz yang menjelaskan tentang masalah kematian, akhirat, surga dan neraka. Silahkan dipilih ustadz yang paling berilmu dan paling menyentuh dalam membahas tema-tema tersebut.

5.         Senantiasa membaca doa pengantar tidur dengan memahami maknanya. Isi doa sebelum tidur itu mengingatkan tentang kematian. Tidur adalah saudara kematian. Bila doa ini dilakukan setiap hari dengan penuh kesadaran, kesungguhan dan ketulusan akan besar pengaruhnya terhadap kondisi kejiwaan seorang Muslim.

6.         Sering membaca kisah orang-orang shalih, bagaimana mereka senantiasa bersiap menghadapi kematian. Utamakan kisah orang-orang shalih dari 3 generasi terbaik umat Islam, yaitu sahabat Nabi SAW , tabi’in dan tabiut tabi’in.

Saran ini bukan membatasi namun hanyalah gambaran bagi yang belum tahu sama sekali. Boleh jadi seseorang mendapatkan cara yang jauh lebih baik dari cara-cara di atas. Silahkan untuk dilakukan selama tidak melanggar tuntunan syariat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semua taufik dan hidayah-Nya dan melindungi kita semua dari keburukan fitnah dunia dan lalai terhadap akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Baca juga: Menyingkap Rahasia Alam Semesta #6; TEMUAN ILMIAH TERBARU DI DALAM AL QURAN

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Tabiat dasar manusia secara umum adalah menyukai harta dan ingin tinggal di dunia dalam jangka waktu lama. Hal ini terus melekat pada dirinya hingga usia tua.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

Anak keturunan Adam semakin tua dan ada dua hal yang juga semakin tua (semakin menguat) bersamanya yaitu rasa cinta kepada harta dan panjang usia.” [ Hadits riwayat Al-Bukhari no. 5942]

Satu-satunya cara untuk bisa mengendalikan kecenderungan alami tersebut hanyalah dengan memperbanyak ingat kematian. Tidak ada cara lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh seorang tokoh ulama Tabi’in Syumaith bin ‘Ajlan rahimahullah,

قَالَ شَمِيْط بْنِ عِجْلَان -رَحِمَهُ الله تَعَالَى- : ” مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نَصْبَ عَيْنَيْهِ .. لَمْ يُبَالِ بِضَيْقِ الدُّنْيَا ، وَلَا بِسِعَتِهَا

Siapa yang menjadikan kematian selalu terbayang di pelupuk matanya niscaya dia tidak akan peduli dengan kesempitan dunia maupun keluasannya.”i

Usia umat Nabi Muhammad SAW kebanyakan berkisar antara 60 hingga 70 tahun sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Al-Hakim, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan yang lainnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda,

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ». وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ

Umur umatku berkisar antara 60 tahun hingga 70 tahun dan orang yang usianya lebih dari itu sangat sedikit jumlahnya.” [Hadits shahih menurut Syaikh Ahmas Syarif An-Na’san.]ii

Kalaulah umur kita masih begitu muda, bukan berarti kita boleh merasa aman dari kematian lalu melupakan sunnah memperbanyak mengingat kematian. Sebab kematian itu pasti, waktunya tidak diketahui dan bagaimana kita mengakhiri kehidupan itu tergantung apa yang kita lakukan setiap hari.

Untuk itu, biar kita tidak kaget dan menyesal karena kehilangan umur untuk berbekal ke akhirat, marilah kita tekuni sunnah memperbanyak ingat mati, dengan cara yang bisa kita lazimi.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita sikap istiqamah di atas agama ini dan menutup umur kita dengan husnul khatimah di hari terbaik, dengan amal terbaik yang kita jalani selama ini.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَرِنَا اْلحَقَّ حَقّاً وَاْرزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَاْرزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama