إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ
أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk
senantiasa beribadah kepadaNya. Karena itulah tujuan hidup kita di dunia. Allah
berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
﴿٥٦﴾
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS.
Adz-Dzariyat[51]: 56)
Maka kewajiban setiap hamba untuk benar-benar
memperhatikan tentang ibadah. Karena itu adalah merupakan tujuan hidupnya. Manusia
tidak diciptakan untuk hidup di dunia selamanya, manusia tidak diciptakan untuk
senantiasa mencari dunia dan dunia walaupun itu sesuatu yang ia butuhkan dalam
hidupnya. Karena sesungguhnya ibadah adalah kebutuhan yang lebih besar daripada
makanan dan minuman.
Maka kewajiban seorang hamba untuk senantiasa
merealisasikan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menuntut
ilmu, dengan cara berusaha mengamalkan ilmu,
dengan cara berusaha untuk mengikuti jejak kaki Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Karena tidak ada manfaat hidup kalau ternyata tidak diwarnai
dengan ibadah kepada Allah.
Manusia berbeda dengan binatang ternak. Binatang ternak
hanya mengikuti hawa nafsu saja, mereka tidak diberikan oleh Allah akal, mereka
tidak diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala alat untuk berpikir. Mereka
hanya hidup di dunia saja. Adapun di hari akhirat mereka dikumpulkan kemudian
menjadi tanah. Saat itulah orang-orang kafir berkata:
يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا
“Andaikan aku pun menjadi tanah
seperti mereka.” (QS. An-Naba'[78]: 40)
Maka dari itu saudaraku.. Manusia diberikan oleh Allah
balasan di akhirat kelak.
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
“Siapa yang mengamalkan kebaikan
sekecil apapun dia akan melihat balasannya dan siapa yang mengamalkan keburukan
sekecil apapun dia akan melihat balasannya.” (QS. Al-Zalzalah[99]: 7-8)
Maka setiap kita, saudaraku.. Berpikir tentang hakikat
hidupnya di dunia bahwasanya ia akan kembali kepada Allah. Bahwasannya ia akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka saudaraku sekalian.. Kita hidup di dunia hendaklah
waspada. Jangan sampai kemudian kita tenggelam di dalam dunia. Karena
sesungguhnya ketika kapal itu telah dipenuhi oleh air di lautan, ia akan karam
dan tenggelam. Demikian pula hati ketika telah dipenuhi dengan cinta dunia, ia
akan tenggelam dan karam.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian..
Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengingatkan dalam
Al-Qur’an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tidaklah kehidupan dunia kecuali
kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengingatkan
dalam hadits-haditsnya yang shahih tentang hakikat dunia. Dan bahwasanya dunia
itu sesuatu yang hina dimata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua itu adalah agar
kita tidak tertipu dengan dunia, tidak tertipu dari perjalanan kita menuju
kehidupan akhirat. Karena seseorang ketika hatinya hanya mengharapkan dunia dan
dunia, maka akhiratnya pun hancur lebur, yang ia harapkan dari ibadah hanya
dunia, yang ia harapkan dari ibadah hanya harta, sehingga Allah berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا
نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَـٰئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا
كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾
“Barangsiapa yang menginginkan
kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan dari apa yang ia inginkan
dari amalannya tersebut tanpa dikurangi. Tapi mereka di akhirat tidak
mendapatkan apapun kecuali api neraka, batal amalannya dan sia-sia perbuatannya
tersebut.” (QS. Hud[11]: 16)
Subhanallah, saudaraku..
Maka dari itulah saudaraku.. Jangan sampai keinginan kita
terbesar adalah kehidupan dunia. Adalah diantara doa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam beliau meminta kepada Allah:
وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا،
وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya Allah.. jangan Engkau jadikan
dunia harapan kami yang terbesar, jangan Engkau jadikan dunia puncak daripada
keilmuan kami ya Allah.”
Karena seseorang ketika hanya harapannya dunia dan
harapan dan keinginan terbesarnya dunia, yang dia harapkan hanya dunia, maka dia
akan sulit untuk ikhlas mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia mau
ibadah ketika ada keuntungan dunianya. Adapun ketika tidak ada keuntungan
dunianya ia malas untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang berharap dunia sangat besar di hatinya, ia
hanya memandang sesuatu yang terhormat itu dengan dunia, bukan dengan amalan
shalih, tidak pula dengan ketakwaan kepada Allah Jalla Jalaluhu. Sehingga
akhirnya hatinya terbelit dengan kekikiran,
hatinya pun terbelit dengan ketamakan terhadap kehidupan dunia. Sehingga
akhirnya bagi dia dunia segalanya. Bahkan ia berani untuk memutuskan
silaturrahimnya karena dunia, ia berani untuk menumpahkan darah seseorang
karena dunia, ia berani bahkan memusuhi kebenaran pun karena dunia. Lihatlah Fir’aun
yang memusuhi Nabi Musa karena dunia, lihatlah Namrud yang memusuhi Nabi
Ibrahim karena dunia, lihatlah Heraklius yang mengetahui dengan yakin akan
kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Heraklius yakin
bahwasanya Nabi Muhammad itu Nabi terakhir, tapi masalahnya Heraklius takut
kehilangan dunia. Itulah yang menghalangi Heraklius untuk masuk ke dalam Islam,
untuk masuk kedalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dunia.
Ummatal Islam,
Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا الفَقْرَ أَخْشَى عليكُمْ
“Bukan kefaqiran yang aku khawatirkan
atas kalian.”
ولكنِّي أَخْشَى أن تُبْسَطَ الدُّنْيا عليكُمْ
“Yang aku khawatirkan atas kalian
dibukakan kepada kalian pintu kesenangan dunia.”
فَتَنافَسُوها كَما تَنافَسُوها
“Kalian pun akan berlomba-lomba
mencari dunia sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlomba-lomba mencari
dunia.”
فتُهْلِكَكُمْ كما أهلَكَتْهُم
“Lantas dunia pun membinasakan kalian
sebagaimana dunia membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Ummatal Islam,
Maka sadarilah bahwa kita hidup di dunia sementara, kita
akan kembali kepada Allah.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap jiwa pasti merasakan
kematian.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)
Siapapun dia, apakah ia seorang pemimpin ataukah rakyat
jelata, apakah ia orang kaya atau orang yang tak mempunyai harta. Semuanya akan
kembali kepada Allah, semua akan meninggal dunia, semua akan dikafankan, semua
akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Untuk itulah kita berpikir.
وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Untuk itulah kita
berlomba-lomba, sadaraku…” (QS.
Al-Mutaffifin[83]: 26)
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Baca juga: 24 Jam Kehidupan Seorang Muslim
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا
محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ
محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Bukan berarti kita meninggalkan dunia sama sekali, tidak.
Bukankah Allah dan RasulNya memerintahkan kita untuk mencari nafkah? Bukankah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menikah? Bukankah Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita bersedekah?
Lihatlah saudaraku..
Semua itu menunjukkan kita tetap mencari dunia. Akan
tetapi yang harus kita waspadai bahwa jangan sampai dunia melupakan kita dari
tujuan kita yang utama dalam kehidupan ini. Karena tujuan yang utama di dunia
adalah ibadah kepada Allah. Bagaimana kita bisa shalat dengan khusyu’?
Bagaimana kita bisa melaksanakan puasa Ramadhan? Bagaimana supaya lisan kita
turut berdzikir kepada Allah? Bagaimana supaya kita senantiasa bisa shalat tahajud?
Bagaimana kita berusaha supaya kita selalu dalam aktivitas kita menghasilkan
pahala demi pahala sehingga pada waktu itu kita senantiasa berada dalam ibadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini yang kita pikirkan. Inilah pemikiran setiap mukmin
dan muslimah. Semua mukmin dan mukminah hendaklah yang ia pikirkan bagaimana
saya berlomba dalam kebaikan sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam. Orang-orang faqir datang kepada Rasulullah, mereka mengadukan orang kaya bukan karena
kekayaannya. Apa kata mereka?
يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ
بِاْلأُجُوْرِ
“Wahai Rasulallah, orang-orang kaya
pergi membawa pahala yang banyak.”
يُصَلُّوْنَ كَمَـا نُصَلِّـيْ ، وَيَصُوْمُوْنَ
كَمَـا نَصُوْمُ
“Mereka shalat sebagaimana kami shalat,
mereka berpuasa sebagaimana kami puasa.”
وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِـهِمْ
“Tapi mereka bisa sedekah wahai
Rasulullah, sementara kami tidak bisa.”
Subhanallah saudaraku sekalian..
Itulah yang kita pikirkan, bagaimana kita beramal dan
beramal? Bagaimana harta kita menjadi pahala di sisi Allah? Bagaimana kesehatan
kita menjadi pahala di sisi Allah? Bagaimana berbagai macam nikmat yang Allah
berikan kepada kita itu menjadi pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala?
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب
علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين
واجعلنا من المتطهرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.