Khutbah Idul Adha; FENOMENA AKHIR ZAMAN

 


الحَمْدُ ِللهِ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ* وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ*  الذي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ وَالتَّوْحِيْد * أَشْهَدُ أَنْ لاَإلهَ إلاَّ اللهُ الوّاحِدُ الاحَدُ الصَّمَد * وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَ الله بِالفرقان وَسَبِيْلِ الرَّشَاد *مَنْ يَهْدي الله فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَمَالَهُ مِنْ هَاد* والصّلاَة والسَّلام عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلى آله وَصَحبه ومَنْ تَبِعَهُ وَسائِرِ العِبَاد  الَى يَوْمِ المَعَاد *

عِبَاد الله أوصِيْكُم وَإيَّايَ بِتَقْوى الله العَزِيز الحمِيد وإِتَّقُوا يَوْمَ التَّنَاد يَوْمَ يَقُوْمُ الأَشْهَاد لاَيَنفَعُ الأمْوَال وَالأَوْلاَد وَلاَ شُرَكَاء وَالأَنْدَاد*

قَال تَعَالى : لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ. (الزمر: 20)

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر وِلله الحَمْدُ

Jamaah ied rahimakumullah!

kini kita duduk bersimpuh bertakbir tahlil dan tahmid.

Kita agungkan Allah, kita sanjung Dia dan kita puji kemuliaan dan kesempurnaan-Nya. Tiada yang agung menyamainya, tiada yang sempurna yang sebanding dengan-Nya. Dialah satu-satunya yang kita dambakan rahmat-Nya. Dialah satu-satunya yang kita harapkan maghfirah-Nya. Takbir dan tahmid yang kita kumandangkan merupakan tekad bulat hamba, untuk tunduk atas segala aturan-Nya, dan patuh atas segala perintah dan larangan-Nya.

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر وِلله الحَمْدُ

Jamaah ied rahimakumullah!

Pelaksanaan ibadah haji dan kurban, mengandung nilai sejarah yang cukup penting terutama uswah atau teladan dari Nabi Ibrahim dan keluarganya. Nabi Ibrahim dilahirkan di suasana persaingan antara ajaran tauhid dan ajaran syirik. Nabi Ibrahim beserta keluarganya, dapat bersaing membela kebenaran, mengalahkan kebatilan. Ajaran kemusyrikan yang dipertahankan raja Namrudz, dapat ditumbangkan oleh ajaran tauhid yang dibawa nabi Ibrahim. Essensi pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah kerelaan berkorban demi meninggikan kalimah Allah. Sedangkan inti dari historis ibadah haji adalah siapnya bersaing membela ajaran Allah melawan dan mengalahkan ajaran yang menentangnya. Inilah missi risalah yang diemban oleh Rasulullah SAW, yang saat ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai umatnya.

 

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. (التوبة: 33)

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. Qs.9:33

 

Berdasar ayat ini, Rasulullah diutus mengemban tiga tugas berat yaitu (1) menegakkan petunjuk Allah dan Dienul-Haq, (2) menampakkan kebenaran syari’ah di mata alam semesta, (3) menumbangkan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW perintis, kita penerusnya. Apa yang menjadi tanggung jawab Rasul, saat ini menjadi tanggung jawab kita. Dalam melaksanakan misi tersebut tentu saja akan berhadapan dengan tantangan yang menentang, terutama dari kalangan orang musyrik. Menghadapi tantangan tersebut, tidak perlu khawatir, Islam harus tegak وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ walaupun orang musyrik tidak menyenanginya, walau menentangnya, walaupun membencinya. Tantangan yang terjadi di zaman merintis risalah, telah dikalahkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Tantangan saat ini, merupakan tanggung jawab kita mengatasinya.

Kalimat وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ sebagai pengunci ayat ini mengandung makna, bahwa kaum muslimin itu harus siap bersaing, dengan orang musyrik, dalam menegakkan kebenaran. Menegakkan iman, tidak akan lepas dari tantangan kekufuran. Menegakkan tauhid, tidak akan lepas dari tantangan kemusyrikan. Al-Haq melawan al-Bathil, al-Ma’ruf melawan munkar, al-Bir melawan al-Itsm, taqwa melawan al-Udwan. Kata-kata yang berlawanan tersebut akan terus bersaing, sejak masa lalu, masa kini dan masa mendatang.

Kita perhatikan situasi dan kondisi saat ini, tantangan da’wah semakin berat. Jika kita tidak bersaing dengan tantangan tersebut, maka pelaksanaan da’wah akan semakin ketinggalan. Penyebar kebatilan dan kemunkaran, telah semakin maju menggunakan multi media yang sangat canggih. Sementara penegak kebenaran, penyebar al-Haq, masih bersifat manual dan tradisional. Ini harus menjadi perhatian kita bersama. Saat ini antara hak dan bathil bersaing ketat. Kita harus waspada jangan sampai al-Bathil mengalahkan al-Haq.

Perang antara hak dan bathil saat ini memang bukan berbentuk pasukan atau militer. Perang yang terjadi saat ini adalah perang urat saraf, perang pola, polo dan strategi yang berteknologi tinggi.

 

Saat ini memang tidak terlihat adanya orang yang melarang anak kita shalat di masjid, ngaji di madrasah, pengajian ibu di majlis ta’lim. Yang nyata adalah informasi luar, jauh lebih berpengaruh dibanding informasi masjid dan madrasah. Jika demikian, maka akan tersumbat kebenaran, dan tersebarnya kebodohan. Kebodohan di masa modern ini, bukan tidak punya ilmu, bukan pula kekurangan informasi, tapi tersisihkannya al-haq, tersebarnya kebatilan. Inilah diantara yang disinyalir Rasulullah SAW dalam sabdanya:

 

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ *(متفق عليه: 1560)

Zaman, mendekat! Ilmu, terangkat! Fitnah semakin nampak! Kekikiran meraajalela! Pembunuhan semakin banyak. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ada empat hal yang harus diwaspadai di akhir zaman, berdasar ayat ini (1) terangkatnya ilmu hingga tersebar kebodohan, (2) semakin tersebarnya fitnah, (3) kekikiran merajalela, dan (4) pembunuhan di mana-mana.

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر وِلله الحَمْدُ

Jamaah ied rahimakumullah!

 

Memperhatikan hadits tadi, kemudian melihat kenyataan saat ini, apa yang telah disabdakan Rasulullah SAW benar telah terjadi.

 

Terangkatnya ilmu hingga muncul kebodohan, memang secara harfiah belum begitu nampak. Namun kita harus ingat bahwa lenyapnya ilmu, bukan hanya berarti manusia tidak memiliki ilmu pengetahuan. Boleh jadi yang dimaksud lenyapnya ilmu itu, mempunyai arti tertekannya kebenaran. Bukankah yang dimaksud ulama dalam al-Qur’an, tidak hanya berilmu, tapi juga tidak merasa takut selain oleh Allah SWT. Dalam hadits tanda akhir zaman salah satunya itu.

يرفع العلم يظهر الجهل

Perkataan يرفع العلم ilmu diangkat bisa berarti hakiki bisa juga berarti majazi. Makna secara hakiki ialah Allah SWT mencabut ilmu dari dunia ini, hingga yang ada hanyalah orang bodoh. Adapun caranya antara lain sebagaimana diungkapkan dalam sabda Rasul SAW  berikut:

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا  متفق عليه

"Sesungguhnya Allah SWT tidak mencabut ilmu langsung dari manusia yang berilmu (menjadi bodoh). Namun Ia mencabut ilmu dari dunia dengan meninggalnya ulama. Andaikata ulama sudah tidak tersisa, maka kaum juhala (orang bodoh) diangkat masyarakat jadi pemimpinnya. Jika masyarakat minta fatwa, maka juhala itu memberikan jawaban tanpa ilmu, yang akhirnya mereka tersesat dan menyesatkan". H.R. Mutafaq Alaih, no. 1561 dari Abdillah bin Amr.

 

Menurut hadits ini, pada suatu saat Allah SWT mencabut ilmu dengan mewafatkan kaum ulama. Ulama merupakan lambang kemajuan ilmu. Tanpa ulama ilmu akan pudar. Jika ulama telah tiada maka orang bodohlah yang menjadi pemimpin yang berfatwa dengan kebodohan. Yang dihalalkan bukan barang yang bersih dari yang diharamkan Allah, tapi yang memberikan manfaat. Unsur babi bisa dianggap halal, kalau mengandung investasi. Yang dibela bukan yang benar, tapi yang dibela adalah yang membayar. Akhirnya, manusia banyak yang sesat. Yang benar disingkirkan, yang salah dipelihara. Yang benar dianggap salah, yang salah dianggap benar.

 

Mungkin saja, banyak orang pintar, cerdas di bidang pengetahuan, seni dan teknologi, tapi bodoh di bidang aqidah dan keimanan. Mungkin pula ada orang yang memiliki pengetahuan tentang al-Qur'an dan sunnah, tapi tidak memiliki keberanian untuk menerangkannya, karena merasa takut kehilangan pengaruh atau jabatan. Orang yang demikian tidak tergolong ulama, walaupun berilmu. Ulama adalah orang yang berilmu dan pandai mengamalkannya serta tidak merasa takut oleh siapa pun selain oleh Allah SWT. Firman-Nya:

إِنَّمَا يَخْشَى الله مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا إِنَّ الله عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ فاطر

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Qs.35:28

 

Berdasar ayat ini, hanya yang takut kepada Allah itulah ulama. Jika ada orang yang takut oleh selain Allah, maka tidak termasuk golongan ulama, walaupun berilmu. Tidak semua orang berilmu itu masuk kategori ulama, walau setiap ulama pasti berilmu. Orang yang berilmu dan hanya takut oleh Allah, itulah ulama.

 

Tampaknya bisa dibedakan antara ilmuwan dengan ulama. Siapa pun yang berilmu bisa disebut ilmuwan, tapi belum tentu masuk kategori ulama yang diridlai Allah SWT.

 

Imam al-Ghazali (Ihya,I:61) membagi ilmuwan kepada dua bagian; ilmuwan buruk dan ilmuwan baik. Ilmuwan buruk adalah orang yang berilmu tapi hanya mementingkan kehidupan duniawi belaka. Beliau memberikan contoh ilmuwan buruk itu dengan bani Israil yang menyembunyikan ayat Allah demi kepentingan duniawi sebagaimana disiratkan al-Qur'an (Qs.3:187).

 

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. Qs.3:187

 

Sifat ilmuwan buruk, yang dikecam Allah SWT, berdasar ayat ini antara lain (1) mengetahui kebenaran tapi menyembunyikannya, tidak mau mengatakan mana yang benar mana yang salah, (2) menyalahi janji yang telah mereka ikrarkan, (3) menjual kebenaran dengan kepentingan duniawi, yang mereka bela bukan siapa yang benar, tapi siapa yang menyediakan dana untuknya.

 

Sedangkan ilmuwan baik adalah orang yang berilmu dan dengan ilmunya itu mencari kehidupan akhirat. Mereka tidak memutarbalikkan kebenaran demi kepentingan duniawi, karena mereka khusyu' mencari ridla Allah sebagaimana disifati al-Qur'an (qs.3:199).

 

Dengan demikian diangkatnya ilmu sebagai tanda akhir zaman itu, mungkin saja dalam kenyataannya masih banyak ilmuwan. Namun ilmuwan itu tidak bertindak sebagai ulama, sehingga yang nampak dipermukaan adalah kebodohan.

Jika hal ini terjadi, ulama dianggap sudah wafat, walau ilmuwan banyak yang hidup. Kalau sudah demikian, maka kebenaran semakin tersembunyi, kebathilan semakin nampak. Orang yang berbuat salah bisa bebas dari hukuman, orang yang benar bisa dihukum, karena hakim yang berkuasa tidak menjalankan dan tidak menegakkan kebenaran. Pantaslah Rasulullah SAW membagi hakim itu kepada tiga golongan sebagaimana diungkapkan dalam sabdanya:

 

اَلْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ: إِثْنَانِ فِي النَّارِ وَوَاحِدٌ فِي الجَنَّةِ رَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ فَهُوَ فِى الجَنَّةِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَلَمْ يَقْضِ بِهِ وَجَارَ فِى الْحُكْمِ فَهُوَ فِيْ النَّارِ وَرَجُلٌ لَمْ يَعْرِفِ الْحَقَّ فَقَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ. رواه الاربعة وصححه الحاكم

Hakim itu terbagi kepada tiga golongan, dua golongan masuk neraka dan hanya satu yang masuk surga; seseorang mengetahui kebenaran kemudian menegakkan kebenaran tersebut, maka dia masuk surga. Seseorang tahu akan kebenaran tapi tidak mau menghukum dengan kebenaran itu bahkan dia berbuat jahat dalam meng-hukum, maka ia masuk neraka. Seorang lagi tidak me-ngetahui kebenaran, kemudian menghukum manusia atas dasar kebodohan, maka ia juga masuk neraka. Hr. Empat ahli hadits dan dianggap shahih oleh imam al-Hakim.

 

Hadits ini menandaskan bahwa dari tiga hakim hanya satu yang akan masuk surga yaitu yang tahu betul tentang kebenaran dan menghukum dengan kebenaran tersebut. Sementara yang lainnya menjadi ahli neraka, karena tidak menjalankan hukumnya berdasar kebenaran. Sungguh sedikit jumlah orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya itu.

Orang yang tidak menegakkan kebenaran, walau dia berilmu adalah termasuk bodoh.

 

Dengan demikian يظهر الجهل   atau munculnya kebodohan yang menjadi tanda akhir zaman itu bisa jadi kebodohan orang pintar. Maksudnya banyak orang pintar, tapi bodoh dalam beramal.

Saat ini diakui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi itu semakin berkembang, tapi ternyata masih banyak kema'siatan dan kemunkaran yang merajalela. Sarjana hukum, tiap tahun semakin bertambah jumlahnya, tapi banyak orang yang melanggar hukum, tidak mendapat hukuman.

 

Bentuk kebodohan memang banyak sekali macamnya, antara lain:

(1) Tidak memiliki ilmu, karena kekurangan informasi. Yang demikian adalah bodoh, karena tidak berilmu. Inilah pangkal kebodohan. Orang yang seperti ini, mungkin di era globalisasi informasi, sedikit jumlahnya.

(2) Memiliki ilmu tapi tidak  mengamalkan ilmunya. Orang yang demikian masih bodoh, sebab tidak pandai beramal. Golongan ini tampaknya saat ini masih banyak. Betapa banyak manusia sekarang yang tahu bahaya, tapi tetap melakukan perbuatan yang membahayakan.

Masyarakat sekarang banyak yang tahu bahwa narkotik itu berbahaya, tapi masih banyak yang menggunakannya. Masayarakat sekarang tahu betul bahwa rokok itu membahayakan kesehatan, tapi masih banyak yang tidak bisa meninggalkannya.

(3) Pandangannya bertentangan dengan kebenaran mutlak. Orang yang demikian tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang halal dengan yang haram. Orang yang demikian, mungkin saja senang beramal, tanpa ilmu yang benar.

 

Memperhatikan keadaan sebagaimana diuraikan di atas, manusia yang bodoh itu terdiri dari: (1) orang yang tidak punya ilmu, (2) pintar teori, tapi bodoh dalam beramal, (3) pintar beramal tapi tidak tahu teori, (4) amal dan teorinya pintar tapi tidak sesuai dengan hidayah Allah SWT. Keempat golongan ini, di akhir zaman semakin banyak jumlahnya.

Agar akhir zaman ini tidak merugikan kita, maka hendaklah mencari ilmu dan terus mengamalkan ilmu sesuai dengan kebenaran yang ada dalam al-Qur'an dan sunnah.

 

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر وِلله الحَمْدُ


Baca juga: Hadits tentang faedah menolong yang susah


Jamaah ied rahimakumullah!

Hal yang kedua, yang harus kita waspadai menjelang akhir zaman ini, adalah tersebarnya fitnah. Dalam hadits tadi ditandaskan وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ fitnah yang tersebar sungguh beraneka ragam. Fitnah yang dimaksud di sini, tidak sama dengan apa yang biasa dikemukakan khalayak ramai. Fitnah bukan hanya tuduhan palsu. Fitmah ialah segala kejadian yang menimbulkan kegoncangan lahir maupun bathin masyarakat. Jika kita memperhatikan berbagai ayat al-Qur’an, hampir tidak ditemukan istilah fitnah dalam arti tuduhan palsu. Dalam ayat al-Qur’an ditandaskan bahwa fitnah lebih berat dari pembunuhan, bukan berarti menuduh lebih besar dosanya dari membunuh. Fitnah yang hukumnya lebih berat dari pembunuhan itu mengandung arti merajalelanya kemusyrikan, tersebarnya kekufuran, dan kema’shiatan dan semakin tumbuhnya kekacauan.

 

Bila perbuatan maksiat sudah menjadi kebanggaan, pelanggaran sudah menjadi kebiasaan, kemusyrikan sudah mendarah daging, korupsi menjadi tradisi, kekerasan menjadi gaya hidup, itulah bukti fitnah telah merajalela.

Penyakit fitnah saat ini telah merasuk berbagai lapisan masyarakat. Pemimpin curiga kepada rakyatnya. Rakyat tidak percaya pada pemimpinnya. Jika saling curiga telah terjadi, maka muncul kegoncangan jiwa di segala lapisan. Orang yang berambisi akan mencari kesempatan untuk meraih keinginannya dengan menghalalkan segala cara. Inilah fitnah masyarakat terbesar yang harus diwaspadai.

 

Dalam beberapa ayat al-Qur’an tersirat berbagai macam fitnah yang mesti diwaspadai antara lain:

1) fitnah harta dan anak (Qs.8:28).

 Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Harta menjadi fitnah, bila menimbullkan penghalang ibadah. Anak juga menjadi fitnah, bila tidak mendukung pada perjuangan agama Allah.

 

2) fitnah kekufuran (Qs.2:193).

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ(193)

perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan agama hanyalah kepunyaan Allah. Jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali atas orang yang zhalim.

Ayat ini menyerukan agar menyatakan perang terhadap fitnah kekufuran.

Kekufuran merupakan fitnah terbesar, yang harus dikalahkan. Berdasar Qs.2:191

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ bahkan disebutkan lebih baik perang di banding membiarkan kekufuran merajalela. Fitnah kekufuran lebih besar bahayanya dibanding pembunuhan.

 

3) fitnah siksaan (Qs.8:25). Allah SWT menyeru agar jangan sampai adzab-Nya dikenakan kepada umat, gara-gara membiarkan orang jahat dan maksiat berkeliaran.

 Dan jagalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

Ayat ini menyerukan agar kita pandai-pandai menjaga diri dari siksa yang akan ditimpakan Allah berupa fitnah secara menyeluruh, tidak hanya pada orang yang zhalim. Siksa ditimpakan kepada orang zhalim, sebagai akibat kezhalimannya. Sedangkan kepada yang lain boleh jadi sebagai akibat membiarkan kezhaliman berlangsung. Jika terjadi demikian maka fitnah siksaan akan menimpa seluruh umat manusia.

 

4) fitnah cobaan (Qs.21:35).

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ kami uji kalian dengan yang baik atau menyenangkan dan yang buruk atau menyusahkan, sebagai fitnah. Kepada Kamilah tempat kembalimu.

Fitnah ini berupa cobaan yang Allah SWT timpakan kepada setiap manusia, kadang berupa kesenangan terkadang berupa kesusahan. Jika cobaan tersebut tidak disikapi secara baik, maka akan timbul bahaya.

 

5) penyelewengan (Qs.3:7).

فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ

Adapun orang yang menderita penyakit dalam hatinya, selalu berusaha mencari ayat mutasyabihat untuk diselewengkan, karena menyebar fitnah dan mencari kesimpulan yang lain.

 

Dalam ayat ini dikemukakan bahwa orang yang jahat selalu berusaha mencari penyelewengan dalam memahami ayat Allah. Mereka berusaha mencari ayat yang sesuai dengan kepentingan diri sendiri. Jika tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, maka mereka meninggalkan-nya.

Hadirin! Jika kita lihat kondisi saat ini. Ternyata kelima macam fitnah yang disinyalir Al-Qur’an, saat ini telah merajalela.

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر ولله الحَمْدُ

Jamaah ied rahimakumullah!

Fenomena yang ketiga, yang menimbulkan bahaya di akhir zaman adalah penyakit kikir yang melanda manusia.

Dalam hadits yang kita bahas ditandaskan وَيُلْقَى الشُّحُّ

Saat ini penyakit kikir sudah menerajang segala lapisan masyarakat.

Pejabat, banyak yang kikir, hingga tidak mau turun walau sudah tidak mampu dan sudah dihujat rakyat. Orang kaya  kikir, karena semakin rakus tak mau membantu orang miskin. Pengusaha juga kikir, semakin takut oleh tuntutan buruh. Ilmuwan juga kikir, tidak mau membagi ilmunya, dengan dalil membela hak cipta. Ulama juga kikir, hingga enggan berfatwa dan menyebarkan ilmunya kecuali di tempat yang mengandung dana. Inilah lambang kekikiran saat ini yang merajalela.

Bila penyakit kikir terus dibiarkan, boleh jadi nanti manusia semakin individualis, semakin mementingkan dirinya sendiri. Akibatnya pertentangan semakin tajam, persaingan semakin tidak sehat. Satu sama lain saling menjerumuskan, saling menhancurkan. Dunia ini bakal ambruk, bila setiap individu terjangkit kekikiran. Dalam hadits lain ditandaskan, bahwa  شُخٌّ مُطَاع merupakan salah satu penyakit masyarakat yang muhlikat yang sangat membahayakan.

 

اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر لاَإلهَ إلاَّ اللهُ اَلله اَكْبَر اَلله اَكْبَر وِلله الحَمْدُ

Jamaah ied rahimakumullah!

Fenomena yang keempat di akhir jaman yang harus diwaspadai adalah banyaknya pembunuhan. Dalam hadits di tandaskan: وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ  semakin banyaknya al-Harj. Tatkala para shabat bertanya tentang apa itu al-haraj, beliau bersabda: Al-Qatlu, atau pembunuhan.

Hadirin rahimakumullah, saat ini usaha pembunuhan merajalela. Ancaman bom, granat, terjadi di berbagai tempat. Teror, tekanan, dan intimidasi tiada henti. Hukum saat ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akibatnya banyak anggota masyarakat menjadi hakim, tanpa proses peradilan. Jika fenomena semacam ini dibiarkan, maka akan muncul hukum rimba. Siapa yang kuat menindas yang lemah. Pembunuhan yang merajalela bisa jadi dalam arti secara hakiki, yaitu melepaskan nyawa. Bisa juga dalam arti majazi, yaitu menghilangkan kesempatan orang lain untuk menjalani kehidupan secara normal. Pembunuhan dalam arti hakiki menghilangkan nyawa, berakibat pembunuhan sekaligus. Sedangkan mempersempit kesempatan hidup, mengandung arti pembunuhan secara perlahan. Kedua macam pembunuhan tersebut, saat ini merajalela di kalangan kita.

Memperhatikan keempat fenomena akhir zaman, yang ternyata telah melanda di kalangan kita, maka sepatutnya segala lapisan umat sadar akan tugas dan tanggung jawab sebagai penerus Rasulullah SAW.

Kita harus ingat atas tugas dan tanggung jawab sebagai muslim yaitu: (1) menjadikan hidayah Allah sebagai tolok ukur dan pedoman utama dalam segala aspek kehidupan, dan memberantas kebodohan, supaya ilmu tidak diangkat dari muka bumi ini,  (2) menjadikan al-Islam sebagai satu-satunya dienul-haq,  yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,  agar fitnah tidak merajalela, terutama fitnah kekufuran dan kemusyrikan, (3) memperlihatkan dan membuktikan keunggulan al-Islam dan yuzhhirahu alad-dini kulih, dengan memberantas kebodohan dan kejahiliyahan, menumpas fitnah, menyembuhkan penyakit kikir, menjalin hubungan baik sesama umat supaya jangan terjadi pembunuhan.

Semoga Allah SWT mencurahkan perlindungannya kepada kita dalam mengatasi berbagai tantangan akhir jaman ini, hingga mampu menegakkan al-Islam secara kaffah.

 

Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita, marilah kita selalu mensyukuri nikmat karena dengan taqwa dan syukur akan terbentang jalan keselamatan untuk kita, serta agar selalu berdo’a semoga Allah selalu melimpahkan kepada kita kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat. Amin

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Baca juga: Hadits Tentang Adab Bermajlis 1


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama