اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اْلأَكْبَرِ، خَلَقَ
الْكَوْنَ وَدَبَّرَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ ثُمَّ أَمَاتَهُ ثُمَّ أَقْبَرَ،
وَأَرْسَلَ الرُّسُلَ وَأَخْبَرَ، وَأَنْزَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ فِيْهِ
الْعِظَاتُ وَالْعِبَرُ، فَهَدَى وَأَحَلَّ وَأَمَرَ، وَنَهَى وَحَرَّمَ وَزَجَرَ،
فَقَالَ فِيْ سُوْرَةَ الْكَوْثَرِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ
اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي
النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ
بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ، صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ
وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى
يَوْمِ الْمَحْشَرِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin rahimakumullah
Taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap
kepada Sang Pencipta, bekal yang kelak menjadi hujah baginya di hadapan
Tuhannya, bahwa kehidupannya dialam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya.
Untuk itulah wahai kaum Muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan
niat serta tekad, untuk meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin
yang selalu meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, untuk
dapat mengambil apa-apa yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di
dunia dan Surga yang abadi kelak di akhirat.
“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
taqwa”. (Al-baqarah: 197).
“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga
(taman-taman) dan (didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45).
Kaum muslimin rahimakumullah
Allah ciptakan mahluk dan Allah sertakan bersama mereka
nabi-nabi dan rasul-rasul sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan
konsep tatanan hidup selama berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah
turunkan pula kitab-kitab-Nyabersama para utusan-utusan itu, sebagai aturan
main di dalam dunia, baik hubungan sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk
dengan penciptanya. Di antara kitab-kitab yang Allah turunkan ialah Al-Qur'an,
mu’jizat nabi mulia yang menjelaskan tuntunan Allah, aturan terakhir penutup
para nabi dan rasul.
“Sesungguhnya kami telah pengutusmu (muhammad) dengan
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Baqarah:
119).
Allah turunkan Al-Qur’an untuk menyelesaikan
masalah-masalah di antara mereka dan juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul
mii’aad yaitu hari pembalasan terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para
penghuni alam dunia.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan”. (An-Nalh: 44).
Kaum muslimin rahimakumullah
Akan tetapi di balik semua itu, realita yang terjadi,
kita sering dan teramat sering dikejutkan dan dibuat prihatin dengan musibah
yang acap kali menimpa negeri ini. Masih terngiang ditelinga kita peristiwa
gempa bumi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, yang memakan korban manusia
dan memaksa mengungsi dari tempat-tempat mereka, banjir yang berulang kali
terjadi di beberapa tempat, padahal baru kemarin kita merasakan beratnya
kemarau panjang, gunung di beberapa tempat sudah mulai aktif dan memuntahkan
isi kandungannya, huru-hara terjadi diberbagai kota diiringi hancurnya
tempat-tempat tinggal dan pusat-pusat keramaian dengan kobaran api yang melalap
baik materi maupun sosok-sosok jiwa sebagai pelengkapnya, pembantaian yang
telah dan terus berlangsung secara biadab terjadi di beberapa tempat dan entah
berapa tempat lagi yang akan terjadi di belahan negeri ini, busung lapar anak
manusia negeri ini sering kita dengar meskipun katanya kita berada di negeri
subur nan tropis, dengan disusul jatuhnya nilai rupiah yang mengakibatkan
krisis moneter yang berdampak kemiskinan, pengangguran dan kelaparan masih saja
kita rasakan, penyakit-pernyakit aneh dan kotor mulai merebak dan meng-gerogoti
penduduk negeri ini dan berbagai musibah yang telah menghadang di hadapan mata,
termasuk di dalam hancurnya generasi-generasi muda penerus bangsa ini
disebabkan terha-nyut dan tenggelam bersama obat-obat setan yang terlarang.
Apakah adzab telah mengintai negeri ini, sebagaimana yang
tersurat di dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 25, kaum Nuh yang Allah
tenggelamkan dikarenakan mendustakan seorang rasul, atau kaum Tsamud yang
disebabkan tak beriman, membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah
jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang
mereka, atau seperti kaum Luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis,
homosexsual, Allah hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum Madyan yang
Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam
takaran dan timbangan serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi orang
untuk beriman, atau seperti kaum ‘Aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid
dan bersujud kepadaNya, Allah kirim kepada mereka angin yang sangat panas yang
memusnahkan mereka.
Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan
disebabkan satu dua kemungkaran yang dikepalai kesyirikan, sekarang bagaiman
dengan kita, apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini, apa yang terjadi
ditempat kita, lingkungan kita, dikota kita, dan bahkan di seantero negeri
kita?, maksiat terjadi dimana-mana, pergaulan lawan jenis dan perzinaan yang
keluar dari norma-norma agama semakin menggila, ditambah lagi media-media masa
visual dan non-visual ikut melengkapi ajang syaitan ini dengan dalih seni dan
hak-hak manusia, padahal Allah dan RasulNya telah jelas-jelas mengharamkan hal
tersebut. Firman Allah.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32).
Dan dalam sebuah hadits shahih Rasul bersabda:
مَنْ وَجَدْتُمُوْهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ
لُوْطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang menemui mereka yang
melakukan perbuatan kaum Luth (homosexsual) maka bunuhlah kedua pelakunya”.
(riwayat Abu dawud dan At-Tirmidzi).
Kemana hak Allah dan RasulNya?. Kecurangan dalam
perniagaan yang terjadi pada kaum Madyan pun terjadi sekarang, kecurangan bukan
hanya curang dalam timbangan secara zhahir, tetapi penindasan, tipu muslihat,
sampai kepada sogok menyogok dan riba pun seakan suatu yang harus dilakukan,
kemana firman Allah:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.
(Al-Muthaffifin:1).
Dan Rasulpun melaknat orang yang menyogok dan yang
disogok, sebagaimana hadis shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Daud,
Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.
Berbagai bentuk perjudian pun digelar, pembunuhan yang
tanpa memperhitungkan nilai kemanusiaan dan agama pun terus terjadi silih
berganti, padahal Rasul Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan untuk
meninggalkan tujuh hal yang menghancurkan.
اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ.
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَقَتْلُ
النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَالسِّحْرُ وَأَكْلُ
الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ
الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ.
Yang artinya: “Jauhilah tujuh hal yang menghancurkan
(membina-sakan)”. Bertanya para sahabat, apa itu yang Rasulullah?, bersabda
beliau: “Syirik (menyekutukan Allah), membunuh jiwa yang Allah haramkan,
kecuali yang dibenarkan syari’at, sihir (tenung dan santet), memakan riba,
memakan (menyelewengkan) harta anak yatim, lari dari pertempuran (karena
takut), menuduh wanita baik-baik berzina”. (Ash-Shahihain).
Akan tetapi semua ini berlaku, perbuatan syirik yang
merupakan biang malapetaka dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi sesuatu
kebutuhan, berapa banyak kita dapati media masa yang menjajakan kesyirikan,
ulama-ulama sesat menyeru umat kepada perbuatan syirik dengan membungkus
sedemikian rupa untuk menipu umat, dan kini mereka telah menancapkan kaki-kaki
mereka.
Kaum Muslimin
Segala sesuatunya kini telah terbalik, yang hak dikatakan
dan dianggap batil, yang batil dipertahankan, dan tidak malu-malu di hadapan
yang hak.
Siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini?, yang jelas
kita semua bertanggung jawab, kita sebagai umara’, ulama maupun pribadi-pribadi
muslim.“Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (Al-A’raf: 96).
Kaum Muslimin jamaah shalat JUMAT yang mulia.
Islam adalah satu-satunya ajaran yang menjamin
ketenteraman dan kesejahteraan hidup, tidak saja di dunia, tetapi bahkan di
akhirat, sebab ajaran ini adalah ajaran dari Dzat yang maha memberikan jaminan
bagi kebutuhan insan.
Kaum Muslimin
Untuk menyelamatkan negeri dan umat ini tidak lain adalah
kita kembali memurnikan dan menegakkan ajaran Allah pencipta kita, ketika umat
semakin jauh dari ajarannya semakin gencar pula azab yang akan diterima dan
ditimpahkan, oleh karena itu ada baiknya kita menilik kembali perkataan Syaikh
Ali Hasan Al-Atsari bahwa tidak ada jalan lain dalam mengembalikan umat dan
memperbaiki umat ini kecuali dengan tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang
disebutkan di dalam kitabnya “At-Tashfiah wat Tarbiyah”, “Bahwa kondisi yang
buruk yang menimpa kaum muslimin dewasa ini adalah akibat terlalu jauhnya
mereka dari kitab Allah dan sunnah RasulNya “. Kenapa hal itu bisa terjadi,
Syaikh Abdurrahman Ibnu Yahya Al-Muallimi Al-Yamani tokoh ulama salaf abad XIV
H yang dinukil dalam buku At-Tashfiah wat Tarbiyah hal 19-20 bahwa hal itu
terpulang pada tiga persoalan.
1.Tercampurnya ajaran yang bukan dari Islam dengan ajaran
Islam.
2.Lemahnya kepercayaan orang akan apa yang menjadi ajaran
Islam.
3.Tidak adanya pengamalan (penerapan) terhadap hukum-hukum
Islam.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ
ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin jamaah shalat JUMAT yang dimuliakan oleh
Allah:
Pada khutbah kedua ini, Syaikh Ali Hasan Al-Atsari
melanjutkan dalam kitabnya bahwa ada tiga hal pokok yang mendasar dalam
mengatur sistem tarbiyah (pembinaan) yang merupakan rangkaian dari tashfiyah.
1.Menitik beratkan pada kebangkitan aqidah tauhid dan
pembersihan dari segala bentuk bid’ah dan penyelewengan-penyelewengannya.
2.Barometer semua pembinaan adalah Al-Qur’an dan
As-Sunah. Dengan praktek-praktek yang diterapkan para salafus shalih dan
ulama-ulama rabbani yang mengakar pemahamannya terhadap Al-Qur’an dan As-Sunah.
3.Bahwa tarbiyah haruslah menyangkut pengarahan umum yang
erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti keyakinan, norma-norma,
adat-adat, tradisi, kegiatan kantor, politik, sosial dan seterusnya
(At-Tashfiah wat Tarbiyah hal. 101).
Kaum Muslimin rahimakumullah
Yang terakhir. Apakah keadaan dan kenyataan yang menimpa
kita selama ini tidak menjadikan kita berfikir dan berbenah diri untuk hidup
yang akan datang, kehidupan abadi yang menentukan sengsara atau bahagia.
“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang
tidur”. (Al-A’raf: 97).
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang
tidak terduga-duga)? Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang
yang merugi”. (Al-A’raf: 99).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.