إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا.أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي
النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Betapa kurang ajarnya tingkah pemuda Yahudi Bani Qainuqa'
di Madinah. Pemuda-pemuda bejat akhlaqnya itu menarik-narik kain
seorang perempuan yang sedang berjual beli dengan mereka. Betapa sadisnya
kebiadaban Yahudi Bani Nadzir di Madinah yang ingin menjatuhkan batu besar ke diri
Rasulullah, Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Dan betapa liciknya
kemunafikan Yahudi Bani Quraiddhah yang mengadakan permufakatan rahasia dengan
kafir Quraisy ketika perang Khandaq, di mana kaum muslimin dipimpin Rasulullah
berada di dalam parit.
Bejatnya akhlaq, sadisnya tingkah dan liciknya hati
busuk, semuanya telah mewabah pada darah daging mereka orang-orang Yahudi Bani
Israel. Dan penyakit akhlaq yang sampai memuncak itu tentunya ada
bibit-bibit penyakitnya. Bukan sekadar kuman akhlaq yang ringan, tetapi kuman
yang berbahaya. Dan kuman itu tidak hanya sekali datang berlalu, namun sekali
datang dan datang lagi, bahkan senantiasa diusahakan datang. Apa itu?
"Aklihimus suht". Makanan mereka haram.
Di dalam Al-Quran ditegaskan oleh Allah:
“Dan engkau akan melihat kebanyakan dari mereka (orang
Yahudi) berlomba-lomba dengan dosa dan permusuhan dan mema-kan yang haram.
Sungguh buruklah apa yang mereka kerjakan”. (Al-Maidah : 62).
Kenapa yang jadi bibit penyakitnya makanan haram? Jelas.
Mereka memiliki energi, tenaga untuk berbuat adalah karena makanan. Lantas,
mereka berbuat aneka usaha, arahnya adalah mencari makan. Jadi makanan di sini
ibarat terminal, tempat berangkat dan sekaligus tempat tujuan. Kalau makanan
itu sudah jelas-jelas haram dan itulah yang menjadi pangkal mereka berbuat,
maka kebaikan apa yang perlu mereka perjuangkan dengan modal makanan haram itu?
Tidak mungkin mereka memburu kebaikan dengan umpan yang dimiliki berupa modal
makanan haram. Maka tidak mungkin pula mereka berhati-hati untuk
memperhitungkan mana yang halal dan mana yang haram dalam memburu sasaran yang
tak lain adalah makanan pula. Ibarat orang yang memang sudah memakai baju kotor
untuk membengkel, mana mungkin ia menghitung-hitung mana tempat yang bersih dan
mana yang kotor. Toh tempat yang bersih ataupun kotor sama saja, bahkan lebih
perlu menyingkiri tempat yang bersih, karena nanti harus bertugas membersihkan
tempat itu kalau kena kotoran dari bajunya.
Singkatnya, dengan modal bekal makanan haram,
perbuatannya pun cenderung menempuh jalan haram, dan hasilnya pun barang haram,
kemudian dimakanlah hasil yang haram itu untuk bekal berbuat yang haram lagi
dan seterusnya.
Moral buruk dan makanan haram
"..Sungguh buruklah apa yang mereka kerjakan!"
Ini penegasan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Perbuatan mereka itu jelas dicap sebagai keburukan. Namun
bukan sekadar mandeg/berhenti sampai perbuatan mereka itu saja sirkulasinya.
Tidak. Dalam contoh kasus ini, yang berusaha mencari makanan haram tentunya
adalah orang tua, penanggung jawab keluarga. Tetapi yang memakan hasilnya,
makanan haram, berarti seluruh keluarga yang ditanggung oleh pencari harta
haram itu. Dan ternyata, betapa bejatnya akhlaq/moral pemuda-pemuda alias
anak-anak mereka yang diberi makan dengan makanan haram itu. Pemuda-pemuda itu
sampai begitu lancangnya, menarik-narik kain perempuan di pasar saat berjual
beli.
Mungkinkah pemuda-pemuda tersebut sebejat itu kalau
mereka ditumbuhkan dengan makanan halal, mereka lihat orang tuanya shaleh,
lingkungannya baik-baik dan terjalin ukhuwah/ persaudaraan dengan baik? Sebaliknya,
mungkinkah dengan modal makanan haram itu orang tua menunjukkan
"baiknya" perbuatan jahat mereka (yang sudah ketahuan memburu barang
haram), menampakkan ketulusan hati (yang sudah ketahuan rakus terhadap barang
haram) dan menasihati dengan amalan baik-baik (sedang dirinya jelas melanggar)?
Tidak
mungkin. Maka tumbuh dengan suburlah generasi penerus mereka itu dengan
pupuk-pupuk serba haram dan jahat. Itulah.
Orang alim agama ada yang lebih parah
Sikap seperti itu sungguh parah. Tetapi, masih ada yang
lebih parah. Karena yang lebih parah ini bahkan menyangkut orang-orang pandai
dan pemuka agama, maka Allah Subhannahu wa Ta'ala mengecamnya cukup diawali
dengan bentuk pertanyaan.
“Mengapa orang-orang alim mereka, dan pendeta-pendeta
mereka (Yahudi) tidak melarang mereka mengucapkan perkataan dosa dan memakan
yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.”
(Al-Maidah : 63).
Kita dalam hal diamnya para alim dan pemuka agama di kalangan
Yahudi itu bisa juga menduga-duga kenapa mereka tidak mencegah perkataan dosa
dan makan haram. Dugaan itu akan membuat perasaan bergetar, kalau sampai mereka
yang alim dan pemuka agama di kalangan Yahudi itu bahkan antri ikut makan
haram.
Maka ayat tersebut, bagi Ibnu Abbas (sahabat Nabi n yang
ahli tafsir Al-Quran) adalah celaan yang paling keras terhadap ulama yang
melalaikan tugas mereka dalam menyampaikan da'wah tentang larangan-larangan dan
kejahatan-kejahatan. Bahkan Ad-Dhohhaak berkata, tidak
ada ayat dalam Al-Quran yang lebih aku takuti daripada ayat ini.
Tidak kurang dari itu, bahkan cercaan Allah itu lebih
penting untuk disadari oleh ulama Islam, bukan sekadar cerita cercaan terhadap
pendeta-pendeta Yahudi.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوا
اللهَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca juga: TAFSIR SURAH QURAISY
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.